Kegagalan berantai: Bagaimana listrik padam memicu krisis baru dalam Siklon Senyar Aceh

● Pemadaman listrik Siklon Senyar memicu kegagalan sistem berantai komunikasi dan layanan publik.

● Runtuhnya pasokan energi melumpuhkan fasilitas vital, logistik, serta menghancurkan ekonomi harian warga.

● Krisis diperparah oleh manajemen pemerintah yang buruk dan ketiadaan diversifikasi sumber energi.

Pemadaman listrik di Banda Aceh^[1] pada malam 28 November 2025 menjadi penanda awal situasi yang kemudian dikenal sebagai Siklon Senyar^[2]. Meski Banda Aceh relatif lebih aman dibanding sejumlah kabupaten dan kota lain di Sumatra, suasana krisis tetap ada.

Dalam kondisi rumah yang gelap akibat pemadaman listrik, warga berulang kali memeriksa ponsel untuk memastikan ketersediaan sinyal dan memperoleh kabar dari keluarga di daerah lain. Beberapa jam setelah pemadaman pertama, jaringan internet pun turut melemah secara signifikan.

Bagi warga setempat, saat itu yang hilang bukan hanya listrik, tetapi juga rasa aman—termasuk keyakinan bahwa rumah dan infrastruktur dasar di sekitarnya mampu melindungi mereka dari ancaman lanjutan.

Pemadaman listrik berkepanjangan kemudian memicu rangkaian kegagalan lanjutan. Rangkaian ini dimulai dari terputusnya komunikasi, terganggunya layanan publik hingga tidak berfungsinya bangunan serta fasilitas vital. Semuanya memantik kekacauan aktivitas sosial dan ekonomi secara berantai.

Dalam kajian kebencanaan, fenomena tersebut dikenal sebagai cascading failures^[3], yakni kegagalan satu sistem infrastruktur yang memicu kegagalan sistem lain secara berlapis.

Dalam kondisi bencana, termasuk badai Senyar, listrik kerap menjadi titik awal runtuhnya keterhubungan antarsistem—energi, struktur bangunan, komunikasi, dan layanan publik.

Alhasil, bencana tidak hanya dipahami sebagai dampak cuaca ekstrem atau kerusakan fisik, tetapi sebagai krisis yang saling terkait.

Dari mati lampu ke krisis informasi

Keandalan pasokan listrik di Banda Aceh dan sejumlah kota lain di Aceh sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Nagan Raya dengan dukungan PLTU Arun.

Read more: 6 cara melepas jerat batu bara Indonesia secara bertahap^[4]

Bahkan sebelum badai Senyar, sistem ini sudah relatif tidak stabil^[5], ditandai oleh pemadaman bergilir rutin di kondisi normal. Ketergantungan pada infrastruktur distribusi yang melintasi daerah aliran sungai—wilayah dengan potensi banjir tinggi—membuat sistem kelistrikan semakin rentan terganggu.

Ketika listrik padam, sistem komunikasi kemudian lumpuh. Menara BTS berhenti beroperasi, internet terputus, dan jaringan seluler melemah. Masyarakat kesulitan memperoleh informasi resmi, memastikan kondisi keluarga, dan menghubungi layanan darurat.

Ketika kanal utama tidak berfungsi, informasi simpang siur bahkan hoaks menyebar cepat. Pada saat yang sama, koordinasi pemerintah untuk menanggulangi kondisi tersebut kerap terganjal karena laporan lapangan yang diterima tidak terlaporkan secara real time.

Efek domino yang melumpuhkan kota

Efek domino selanjutnya menjalar ke layanan publik dan fasilitas vital. Tidak semua rumah sakit, puskesmas^[6], dan fasilitas publik memiliki genset sebagai sumber energi cadangan, terutama di wilayah pedalaman. Sementara fasilitas yang memilikinya pun sering menghadapi keterbatasan kapasitas dan durasi operasi.

Read more: Rentan terabaikan, anak perlu dukungan psikologis sejak dini dalam situasi bencana^[7]

Akibatnya, operasional alat medis, pendinginan obat, dan sistem data kesehatan yang bergantung pada pasokan listrik terganggu dan justru memperparah situasi^[8]. Pemadaman listrik turut mengganggu sistem air bersih dan sanitasi karena pompa berhenti bekerja, meningkatkan risiko penyakit—terutama bagi lansia, pasien kronis, ibu, dan anak.

Celakanya, di Banda Aceh, pasokan air bersih yang dijalankan perusahaan daerah air minum (PDAM) berbasis pompa listrik. Pada saat yang sama, sektor transportasi dan logistik ikut terganggu akibat terbatasnya operasional SPBU dan tersendatnya distribusi BBM. Hambatan ini memicu antrean panjang serta kepanikan ekonomi di sejumlah wilayah.

Gangguan listrik juga memicu gangguan serius pada sistem bahan bakar dan logistik. Distribusi BBM dan gas terganggu karena ketergantungan pada listrik, menyebabkan banyak SPBU beroperasi terbatas atau tutup. Antrean kendaraan mengular sehingga menghambat mobilitas warga, logistik, dan layanan darurat.

Roda perekonomian macet

Bagi masyarakat Aceh, berbagai krisis^[9] tersebut memicu runtuhnya ekonomi harian secara cepat. Ini ditandai dengan terhentinya aktivitas UMKM, melambatnya pasar, dan lumpuhnya sektor jasa.

Pada saat yang sama, pekerja harian kehilangan penghasilan sementara harga kebutuhan hidup justru meningkat akibat kelangkaan dan hambatan distribusi. Krisis pun terlihat dari lonjakan harga kebutuhan pokok, termasuk cabai yang sempat mencapai sekitar Rp250 ribu per kilogram^[10].

Kondisi ini menegaskan bahwa terganggunya pasokan listrik bukan sekadar masalah teknis, melainkan pemicu krisis ekonomi rumah tangga yang berlapis^[11], dengan dampak paling berat dirasakan oleh kelompok berpenghasilan rendah yang sepenuhnya bergantung pada jaringan listrik publik.

Ketidakpastian kebijakan dan kepemimpinan yang terbelah

Pelemahan ekonomi harian selama badai Senyar diperparah oleh ketidakpastian kebijakan dan lemahnya koordinasi lintas pemerintah.

Di tingkat nasional, pernyataan yang meremehkan^[12] dampak Siklon Senyar menunjukkan kesenjangan antara klaim dan realitas di lapangan.

Pada saat yang sama, krisis ini memunculkan kepemimpinan yang terfragmentasi^[13]. Pemerintah bahkan menyebarkan misinformasi atas klaim bohong terkait kondisi listrik di Aceh^[14].

Meski Presiden telah beberapa kali mengunjungi Aceh, langkah strategis pemerintah pusat untuk memutus rantai krisis belum tampak jelas^[15] sehingga tekanan akibat kegagalan sistem yang terjadi secara bersamaan terus mengaburkan batas antara krisis teknis dan krisis tata kelola.

Bangunan berdiri, sistem tidak berfungsi

Siklon Senyar mengajarkan kita semua bahwa ketahanan bangunan tidak cukup diukur dari kekuatan struktur fisik. Banyak bangunan publik dan fasilitas layanan masih berdiri, tetapi tidak dapat difungsikan karena ketiadaan energi.

Tanpa diversifikasi energi dan contingency plan yang jelas, bangunan-bangunan ini berubah menjadi “cangkang kosong” yang memperpanjang dampak bencana dan memperlambat proses pemulihan ketika krisis berlangsung berhari-hari.

Badai Senyar menunjukkan bahwa ketergantungan pada satu sumber energi merupakan kerentanan struktural. Ketika listrik padam dan BBM langka, seluruh sistem—bangunan, layanan publik, dan ekonomi—ikut runtuh.

Karena itu, diversifikasi energi^[16] harus ditempatkan sebagai agenda utama pengurangan risiko bencana. Diversifikasi ini harus terintegrasi dengan bangunan dan layanan publik melalui energi terbarukan skala kecil, microgrid^[17], dan sistem cadangan energi tersebar^[18] yang menjadi bagian dari contingency plan, bukan sekadar proyek tambahan.

Yang tidak kalah penting, contingency plan harus bersifat operasional: menjawab siapa berbuat apa, dengan sumber daya apa, dan untuk berapa lama.

References

1. ^{^} Pemadaman listrik di Banda Aceh (www.detik.com)
2. ^{^} Siklon Senyar (theconversation.com)
3. ^{^} cascading failures (www.sciencedirect.com)
4. ^{^} 6 cara melepas jerat batu bara Indonesia secara bertahap (theconversation.com)
5. ^{^} relatif tidak stabil (etd.repository.ugm.ac.id)
6. ^{^} rumah sakit, puskesmas (www.tempo.co)
7. ^{^} Rentan terabaikan, anak perlu dukungan psikologis sejak dini dalam situasi bencana (theconversation.com)
8. ^{^} memperparah situasi (www.bbc.com)
9. ^{^} berbagai krisis (tdmrc.usk.ac.id)
10. ^{^} Rp250 ribu per kilogram (www.acehinfo.id)
11. ^{^} pemicu krisis ekonomi rumah tangga yang berlapis (www.lowyinstitute.org)
12. ^{^} pernyataan yang meremehkan (www.cnnindonesia.com)
13. ^{^} kepemimpinan yang terfragmentasi (theconversation.com)
14. ^{^} kondisi listrik di Aceh (www.tempo.co)
15. ^{^} belum tampak jelas (theconversation.com)
16. ^{^} diversifikasi energi (www.iea.org)
17. ^{^} energi terbarukan skala kecil, microgrid (transisienergiberkeadilan.id)
18. ^{^} sistem cadangan energi tersebar (www.sciencedirect.com)