Sakti perempuan Bali: Kekuatan penopang pariwisata yang terabaikan
- Written by Nararya Narottama, Dosen Pariwisata, Universitas Udayana

● Perempuan, dalam budaya Bali, membawa Śakti, yakni energi yang memelihara harmoni spiritual, sosial, dan alam.
● Perempuan Bali adalah pilar penting dalam ekonomi kreatif dan sektor pariwisata.
● Peran Śakti seharusnya dibesarkan dalam narasi pariwisata Bali.
Di Pasar Seni Sukawati, Gianyar, senyuman ramah dan tawar-menawar harga kain endek (kain tradisional Bali) atau patung kayu menjadi pemandangan sehari-hari.
Di balik interaksi jual beli sederhana itu, ada kekuatan tersembunyi yang menjaga pariwisata Bali tetap hidup: grit atau ketangguhan perempuan dalam bahasa setempat.
Seorang pedagang perempuan menceritakan rutinitasnya kepada saya. Sebelum matahari terbit, ia sudah menyiapkan banten (sesajen) untuk sembahyang, lalu memasak sarapan keluarga.
Dari pagi hingga sore, ia menjaga kios, melayani pembeli dari mancanegara. Sore hari ia bergegas ke balai banjar untuk ngayah (kerja bakti sosial dan keagamaan), sebelum malam kembali ke peran domestiknya, menjadi istri sekaligus ibu.
Rangkaian aktivitas tanpa henti ini bukan sekadar kesibukan, melainkan cerminan tiga peran[1] utama yang lekat dalam kehidupan perempuan—domestik, produktif, dan sosial.
Di Bali, peran ini masih ditambah lagi dengan peran spiritual. Perempuanlah yang menjadi penjaga utama sesajen harian di pasar dan upacara adat yang berlangsung hampir setiap pekan.
Ketangguhan perempuan dalam menjalankan semua peran itu berakar dari filosofi Tri Hita Karana[2]: harmoni dengan Parahyangan (Tuhan), Pawongan (sesama), dan Palemahan (alam).
Sayangnya, meskipun secara budaya perempuan dianggap membawa śakti, peran nyata perempuan belum sepenuhnya diakui secara sosial dan politik, termasuk dalam dunia pariwisata Bali yang masyhur itu.
Sakti dalam diri perempuan
Dalam tradisi Hindu Bali, perempuan dipercaya membawa Sakti, yakni energi feminin kosmik yang memberi kehidupan.
Tanpa Sakti, aspek maskulin (Purusa) tidak akan ada.
Bersama Pradana (aspek materi)[4], Śakti menjaga keseimbangan alam semesta[5].
Ada dua metafora[6] dalam tradisi Hindu yang sering digunakan untuk menjelaskan peran Śakti[7].
Pertama, kebangkitan (jāgrat karṇā)—yakni membangkitkan kehadiran ilahi dalam arca dewa atau tubuh manusia.
Di Bali, perempuan melakukannya setiap hari dengan menyiapkan banten atau sesajen, menyalakan dupa, hingga memimpin ritual kecil di rumah maupun pasar yang “membangkitkan” energi spiritual.
Kedua, suhu atau panas tubuh. Śakti sering dipahami sebagai suhu yang meningkat seperti panas: semakin besar Śakti, semakin hangat “suhu” ruang atau komunitas itu.
Lewat kerja domestik, ekonomi, dan ritual, perempuan Bali menjaga “suhu spiritual” komunitas tetap hangat. Hal inilah yang dirasakan wisatawan sebagai aura khas Bali: harmoni, ketulusan, dan daya hidup.
Perempuan juga bekerja untuk meredam konflik rumah tangga. Dalam keluarga besar yang tinggal satu pekarangan atau rumah, gesekan rentan terjadi.
Bekerja pada akhirnya menjadi strategi sosial pagi perempuan untuk “lepas” dari potensi konflik domestik.
Kios pasar biasanya menjadi ruang aman bagi perempuan, baik sebagai tempat mencari nafkah sekaligus menjaga keharmonisan keluarga serta kewarasan di tengah tekanan ekonomi dan sosial.
Tanpa pengakuan ini, semua pujian tinggal slogan kosong.
Perempuan Bali adalah jantung yang memompa energi regeneratif sekaligus penjaga keseimbangan Purusa–Pradana–Sakti, yang memastikan filosofi Tri Hita Karana tetap hidup.
Mengakui dan memberdayakan Śakti berarti menjaga daya hidup yang membuat Bali istimewa.
Lebih dari sekadar isu kesetaraan gender, ini adalah syarat agar pariwisata Bali tidak menjadi mesin penguras energi sosial dan spiritual masyarakatnya, melainkan sumber kekuatan yang memulihkan dan mewariskan harmoni bagi generasi mendatang.
References
- ^ tiga peran (www.routledge.com)
- ^ Tri Hita Karana (kemenag.go.id)
- ^ tri adinugroho/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ Pradana (aspek materi) (pustaka-bpkxii.org)
- ^ keseimbangan alam semesta (www.tandfonline.com)
- ^ dua metafora (archive.org)
- ^ peran Śakti (www.mdpi.com)
- ^ Sergio RodriB/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ kemolekan tubuh perempuan (www.tandfonline.com)
- ^ berhenti pada keterlibatan formal (www.tandfonline.com)
- ^ Sony Herdiana/Shutterstock (www.shutterstock.com)
Authors: Nararya Narottama, Dosen Pariwisata, Universitas Udayana
Read more https://theconversation.com/sakti-perempuan-bali-kekuatan-penopang-pariwisata-yang-terabaikan-265781