Riset: aksi iklim anak muda didominasi konsumsi ramah lingkungan -- penting tapi perlu aktivisme yang lebih berdampak
- Written by Aulia Nastiti, Ph.D Candidate in Political Science, Northwestern University
Di tengah bencana hidrometeorologi[1] hingga ancaman tenggelamnya ratusan pulau[2], kebijakan pemerintah Indonesia justru sering tidak mendukung kelestarian lingkungan[3]. Menurut survei global, tingkat kesadaran publik Indonesia akan krisis iklim relatif rendah[4], sedangkan persentase penyangkal perubahan iklim[5] relatif tinggi dibanding negara lain.
Tetapi, anak muda menunjukkan tren yang berbeda.
Generasi muda di Indonesia terbukti lebih peduli[6] isu lingkungan dan memiliki literasi perubahan iklim yang memadai. Selain itu, aktivisme iklim di Indonesia juga terlihat meningkat[7], meski masih relatif sepi[8] dibanding negara-negara maju.
Kajian awal pada 2020 di Indonesia menemukan dari 110 responden Generasi Z yang disurvei, lebih dari 80%[9] punya kesadaran iklim tinggi.
Read more: Riset awal tunjukkan nilai kesadaran perubahan iklim Gen-Z di Indonesia sangat tinggi[10]
Partisipasi anak muda punya efek yang menularkan[11] aktivisme di antara sesamanya. Sejalan dengan tren global, aktivisme iklim anak muda juga jadi ujung tombak[12] untuk mendesak pemerintah dan mengawal kebijakan lingkungan.
Sayangnya, saat ini masih minim data tentang pola partisipasi iklim anak muda di Indonesia, dan apa yang memotivasi mereka.
Penelitian kami di Remotivi[13] mengisi kekosongan ini melalui survei terhadap 612 anak muda usia 16-30 tahun dan focus group discussion (FGD) dengan aktivis lingkungan.
Riset ini mengonfirmasi tren positif bahwa anak muda tidak hanya sadar iklim, tapi juga bertindak untuk mitigasinya – terutama melalui konsumsi ramah lingkungan. Selain itu, penelitian juga menelusuri faktor apa yang memotivasi aksi iklim di kalangan muda.
Didominasi semangat konsumsi etis
Kami menemukan partisipasi anak muda dilakukan lewat dua jalan.
Jalan pertama, dan yang paling dominan, adalah lewat konsumsi ramah lingkungan. Ini merupakan aksi individu untuk mempertimbangkan dampak pola konsumsi mereka bagi lingkungan.
Partisipasi ini merupakan wujud kuasa individu sebagai konsumen untuk mendorong perubahan lewat intervensi ke pasar.
Gambar 1 menunjukkan rata-rata 70% responden telah berpartisipasi dalam berbagai praktik konsumsi ramah lingkungan, terutama mengurangi konsumsi energi dan sampah, serta memilih produk ramah lingkungan. Rata-rata responden pun telah melakukannya secara rutin.
Temuan ini tidak mengherankan karena jalan partisipasi ini lebih rendah risikonya dan dapat dilakukan lewat tindakan keseharian.
Gambar 1. Konsumsi Ramah Lingkungan