Membangun layanan yang inklusif: Prabowo harus memprioritaskan aspek ‘publik’ dalam infrastruktur digital
- Written by Hafiz Noer, Head of Research, Center for Digital Society (CfDS), Universitas Gadjah Mada
Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi telah bekerja sejak 20 Oktober 2024.
Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauPrabowo[1] yang memuat isu-isu penting hasil pemetaan kami bersama TCID Author Network. Edisi ini turut mengevaluasi 10 tahun pemerintahan Joko Widodo, sekaligus menjadi bekal Prabowo-Gibran menjalankan tugasnya.
Selama ini, pemerintah sering kali memfokuskan pembangunan infrastruktur digital hanya pada aspek fisik. Sementara aspek “publik” dalam infrastruktur digital kerap terabaikan. Akibatnya, infrastruktur digital tidak merata atau hanya bisa diakses oleh kelompok tertentu saja.
Oleh karena itu, pemerintahan saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto perlu memahami kembali arti penting dari ‘publik’ agar pembangunan infrastruktur digital tidak hanya sebatas penyediaan teknologi, tetapi juga mampu menghadirkan layanan publik digital yang inklusif, aman, dan sesuai kebutuhan masyarakat luas.
Apa itu aspek ‘publik’ dalam digital public infrastructure
Dalam digital public infrastructure (DPI), kata ‘publik’ merujuk pada aspek kepentingan umum dan akses yang bisa dinikmati oleh semua.
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami makna ‘publik’ dalam DPI ini, yaitu melalui atribusi dan fungsi dari infrastruktur digital[2] tersebut.
Pendekatan atribusi atau kepemilikan membantu kita melihat apakah infrastruktur tersebut dapat dimiliki atau dikendalikan oleh publik. DPI yang berbasis publik berarti dikelola demi kepentingan umum, bukan semata-mata untuk keuntungan komersial.
Sementara itu, dari sisi fungsi, infrastruktur digital harus benar-benar memberikan manfaat kepada masyarakat, baik dari segi nilai sosial, nilai ekonomi, pemenuhan kebutuhan, maupun pemenuhan hak asasi[3].
DPI menggabungkan perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) dengan layanan publik dalam sebuah sistem yang efisien dan dapat diukur keberhasilannya.
Di antara ketiga elemen ini, ada lapisan penting yang disebut “infrastruktur bersama,” yaitu komponen dasar yang memungkinkan interaksi di ruang digital, seperti identitas pribadi, sistem pembayaran, dan pertukaran data[4].





