Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Tips hadapi patah hati saat ditolak gebetan—saran dari psikolog

  • Written by Veronica Lamarche, Senior Lecturer of Psychology, University of Essex
Tips hadapi patah hati saat ditolak gebetan—saran dari psikolog

Pernah patah hati karena disakiti seseorang yang spesial, entah sebagai pacar atau bahkan masih sebagai gebetan?

Tenang, kamu tak sendirian. Dalam hal percintaan, kemungkinan gagal tak bisa terhindarkan.

Bahkan bagi seseorang yang terlihat selalu berhasil memulai hubungan, selalu ada kemungkinan untuk menemukan bahwa pasangan tak bisa memenuhi kebutuhan akan hubungan. Ujung-ujungnya muncul konflik, kekecewaan, dan akhirnya putus.

Meski patah hati umum dialami, respons kita terhadap rasa sakit hati sering kali tak sehat. Lalu, kenapa kita sulit untuk menghadapi patah hati dengan cara konstruktif dibanding destruktif?

Alasannya adalah karena kita semua masih manusia: makhluk sosial.

Berabad-abad lalu, kita menggantungkan hidup pada keluarga dan komunitas sosial yang lebih luas untuk bertahan hidup. Artinya, seiring waktu, kita berkembang dengan sistem pemantauan psikologis yang kompleks. Sistem ini memastikan kita tetap terhubung dengan orang lain dan memberikan peringatan jika ada kemungkinan ditolak dari sebuah kelompok.

Evolusi manusia terkait hubungan sosial dengan orang lain ini sangat penting. Bahkan beberapa peneliti[1] berargumen bahwa pada dasarnya, salah satu kebutuhan dasar manusia adalah perasaan diterima. Perasaan ini bisa kita peroleh dari hubungan yang positif dan memuaskan.

Di berbagai konteks lingkungan, hubungan romantis umumnya menawarkan bentuk koneksi yang paling erat, tetapi juga dengan risiko penolakan yang besar.

Bagi yang belum ‘resmi’ berpacaran, akan selalu ada peluang tertolak atau menjadi korban ghosting. Sementara bagi yang telah resmi menjalani hubungan, peluang konflik, putus atau cerai, dan penolakan juga dapat terjadi seserius apa pun hubungannya.

Read more: From ghosting to 'backburner' relationships: the reasons people behave so badly on dating apps[2]

Momen-momen penolakan inilah yang makin membuat kita ingin diterima. Momen tersebut mendorong kita merespons penolakan dengan upaya memunculkan perasaan aman dan terkoneksi. Perasaan tersebut hadir untuk melawan risiko psikologis[3] dari ditinggalkan atau dikucilkan.

Penolakan dalam hubungan romantis pasti menyakitkan. Namun, tidak semua orang menyadarinya. Reaksi penolakan tiap orang terhadap penolakan juga berbeda.

Individu yang memiliki sensitivitas penolakan[4] (rejection sensitivity) lebih tinggi cenderung lebih aktif mengamati tanda-tanda penolakan dari orang terdekat mereka.

Kepekaan berlebih ini justru bisa jadi bumerang. Kepekaan ini membuat mereka mengantisipasi penolakan secara berlebihan dan mencegah orang lain melakukan tindakan yang bersifat meyakinkan untuk mempertahankan hubungan.

Perempuan menolak bunga mawar
Setiap orang memiliki level kepekaan yang berbeda dalam menghadapi penolakan. Farknot Architect/Shutterstock[5]

Pikirkan salah satu contoh ini. Misal ada circle pertemanan kita yang bertemu untuk minum kopi bareng, tetapi tidak mengajak kita. Otomatis kita akan merasa tak dianggap, meski mungkin mereka tak memiliki niat seperti itu.

Bagi orang dengan sensitivitas penolakan yang rendah akan cenderung menganggap tindakan tersebut merupakan tindakan yang tak disengaja. Mereka kemudian mampu berfokus ke hal positif sehingga bisa berpikir, “Terlihat seru nih, aku mau ikut juga kalau ada pertemuan lagi.”

Sebaliknya, bagi orang dengan sensitivitas penolakan yang tinggi, mereka akan cenderung berpikir ia memang sengaja tidak diajak. Bahkan ada kemungkinan grup pertemanan tersebut membenci dirinya.

Asumsi-asumsi ini berujung ke tindakan menghindar. Bukannya terbuka dengan ajakan bertemu di masa depan atau memberikan kesempatan untuk mengetahui bahwa kehadiran kita ternyata dirindukan—semua kemungkinan ini langsung ditutup dan hilang.

Tiga teman memegang kopi
Individu yang sensitif pada penolakan cenderung menganggap pertemuan tanpa mereka merupakan indikasi kebencian. Annika Knight/Dupe, CC BY-SA[6][7]

Kecenderungan melindungi diri dari penolakan sering kali berujung pada ramalan yang menjadi kenyataan (self-fulfilling prophecies). Misalnya, individu dengan harga diri rendah cenderung mengantisipasi penolakan[8]. Akibatnya, mereka condong untuk percaya[9] bahwa gebetan mereka memang tak tertarik dengan mereka.

Asumsi orang lain tak tertarik ini membuat mereka enggan mendekati orang yang mereka taksir. Gebetan mereka bisa menyalahartikan kepasifan ini sebagai tanda tidak tertarik atau bahkan mengira tak ada peluang untuk membangun hubungan. Akhirnya, “penolakan” tersebut benar-benar terjadi.

Satu-satunya cara keluar dari lingkaran tak berujung ini adalah berupaya untuk membangun hubungan, bukan terus berharap atau berasumsi bahwa orang lain akan mendekati lebih dulu.

Di sisi lain, individu dengan harga diri yang tinggi cenderung tak terlalu memedulikan penolakan. Namun, mereka lebih berpeluang terus memandang orang tercinta melalui pandangan cinta buta—pandangan amat positif—meski pernah mengalami penolakan dari pasangan[10].

Jika kamu baru saja ditolak gebetan atau patah hati karena hubungan pacaranmu kandas, berikut tips psikologis yang bisa membantu untuk move on.

Lebih peka terhadap tanda-tanda penolakan bukan berarti seseorang lebih kebal terhadap rasa sakit ditolak. Mengalami penolakan mendorong orang berpandangan negatif terhadap dirinya sendiri[11] dan orang lain. Pandangan ini bisa berakhir pada perilaku egois atau agresif[12].

Sebuah penelitian menemukan bahwa beberapa orang[13] menganggap pemaksaan seksual terhadap pasangan boleh dilakukan sebagai penebusan akan kesalahan atau rasa sakit dari pasangan.

Maka dari itu, di bawah takdir yang kejam ini, orang yang tersakiti sering kali menyakiti[14]. Akibatnya, kemungkinan untuk memperbaiki hubungan semakin kecil.

Lalu, bagaimana cara kita bisa menghadapi penolakan dengan lebih sehat?

Langkah awal yang amat penting adalah refleksi diri. Individu dengan harga diri rendah atau individu yang memiliki gaya kelekatan insecure[15] (individu yang memandang diri mereka rendah dan menganggap orang lain punya pandangan yang sama) cenderung lebih sensitif terhadap penolakan.

Coba refleksikan apakah ini menggambarkan diri kita.

Perempuan menulis di jurnal
Luangkan waktu refleksikan harga diri dan gaya kelekatan untuk pahami cara kita menghadapi penolakan. Rawpixel.com/Shutterstock[16]

Mengetahui bahwa kita sulit menghadapi penolakan dapat membantu kita merespons pengalaman tersebut dengan penuh kesadaran. Dengan pengetahuan ini, kita akan lebih pengertian pada diri sendiri saat menghadapi gejolak akibat penolakan dan lebih kecil kemungkinan untuk mengalami perasaan negatif[17].

Strategi lain adalah komunikasi yang konstruktif sebagai pengganti komunikasi destruktif.

Memang benar bahwa penolakan membuat kita menjadi defensif. Penolakan dapat membuat kita mengekspresikan diri kita terlalu negatif atau justru terlalu tertutup. Maka dari itu, cobalah untuk tidak terpaku mencari tahu niat dari pasangan kita.

Dalam sebuah hubungan, fokuslah pada bagaimana sebuah masalah menimbulkan perasaan tertentu pada kita dan hal apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi bermasalah tersebut. Upaya ini menjadi cara komunikasi sehat dan langsung sehingga lebih bermanfaat untuk hubungan.

Komunikasi dengan cara ini akan memperbesar peluang[18] pasangan bisa responsif terhadap kebutuhan kita di masa depan.

Kita tak harus lari dari penolakan. Penolakan merupakan sinyal sosial agar kita mengembangkan diri dan membangun hubungan dengan orang lain. Orang-orang yang menghargai potensi manfaat dari menjalin hubungan dengan orang lain—meski hubungan itu selalu berisiko—berpeluang lebih besar mendapatkan manfaat[19] dari hubungan tersebut.

Kezia Kevina Harmoko berkontribusi dalam penerjemahan artikel ini.

References

  1. ^ beberapa peneliti (doi.org)
  2. ^ From ghosting to 'backburner' relationships: the reasons people behave so badly on dating apps (theconversation.com)
  3. ^ risiko psikologis (doi.org)
  4. ^ sensitivitas penolakan (doi.org)
  5. ^ Farknot Architect/Shutterstock (www.shutterstock.com)
  6. ^ Annika Knight/Dupe (dupephotos.com)
  7. ^ CC BY-SA (creativecommons.org)
  8. ^ mengantisipasi penolakan (psycnet.apa.org)
  9. ^ condong untuk percaya (psycnet.apa.org)
  10. ^ meski pernah mengalami penolakan dari pasangan (psycnet.apa.org)
  11. ^ berpandangan negatif terhadap dirinya sendiri (doi.org)
  12. ^ egois atau agresif (psycnet.apa.org)
  13. ^ beberapa orang (repository.essex.ac.uk)
  14. ^ orang yang tersakiti sering kali menyakiti (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
  15. ^ gaya kelekatan insecure (www.simplypsychology.org)
  16. ^ Rawpixel.com/Shutterstock (shutterstock.com)
  17. ^ lebih kecil kemungkinan untuk mengalami perasaan negatif (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
  18. ^ memperbesar peluang (psycnet.apa.org)
  19. ^ mendapatkan manfaat (psycnet.apa.org)

Authors: Veronica Lamarche, Senior Lecturer of Psychology, University of Essex

Read more https://theconversation.com/tips-hadapi-patah-hati-saat-ditolak-gebetan-saran-dari-psikolog-253248

Magazine

Tips hadapi patah hati saat ditolak gebetan—saran dari psikolog

Romantic rejection can be very painful.Nomad_Soul/ShutterstockPernah patah hati karena disakiti seseorang yang spesial, entah sebagai pacar atau bahkan masih sebagai gebetan? Tenang, kamu tak sendiria...

Program imbalan untuk melepas hiu dan pari: Antara risiko dan harapan untuk konservasi

An Indonesian fisher safely releases a critically endangered wedgefish. Francesca Page.Francesca Page, CC BY-NC-NDHiu dan pari termasuk dalam beberapa spesies paling terancam di dunia, terutama karena...

Ramai-ramai tiru Ghibli: Isu hak cipta dan data pribadi di balik tren AI

● Penggunaan AI untuk menghasilkan gambar berisiko melanggar hak cipta. ● Interaksi pengguna dengan AI berpotensi mengancam privasi.● Regulasi Indonesia belum cukup spesifik untuk me...