Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Longsor bawah laut: Ancaman pemicu tsunami dalam senyap

  • Written by Harya Dwi Nugraha, Researcher at UiB | Assistant Professor, Universitas Pertamina
Longsor bawah laut: Ancaman pemicu tsunami dalam senyap

● Longsor bawah laut bisa memicu tsunami.

● Tsunami akibat longsor bawah laut datang tanpa peringatan, dan volume longsor bisa membesar di tengah jalan.

● Mitigasi risiko longsor bawah laut masih minim dan peta rawan longsor bawah laut Indonesia belum ada.

Dalam serial Netflix La Palma[1], liburan sebuah keluarga Norwegia di Kepulauan Canary mendadak berubah menjadi tragedi.

Longsor akibat letusan gunung berapi memicu tsunami dahsyat. Bah menyapu pulau-pulau yang berjarak puluhan hingga ratusan kilometer dari pusat kejadian. Untungnya, dalam film itu, keluarga Norwegia tersebut berhasil selamat berkat peringatan dini dan informasi lokasi titik aman yang dikeluarkan oleh negara mereka.

La Palma adalah cerita fiksi yang terinspirasi[2] dari kejadian nyata letusan gunung berapi Cumbre Vieja di Pulau La Palma, Kepulauan Canary, Spanyol, pada 2021. Hasil riset ilmiah dua dekade sebelum kejadian, menyebut ada potensi terjadi megatsunami akibat longsor dari lereng gunung berapi itu. Untungnya, tidak sampai jadi kenyataan.

Tapi di Indonesia, peristiwa serupa pernah benar-benar terjadi. Pada 2018, sebagian lereng Gunung Anak Krakatau ambruk ke laut dan memicu tsunami di Selat Sunda[3] yang menewaskan ratusan orang. Bedanya, bencana ini datang tanpa peringatan, meski riset enam tahun sebelumnya[4] sudah memprediksi hal ini.

Peristiwa ini menjadi peringatan bahwa tsunami tak selalu diawali gempa besar atau berasal dari zona megathrust[5]. Longsor bawah laut bisa menjadi pemicu yang tak kalah berbahaya.

Apa itu longsor bawah laut?

Longsor bawah laut terjadi ketika batuan atau tumpukan sedimen di lereng dasar laut tiba-tiba bergerak turun[6].

Hal ini bisa terjadi karena banyak hal[7]: kondisi lereng dasar laut yang curam, struktur tanah yang tidak stabil, atau karena ada pemicu eksternal seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Saat longsor terjadi, air laut di atasnya terguncang hebat dan kemudian memicu tsunami. Berbeda dengan tsunami akibat gempa, tsunami yang disebabkan longsor[8] biasanya bersifat lokal dan datang sangat cepat, membuat waktu untuk menyelamatkan diri sangat sempit.

Longsor bisa membesar di tengah jalan

Penelitian saya bersama beberapa rekan peneliti[9] menunjukkan, longsor bawah laut ternyata tidak hanya membawa batuan atau lumpur yang runtuh dari awal, tapi juga bisa mengikis sedimen yang dilewatinya. Jadi, longsor ini bisa “membesar” sepanjang jalan, seperti bola salju yang makin besar saat menggelinding.

Data global[10] menunjukkan, volume longsor bawah laut cenderung bertambah besar dua kali lipat dari volume awal, bahkan dalam kasus yang sangat ekstrem—seperti Longsor Gorgon di lepas pantai barat daya Australia—volumenya membesar sampai 13 kali lipat.

Kasus ekstrem seperti ini terjadi karena dasar laut di sana banyak mengandung selut kalsium[11] — yaitu semacam lumpur dari partikel kapur yang sangat halus dan rapuh, sehingga mudah tersapu oleh longsor.

Hal ini membuat daerah tersebut bertambah rawan terjadi tsunami besar[12], karenanya infrastruktur[13] bawah lautnya perlu dirancang lebih kuat.

Dalam beberapa kondisi, volume longsor juga bisa berkurang atau tetap, tergantung jenis sedimen dan kontur dasar laut serta cara dia bergerak. Misalnya, kala longsor mengalami aquaplaning—yaitu kondisi saat longsor “meluncur” di atas lapisan air tipis di dasar laut, seperti mobil yang tergelincir di jalan basah[14]—longsor bisa bergerak jauh tanpa bertambah volume karena gesekan hampir tidak ada.

Volume awal longsor adalah parameter yang sangat penting untuk memperkirakan seberapa besar air laut yang akan terdorong. Semakin besar volume longsor awal, semakin besar juga potensi tsunami yang bisa muncul.

Data yang biasa digunakan untuk melihat kondisi bawah laut—seperti data seismik refleksi (semacam “rontgen” Bumi)—sering kali hanya memotret volume akhir longsor, seperti pada kasus longsor bawah laut di dekat Nusantara[15], ibu kota baru Indonesia.

Padahal, temuan kami[16] menunjukkan prediksi volume awal harusnya bisa dilakukan meski hanya tersedia data volume akhir. Ini penting untuk menyusun skenario mitigasi tsunami secara akurat.

Selain membahayakan nyawa masyarakat, longsor bawah laut berpotensi melumpuhkan komunikasi global karena 95% lalu lintas data dunia mengalir lewat kabel serat optik bawah laut[17]—dan Indonesia punya peran penting sebagai simpul dalam jaringan ini. Saat letusan Gunung Krakatau 1883, kabel telegraf internasional terputus diduga akibat longsor bawah laut yang menyertai bencana tersebut[18].

Indonesia menjadi simpul kabel serat optik bawah laut. Submarine Cable Map

Apa yang bisa dilakukan?

Riset tentang longsor bawah laut di Indonesia sampai saat ini masih minim[19] dan belum jadi prioritas. Peta rawan longsor[20] di darat sudah ada, tapi peta rawan longsor bawah laut? Belum tersedia.

Padahal sebagai negara maritim dengan wilayah laut luas, geologi aktif, dan garis pantai panjang, Indonesia sangat rawan longsor bawah laut—dan di sanalah potensi longsor yang lebih besar bisa terjadi, diam-diam, dalam sunyi.

Salah satu kendala riset bawah laut adalah biayanya yang mahal. Namun sebenarnya kita memiliki jalan pintas yang cepat dan murah—yakni dengan memanfaatkan kembali data seismik refleksi dari industri minyak dan gas (migas)[21].

Lebih dari 60 tahun sejak eksplorasi migas lepas pantai Indonesia[22] dimulai, data ini telah mencakup sebagian besar wilayah perairan Indonesia. Meski resolusinya hanya puluhan hingga ratusan meter (semakin kecil resolusinya semakin baik), kualitasnya cukup tajam untuk jadi dasar pemetaan risiko regional.

Pemerintah sebaiknya mempermudah akses publik[23] terhadap data ini, terutama bagi peneliti. Data tersebut bisa diolah menjadi peta risiko yang berguna untuk edukasi, komunikasi bencana, dan simulasi tsunami.

Informasi yang tepat dan komunikasi risiko yang baik akan sangat membantu masyarakat bersiap dan merespons lebih cepat saat bencana datang.

Selain itu, komunikasi bencana ke depan perlu dibuat lebih kreatif. Di era digital ini, mayoritas orang mungkin lebih suka menonton Netflix ketimbang membaca berita atau makalah ilmiah tentang geologi. Karena itu, pemerintah dan para ilmuwan mungkin bisa menggandeng seniman atau sineas untuk menyampaikan pesan atau komunikasi risiko melalui media yang lebih dekat dengan publik—seperti film La Palma tadi.

References

  1. ^ La Palma (www.netflix.com)
  2. ^ terinspirasi (www.gamereactor.eu)
  3. ^ tsunami di Selat Sunda (disasterphilanthropy.org)
  4. ^ riset enam tahun sebelumnya (pubs.geoscienceworld.org)
  5. ^ megathrust (theconversation.com)
  6. ^ di lereng dasar laut tiba-tiba bergerak turun (royalsocietypublishing.org)
  7. ^ bisa terjadi karena banyak hal (royalsocietypublishing.org)
  8. ^ tsunami yang disebabkan longsor (www.tsunami.gov)
  9. ^ Penelitian saya bersama beberapa rekan peneliti (pubs.geoscienceworld.org)
  10. ^ Data global (pubs.geoscienceworld.org)
  11. ^ selut kalsium (pasti.kemdikbud.go.id)
  12. ^ rawan terjadi tsunami besar (theconversation.com)
  13. ^ infrastruktur (www.totaldepth.com.au)
  14. ^ mobil yang tergelincir di jalan basah (www.tempo.co)
  15. ^ longsor bawah laut di dekat Nusantara (www.bbc.com)
  16. ^ temuan kami (pubs.geoscienceworld.org)
  17. ^ 95% lalu lintas data dunia mengalir lewat kabel serat optik bawah laut (books.google.no)
  18. ^ longsor bawah laut yang menyertai bencana tersebut (www.nature.com)
  19. ^ minim (www.researchgate.net)
  20. ^ Peta rawan longsor (theconversation.com)
  21. ^ memanfaatkan kembali data seismik refleksi dari industri minyak dan gas (migas) (greennetwork.asia)
  22. ^ eksplorasi migas lepas pantai Indonesia (www.offshore-mag.com)
  23. ^ akses publik (datamigas.esdm.go.id)

Authors: Harya Dwi Nugraha, Researcher at UiB | Assistant Professor, Universitas Pertamina

Read more https://theconversation.com/longsor-bawah-laut-ancaman-pemicu-tsunami-dalam-senyap-254800

Magazine

Longsor bawah laut: Ancaman pemicu tsunami dalam senyap

The Gorgon Slide, salah satu longsor bawah laut paling erosif di dunia, terekam dalam data seismik refleksi.Visualisasi interpretasi seismik oleh Harya Dwi Nugraha, © 2025., CC BY● Longsor ...

Mengapa banyak produk kosmetik mengandung asbes?

Donenko Oleksii/ShutterstockAsbes banyak digunakan sepanjang abad ke-20. Zat ini dipakai sebagai bahan bangunan, kampas rem, hingga salju buatan dalam syuting film seperti The Wizard of Oz dan White C...

Paus Leo XIV hadapi keterbatasan dalam mereformasi Gereja Katolik, tetapi Fransiskus sudah membuka jalan

Paus Leo XIV yang baru terpilih muncul di balkon Basilika Santo Petrus di Vatikan pada hari Kamis, 8 Mei 2025.AP Photo/Andrew MedichiniKardinal Robert Prevost, dari Amerika Serikat (AS), terpilih seba...