Apakah detoks dopamin masuk akal untuk dilakukan?
- Written by Anastasia Hronis, Clinical Psychologist, Lecturer and Research Supervisor, Graduate School of Health, University of Technology Sydney
Media sosial saat ini dibanjiri dengan tip mengurangi asupan dopamin. Mulai dari “detoks digital”[1], “dopamine detox”, sampai “dopamine reset,” istilah-istilah ini sering disebut sebagai solusi menangani kecanduan gawai yang menurunkan kesehatan mental. Para influencer TikTok[2] mengklaim bahwa tindakan tersebut mampu “mereset” otak mereka.
Di era modern ini, otak kita memang dibombardir dengan stimulasi tak terbatas. Kita dengan mudah terstimulasi dari scrolling media sosial, bermain gim, notifikasi surel, sampai camilan manis[3].
Semua hal yang menyenangkan seakan berada dalam genggaman. Akhirnya, otak kita senantiasa menerima dopamin[4].
Asupan dopamin yang konstan ini lama-kelamaan membuat kita tak lagi sensitif[5] dengan stimulasi.
Akhirnya, kita terus melakukan kegiatan-kegiatan yang memunculkan stimulasi, seakan kegiatan itu sudah menjadi bagian dari diri kita.
Scrolling media sosial kapan pun terasa biasa saja. Berjam-jam bermain gim terasa normal. Hidup jadi terasa hambar.
Tak heran, kini makin banyak orang yang berupaya melakukan detoks dopamin untuk berhenti melakukan aktivitas-aktivitas yang kian menjemukan itu. Namun, benarkah detoks dopamin memang efektif?
Apakah kita benar-benar bisa mendetoks dopamin?
Jawaban singkatnya: Tidak.
Kita tidak bisa mendetoksifikasi dopamin dari diri kita. Proses detoks mengharuskan kita menghilangkan secara total suatu zat kimia dari tubuh.
Misalnya kita melakukan detoks alkohol. Kita berhenti minum alkohol dan membiarkan tubuh kita membuang segala racun yang berkaitan dengan alkohol.
Read more: Cara menghindari konten mengerikan di media sosial agar tak terbayang-bayang[6]
Dalam konteks dopamin, kita tidak bisa melakukan detoks. Dopamin muncul secara alami dan berperan penting dalam fungsi tubuh kita.
Dopamin berkaitan erat dengan[7] dari pusat kesenangan dan kepuasan di otak. Motivasi, pergerakan, gairah, sampai hal sesederhana tidur—dipengaruhi oleh dopamin.
Jika kita melakukan detoks dopamin, kita tidak akan bisa berfungsi sebagai manusia. Kita tidak akan bisa hidup.
Istilah “detoks dopamin” yang jadi tren
Pada dasarnya, “detoks dopamin” yang banyak dibahas di media sosial hanyalah tindakan menghindari aktivitas yang memunculkan dopamin secara instan.
Misalnya gim, media sosial, makanan manis, atau belanja daring. Tindakan “detoks kenikmatan” ini biasanya dilakukan dalam jangka waktu singkat, sekitar 24 jam.
“Detoks dopamin” selama 24 jam bisa terasa amat berat. Selama proses menahan diri[8], individu yang melakukannya terkadang merasakan dorongan dan keinginan yang intens, kelelahan hebat, kecemasan, atau merasa lebih sensitif secara emosional. Rasa ketidaknyamanan ini dipercaya sebagai tanda bahwa “reset dopamin” memang berhasil.
Read more: Hati-hati tergoda diskon, kenali trik psikologis yang mengelabui otak dan memicu perilaku belanja impulsif[9]
Proses menahan diri ini mungkin terasa intens, tetapi sayangnya efek proses ini umumnya tak bertahan lama, hanya satu sampai dua hari. Soalnya, dopamin adalah proses yang kompleks dan dipengaruhi beragam faktor. Reset selama 24 jam tak akan langsung mengubah sistem kompleks tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa setelah beberapa lama melakukan pantang tertentu, kebiasaan buruk rawan kembali muncul[10]. Kecuali jika orang tersebut aktif membangun kebiasaan positif baru yang membuat mereka mendapatkan kesenangan dengan cara yang lebih sehat.
Apa yang dapat dilakukan?
Jika kita ingin memperbaiki perilaku yang erat dengan dopamin instan atau ingin lepas dari zat tertentu, kita perlu menjalani proses panjang. Ini pastinya memakan waktu lebih dari 24 jam.
Menggantikan perasaan senang dari “dopamin instan” dengan aktivitas “dopamin sehat” dapat mengembalikan sensitivitas otak kita terhadap kenikmatan. Dengan sensitivitas ini, hidup kita akan terasa lebih menyenangkan.
Aktivitas “dopamin sehat” adalah aktivitas yang memerlukan lebih banyak usaha dan kesabaran. Misalnya membuat kerajinan tangan, olahraga[11], atau mempelajari sesuatu yang baru[12].
Aktivitas menjalin hubungan dengan orang lain[13] secara tatap muka atau mendengarkan musik[14] yang kita suka juga terhitung sebagai aktivitas yang lebih sehat dibanding aktivitas “dopamin instan”.
Read more: Konten brain rot lumpuhkan kemampuan kita bercerita penuh makna[15]
Aktivitas-aktivitas tersebut mampu menghidupkan alur dopamin otak, sekaligus melepaskan neurotransmiter lain seperti oksitosin dan serotonin. Kedua hormon tersebut memunculkan suasana hati yang positif.
Tren “detoks dopamin” menunjukkan bahwa makin banyak individu yang ingin merasa lebih berarti, menumbuhkan kembali motivasi, dan menikmati hal-hal sederhana di tengah dunia yang penuh dengan stimulasi.
Tak ada tombol reset untuk sistem dopamin di otak kita. Namun, kita bisa selalu mengarahkan diri pada kesenangan yang lebih jangka panjang melalui olahraga, musik, hubungan yang bermakna, dan eksplorasi hal-hal yang tak pernah kita ketahui sebelumnya.
Kezia Kevina Harmoko berkontribusi dalam penerjemahan artikel ini.
References
- ^ “detoks digital” (theconversation.com)
- ^ influencer TikTok (www.tiktok.com)
- ^ camilan manis (doi.org)
- ^ senantiasa menerima dopamin (doi.org)
- ^ tak lagi sensitif (research.vu.nl)
- ^ Cara menghindari konten mengerikan di media sosial agar tak terbayang-bayang (theconversation.com)
- ^ berkaitan erat dengan (doi.org)
- ^ proses menahan diri (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ Hati-hati tergoda diskon, kenali trik psikologis yang mengelabui otak dan memicu perilaku belanja impulsif (theconversation.com)
- ^ kebiasaan buruk rawan kembali muncul (doi.org)
- ^ olahraga (doi.org)
- ^ mempelajari sesuatu yang baru (doi.org)
- ^ hubungan dengan orang lain (www.cell.com)
- ^ mendengarkan musik (doi.org)
- ^ Konten brain rot lumpuhkan kemampuan kita bercerita penuh makna (theconversation.com)
Authors: Anastasia Hronis, Clinical Psychologist, Lecturer and Research Supervisor, Graduate School of Health, University of Technology Sydney
Read more https://theconversation.com/apakah-detoks-dopamin-masuk-akal-untuk-dilakukan-267442




