Kenapa calon pengantin perlu cek kesehatan sebelum menikah?
- Written by Indra Adi Susianto, Dosen dan Peneliti Klinis, Unika Soegijapranata

● Cek kesehatan pranikah merupakan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin.
● Prosedur ini bisa cegah penularan infeksi seksual hingga penyakit keturunan.
● Sejumlah daerah menjadikan cek kesehatan sebagai syarat wajib sebelum menikah.
Sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan, penting bagi kamu dan pasangan untuk saling transparan soal kondisi satu sama lain, termasuk kesehatan.
Caranya dengan melakukan premarital check up, yaitu rangkaian pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin sebelum menikah.
Cek kesehatan pranikah sangat berguna untuk mengurangi risiko masalah kesehatan pada calon pengantin maupun buah hati kelak[1], sekaligus memantapkan keputusan menikah.
Cegah penyakit turunan maupun menular
Pemerintah Indonesia menganjurkan agar setiap calon pengantin cek kesehatan[2] minimal tiga bulan sebelum pernikahan. Bahkan di beberapa wilayah (seperti Depok[3] dan Jakarta[4]), pemeriksaan kesehatan jadi syarat wajib menikah dan bisa dilakukan secara gratis di puskesmas setempat.
Selain itu, kamu bisa cek kesehatan pranikah berbayar di klinik dan rumah sakit. Biayanya mencapai Rp700 ribu hingga di atas Rp3 juta (tergantung paket pilihan).
Penelitian dalam jurnal PLOS One mengungkapkan bahwa cek kesehatan pranikah berpotensi mengurangi risiko penularan infeksi menular seksual (seperti HIV dan sifilis)[5] maupun penyakit keturunan (seperti talasemia).
Berikut manfaat tes kesehatan pranikah yang perlu kamu tahu:
1. Mengetahui kecocokan rhesus darah
Jika kamu dan pasangan berencana memiliki anak, coba cek golongan darah dan rhesus terlebih dahulu. Tes ini diperlukan untuk mengetahui kecocokan rhesus (Rh) kamu dengan pasangan[6] sehingga bisa mengurangi risiko komplikasi pada janin.
Rhesus merupakan protein pelapis sel darah merah yang terdapat di dalam setiap golongan darah (A, B, O, dan AB). Protein ini terbagi menjadi rhesus negatif (Rh-) dan rhesus positif (Rh+).
Idealnya, kamu dan pasangan harus memiliki rhesus setipe (sama-sama Rh- atau Rh+). Perbedaan rhesus antara kamu dan pasangan berisiko menimbulkan inkompatibilitas rhesus (ketidakcocokan rhesus)[7].
Kondisi yang dikenal pula sebagai penyakit rhesus ini merupakan kelainan pada bayi[8] akibat mewarisi Rh+ dari ayah, sementara sang ibu memiliki Rh-. Ketidakcocokan rhesus menyebabkan sistem kekebalan ibu menyerang sel darah merah bayi, sehingga bisa mengakibatkan si kecil mengalami anemia berat, penyakit kuning, disabilitas, hingga kematian.
Sebagian besar penyakit rhesus muncul pada kehamilan kedua[9].
2. Cegah stunting hingga penyakit keturunan
Secara garis besar, complete blood count (CBC) alias pemeriksaan darah lengkap[11] bertujuan untuk memeriksa kondisi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (keping darah).
Selain untuk mengevaluasi kondisi kesehatan secara umum, tes CBC bisa mendeteksi masalah kesehatan, seperti anemia (kekurangan sel darah merah), kekurangan gizi, hingga talasemia (kelainan sel darah merah genetik karena kekurangan hemoglobin).
Anemia misalnya, masih menjadi masalah laten yang dialami sekitar 32% remaja perempuan[12] di Indonesia (empat dari 10 remaja perempuan mengalami kondisi ini[13]).
Anemia tidak hanya membahayakan nyawa ibu usai persalinan[14], tetapi juga berisiko membahayakan janin. Sebab, kekurangan sel darah merah bisa jadi tanda kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk mendukung kehamilan[15], seperti zat besi, vitamin B12, protein, dan folat. Akibatnya, anak berisiko terlahir prematur, berat badan lahir rendah, perkembangan kognitif dan motoriknya terhambat[16], stunting[17] hingga kehilangan nyawa.
Read more: Anak keluarga mapan bisa terkena 'stunting', mengapa demikian?[18]
Karena itu, pemerintah menyarankan agar pengantin perempuan yang mengalami anemia dan kekurangan gizi untuk menunda kehamilan[19] hingga kondisinya membaik.
Selain anemia, peningkatan kasus talasemia dasawarsa terakhir[20] membuat pemeriksaan darah lengkap sangat penting untuk memutus mata rantai penyakit keturunan ini.
Talasemia berisiko menyebabkan anak mengalami kerusakan organ dalam[21] (seperti jantung dan hati), pertumbuhan terhambat, dan lebih rentan terinfeksi.
Kita dapat mencegah talasemia dengan menghindari perkawinan sesama pembawa sifat talasemia[22].
4. Periksa kesuburan
Penelitian tahun 2023 dalam BMC Psychiatry mengungkapkan bahwa gangguan kesuburan[31] bisa memicu konflik dan beban psikologis[32] saat pernikahan.
Karena itu, tak ada salahnya bagi laki-laki yang berencana memiliki anak untuk melakukan tes kesuburan berupa analisis sperma[33] sebelum menikah.
Sementara perempuan bisa melakukan pemeriksaan ginekologi[34] untuk mendeteksi masalah pada rahim maupun organ reproduksi, seperti kista ovarium, sindrom polikistik ovarium (PCOS), dan mioma uteri.
5. Deteksi penyakit metabolik
Kamu dan pasangan juga perlu melakukan tes urine lengkap dan tes gula darah. Tes ini berguna untuk memeriksa keberadaan penyakit sistemik dan metabolik (proses tubuh menyerap zat gizi) yang berisiko mengganggu program kehamilan, misalnya diabetes.
Read more: Diabetes tipe 5 jadi varian baru: Ini beberapa jenis diabetes yang perlu kamu tahu[35]
Bangun keluarga sehat sejak dini
Manfaat cek kesehatan pranikah bukan sekadar untuk mengetahui kondisi kesehatan kamu dan pasangan. Ini merupakan langkah awal yang krusial untuk mencegah berbagai masalah yang berisiko mengganggu kesehatan keluarga dan keharmonisan rumah tangga, memutus mata rantai penyakit, serta melahirkan generasi yang sehat.
References
- ^ mengurangi risiko masalah kesehatan pada calon pengantin maupun buah hati kelak (ayosehat.kemkes.go.id)
- ^ cek kesehatan (peraturan.bpk.go.id)
- ^ Depok (berita.depok.go.id)
- ^ Jakarta (peraturan.bpk.go.id)
- ^ mengurangi risiko penularan infeksi menular seksual (seperti HIV dan sifilis) (journals.plos.org)
- ^ kecocokan rhesus (Rh) kamu dengan pasangan (www.stanfordchildrens.org)
- ^ inkompatibilitas rhesus (ketidakcocokan rhesus) (www.stanfordchildrens.org)
- ^ kelainan pada bayi (www.stanfordchildrens.org)
- ^ muncul pada kehamilan kedua (www.stanfordchildrens.org)
- ^ FOTOGRIN / Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ pemeriksaan darah lengkap (medlineplus.gov)
- ^ 32% remaja perempuan (ayosehat.kemkes.go.id)
- ^ empat dari 10 remaja perempuan mengalami kondisi ini (stunting.go.id)
- ^ membahayakan nyawa ibu usai persalinan (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk mendukung kehamilan (ayosehat.kemkes.go.id)
- ^ perkembangan kognitif dan motoriknya terhambat (www.who.int)
- ^ stunting (www.sciencedirect.com)
- ^ Anak keluarga mapan bisa terkena 'stunting', mengapa demikian? (theconversation.com)
- ^ untuk menunda kehamilan (ayosehat.kemkes.go.id)
- ^ peningkatan kasus talasemia dasawarsa terakhir (health.detik.com)
- ^ kerusakan organ dalam (www.idai.or.id)
- ^ menghindari perkawinan sesama pembawa sifat talasemia (sehatnegeriku.kemkes.go.id)
- ^ tes HIV (siha.kemkes.go.id)
- ^ 31 ribu kasus HIV baru (hivaids-pimsindonesia.or.id)
- ^ selama kehamilan (www.frontiersin.org)
- ^ rentan terhadap berbagai infeksi (www.frontiersin.org)
- ^ VDRL (medlineplus.gov)
- ^ RPR (medlineplus.gov)
- ^ TORCH (medlineplus.gov)
- ^ 4 PM production / Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ gangguan kesuburan (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ konflik dan beban psikologis (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ analisis sperma (www.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ pemeriksaan ginekologi (www.msdmanuals.com)
- ^ Diabetes tipe 5 jadi varian baru: Ini beberapa jenis diabetes yang perlu kamu tahu (theconversation.com)
Authors: Indra Adi Susianto, Dosen dan Peneliti Klinis, Unika Soegijapranata
Read more https://theconversation.com/kenapa-calon-pengantin-perlu-cek-kesehatan-sebelum-menikah-257629