Setahun berselang, eksperimen Bitcoin sebagai alat bayar resmi di El Salvador gagal total
- Written by John Hawkins, Senior Lecturer, Canberra School of Politics, Economics and Society, University of Canberra
Setahun yang lalu, El Salvador menjadi negara pertama yang mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah – berdampingan dengan dolar Amerika Serikat (AS) yang menggantikan colón sebagai mata uang resmi negara Amerika Tengah tersebut pada 2001.
Presiden Nayib Bukele, yang memiliki ketertarikan besar pada mata uang kripto, mengusung langkah ini dengan harapan akan mendatangkan beragam keuntungan ekonomi.
Bukele berkata[1], menjadikan Bitcoin sebagai alat transaksi akan mendatangkan investasi asing, membuka lapangan kerja, dan “sedikit mendorong kemanusiaan ke arah yang benar”.
Ambisinya bahkan membuatnya membangun “Kota Bitcoin” – surga bebas pajak yang dibiayai[2] dengan menerbitkan surat utang negara[3] senilai US$1 miliar (sekitar Rp 15,25 triliun). Rencana awalnya adalah untuk menggunakan separuh dari hasil obligasi itu untuk membiayai pembangunan kota tersebut dan sisanya untuk membeli Bitcoin, dengan asumsi bahwa laba yang nantinya dihasilkan akan digunakan untuk membayar para pemegang obligasi.
Kini, setahun berselang, bukti menumpuk untuk bisa menyimpulkan Bukele – yang menyebut dirinya sendiri sebagai “diktator tekeren di dunia[4]” sebagai respons terhadap kritik mengenai gaya pemerintahan otoriternya – tak tahu apa yang sebenarnya ia lakukan.
Eksperimen keuangan yang berani ini nyatanya terbukti nyaris gagal total.
Menjadikan Bitcoin mata uang sah
Mengadopsi Bitcoin secara legal tak sekadar mengizinkan mata uang kripto itu menjadi alat transaksi resmi. Transaksi menggunakan Bitcoin sudah dimungkinkan di banyak (tapi tak semua[5]) negara. Tanpa menjadikannya alat transaksi resmi pun, jika warga El Salvador ingin membayar sesuatu dengan mata uang kripto dan penjual bersedia menerimanya, tentu saja ini mungkin dilakukan.
Tapi Bukele menginginkan lebih dari itu. Menjadikan Bitcoin mata uang sah berarti si penerima harus mau menerima mekanisme pembayaran ini. Ini termaktub dalam aturan yang dikeluarkan pada 2021[6] yang menyatakan, “setiap pelaku ekonomi harus menerima Bitcoin sebagai pembayaran ketika ditawarkan kepadanya oleh siapa pun yang memperoleh barang atau jasa”.
Read more: Mengapa El Salvador mengadopsi bitcoin menjadi alat pembayaran yang sah[7]
Demi mendukung penyerapan Bitcoin, Pemerintah El Salvador menciptakan aplikasi dompet digital yang dinamai “Chivo Wallet” (“chivo” adalah kata slang untuk “keren”) agar bisa menukar bitcoin dengan dolar tanpa dikenai biaya transaksi. Sebagai bonus, aplikasi ini menyediakan US$30 ketika diunduh (median pemasukan mingguan di El Salvador berkisar di US$360[8]).
Sayang, meskipun ditopang hukum dan diiming-imingi insentif, Bitcoin belum juga memenangkan hati rakyat.
Disambut dengan antusiasme minim
Sebuah survei representatif nasional[9] El Salvador pada Februari, diwakili oleh responden dari 1.800 rumah tangga, mengindikasikan bahwa hanya 20% populasi menggunakan Chivo Wallet untuk transaksi Bitcoin. Dua kali lipat dari angka tersebut mengunduh aplikasi itu hanya untuk mengklaim bonus US$30 yang ditawarkan.
Di antara responden yang merupakan pemilik bisnis, hanya 20% yang mengatakan bahwa mereka menerima Bitcoin sebagai alat bayar. Mereka umumnya berasal dari perusahaan yang termasuk dalam 10% perusahaan terbesar secara aset di El Salvador.
Penerimaan bisnis terhadap Bitcoin di El Salvador





