Asian Spectator

Men's Weekly

.

Iduladha 2025: Pentingnya mengendalikan konsumsi dan berbagi secara berkelanjutan

  • Written by Imam Salehudin, Associate professor, Universitas Indonesia
Iduladha 2025: Pentingnya mengendalikan konsumsi dan berbagi secara berkelanjutan

● Iduladha jadi salah satu momen besar yang dirayakan mayoritas masyarakat Indonesia.

● Namun euforia perayaan ini kerap membuat yang menunaikannya melupakan esensi berbagi sebagai inti Iduladha.

● Alih-alih berbagi, ada risiko kesehatan dan lingkungan yang mengintai.

Ibadah kurban saat Iduladha adalah salah satu pilar penting dalam ajaran Islam di Indonesia yang mengajarkan keikhlasan, pengorbanan, dan solidaritas sosial. Setiap tahun, jutaan umat Muslim menyembelih sapi kurban atau kambing sebagai bentuk ketaatan dan kepedulian terhadap sesama dengan potensi sumbangsih ke perekonomian nasional[1] mencapai Rp28,2 triliun.

Namun, di balik makna spiritual yang mendalam, praktik kurban sering kali disertai dengan perilaku konsumsi berlebihan—baik dalam bentuk pesta makan, distribusi yang mubazir, hingga penggunaan plastik sekali pakai[2] dalam skala besar.

Di tengah krisis lingkungan dan tekanan ekonomi yang semakin kompleks, Iduladha seharusnya menjadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran baru: ibadah kurban perlu dijalankan seiring dengan prinsip mindful consumption[3], atau konsumsi yang sadar, bijak, dan bertanggung jawab.

Godaan makan daging berlebih

Iduladha di Indonesia bukan perayaan spiritual semata, tapi juga momen pemerataan dan keadilan sosial. Sebab, sebagian besar daging sapi atau kambing maupun domba kurban dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan[4].

Dalam suasana penuh kebersamaan ini, konsumsi makanan sering kali melonjak drastis. Sate, gulai, tongseng, rendang—semuanya hadir dalam jumlah besar, tidak jarang melampaui kebutuhan. Euforia kurban mendorong semangat berbagi dan menjamu, namun juga sering menimbulkan pemborosan.

Pola konsumsi yang berlebih ini bukan tanpa dampak. Dari sisi kesehatan[5], lonjakan konsumsi daging dalam waktu singkat dapat menimbulkan gangguan pencernaan, kolesterol tinggi, hingga tekanan darah yang meningkat.

Toh di tengah situasi ekonomi domestik dan global yang sedang tidak kondusif seperti ini, lonjakan konsumsi di periode Iduladha tak memberi sumbangsih besar pada perekonomian nasional. Pada momen Idulfitri pun[6] tren lonjakan konsumsi hanya untuk kalangan kelas menengah semata.

Upaya mengurangi limbah plastik saat Iduladha

Sementara itu, dari perspektif lingkungan, pembagian daging kurban seringkali dilakukan menggunakan kantong plastik sekali pakai[7]. Akibatnya, limbah kantong plastik menjadi meningkat pesat pada hari-hari pembagian daging kurban. Meskipun pemerintah setiap tahun mengeluarkan himbauan, tapi tetap saja sulit mengubah perilaku hasil tradisi yang sudah lama ini.

Upaya mengurangi limbah plastik selama Iduladha menjadi bagian penting dalam mewujudkan konsumsi yang sadar dan bertanggung jawab. Di Indonesia, penggunaan plastik sekali pakai saat pembagian daging kurban masih sangat umum, mulai dari kantong plastik hingga wadah pembungkus sekali pakai. Padahal, limbah plastik ini sulit terurai dan berdampak buruk pada lingkungan, terutama jika dibuang sembarangan.

Dalam setiap lebaran haji atau idul adha, tidak hanya daging yang meningkat konsumsinya tapi juga plastik kresek yang tidak ramah lingkungan
Plastik kresek yang higienitasnya tak terjamin seperti ini kerap digunakan untuk membungkus daging kurban. PORNSIT SONGSITTICHOKE/shutterstock[8]

Salah satu alternatif yang sangat cocok dan tradisional adalah penggunaan besek dari daun kelapa, pandan, atau bambu[9]. Besek ini tidak hanya ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami yang mudah terurai, tetapi juga kuat dan cukup praktis untuk membungkus serta membawa daging kurban.

Read more: Kampanye "Rayakan Idul Adha Tanpa Kantong Plastik" terus dorong upaya Indonesia kurangi sampah plastik[10]

Untuk menjaga kebersihan dan mencegah bocor, bagian dalam besek dapat ditambah lapisan daun pisang atau daun jati, yang juga mudah didapat dan ramah lingkungan. Penggunaan besek menghidupkan kembali tradisi lokal sekaligus mengurangi ketergantungan pada plastik sekali pakai.

Selain itu, untuk pembagian daging dalam skala kecil atau komunitas yang lebih terbatas, warga dapat diimbau membawa wadah sendiri dari rumah. Membawa wadah sendiri sudah menjadi tren dalam berbagai aktivitas ramah lingkungan dan mudah diterapkan dalam pembagian daging kurban.

Hal-hal kecil seperti ini bisa jadi lahan edukasi bagi masyarakat bahwa berkurban tidak hanya soal ritual, tetapi juga bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Menghidupkan kembali semangat kurban yang sesungguhnya

Salah satu ayat dalam Al-Qur'an[11] menyebutkan bahwa “Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu”.

Artinya, yang utama dalam kurban adalah niat dan ketakwaan, bukan besarnya hewan atau banyaknya daging yang dibagikan. Kurban adalah tentang keikhlasan melepaskan sesuatu yang dicintai demi Allah dan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama manusia.

Kurban juga mengandung pesan sosial yang kuat. Daging hewan yang disembelih bukan untuk dinikmati sendiri sepenuhnya, tetapi untuk dibagikan kepada mereka yang berhak: keluarga, kerabat, tetangga, dan terutama fakir miskin.

Orang miskin di Indonesia menurut data kemiskinan BPS hanya bisa sekadar makan seadanya untuk menyambung hidup
Ada jutaan orang masyarakat miskin berdasarkan data BPS yang menganggap makan daging adalah suatu kemewahan. wulandari wulandari/shutterstock[12]

Daripada larut dalam perayaan hari raya semata, ada baiknya semua pihak baik dari masyarakat dan pemerintah menjadikan momen Iduladha sebagai titik mula kebiasaan berbagi.

Contoh inisiasi yang patut mendapat apresiasi adalah Dompet Dhuafa yang memiliki program Program Tebar Hewan Kurban[13]. Model kurban berkelanjutan ini bertujuan untuk memenuhi suplai hewan kurban ke rural area, seperti daerah pinggiran, kawasan pedalaman, daerah rawan pangan, komunitas minoritas, hingga daerah-daerah pascabencana.[14].

Program ini mampu mendistribusikan kurban ke lebih dari 1.500 desa dengan kategori tingkat kemiskinan di atas rata-rata di 38 provinsi. Disamping distribusi, program ini juga memanfaatkan instrumen keuangan islami seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf[15] untuk membina peternakan lokal kecil di berbagai daerah di Indonesia agar lebih produktif, dan bersaing melalui pelatihan manajemen ternak, peningkatan standar kesehatan hewan, dan strategi pemasaran.

Begitu juga yang dilakukan oleh platform penggalangan dana dan donasi Kitabisa. Platform ini bisa memudahkan para darmawan untuk berkurban hingga bisa memilih destinasi alokasi kurban yang dihendaki. Bahkan, ada program cicilan hewan kurban[16]. Alhasil, sepanjang tahun lalu[17], lebih dari 8.900 hewan kurban yang dibagi menjadi 300 ribu paket yang disalurkan kepada yang membutuhkan di seluruh Nusantara.

Read more: Literasi keuangan syariah bisa jadi penangkal pinjol dan judol[18]

Indonesia pun masih menghadapi persoalan malnutrisi karena pola makan yang tidak seimbang. Konsumsi daging sapi Indonesia juga hanya rata-rata 2,4 kg/orang/tahun[19]. Ini merupakan peringkat kedua terendah di antara negara-negara anggota OECD (Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan).

Lebih lagi, angka rata-rata ini berarti ada sebagian penduduk yang mengkonsumsi daging sapi lebih sedikit dan ada sebagian penduduk yang mengkonsumsi lebih banyak dari angka rata-rata tersebut.

Karena itu, di momen perayaan Iduladha ini penting untuk kembali merenungkan esensi ibadah kurban yang sejati. Kurban bukan semata tentang penyembelihan hewan, melainkan bentuk ketundukan dan ketulusan hati untuk prihatin dan berbagi antar sesama yang bisa dilakukan secara berkelanjutan tanpa harus menunggu event tahunan.

References

  1. ^ sumbangsih ke perekonomian nasional (www.tempo.co)
  2. ^ penggunaan plastik sekali pakai (esgnow.republika.co.id)
  3. ^ mindful consumption (link.springer.com)
  4. ^ dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan (baznas.go.id)
  5. ^ sisi kesehatan (www.djkn.kemenkeu.go.id)
  6. ^ Idulfitri pun (www.kompas.id)
  7. ^ kantong plastik sekali pakai (esgnow.republika.co.id)
  8. ^ PORNSIT SONGSITTICHOKE/shutterstock (www.shutterstock.com)
  9. ^ daun kelapa, pandan, atau bambu (theconversation.com)
  10. ^ Kampanye "Rayakan Idul Adha Tanpa Kantong Plastik" terus dorong upaya Indonesia kurangi sampah plastik (theconversation.com)
  11. ^ Al-Qur'an (quran.nu.or.id)
  12. ^ wulandari wulandari/shutterstock (www.shutterstock.com)
  13. ^ Program Tebar Hewan Kurban (www.dompetdhuafa.org)
  14. ^ kawasan pedalaman, daerah rawan pangan, komunitas minoritas, hingga daerah-daerah pascabencana. (www.dompetdhuafa.org)
  15. ^ zakat, infak, sedekah, dan wakaf (www.dompetdhuafa.org)
  16. ^ program cicilan hewan kurban (koperasi.kitabisa.com)
  17. ^ sepanjang tahun lalu (www.instagram.com)
  18. ^ Literasi keuangan syariah bisa jadi penangkal pinjol dan judol (theconversation.com)
  19. ^ 2,4 kg/orang/tahun (www.oecd.org)

Authors: Imam Salehudin, Associate professor, Universitas Indonesia

Read more https://theconversation.com/iduladha-2025-pentingnya-mengendalikan-konsumsi-dan-berbagi-secara-berkelanjutan-257945

Magazine

‘Love-hate relationship’ dengan Pak Ogah: Membantu atau mengganggu lalu lintas?

Ilustrasi Pak Ogah sedang mengatur lalu lintas. Misgianto Misgianto/Shutterstock● Peran Pak Ogah bisa membantu mengurai kemacetan, tapi juga kerap merugikan pengendara.● Keberadaan Pak Oga...

Kampanye lingkungan bagi Gen Z: Perlu contoh nyata, bukan perintah apalagi ceramah

● Gen Z memiliki kesadaran lingkungan tinggi dan literasi yang baik soal perubahan iklim.● Perilaku pro-lingkungan Gen Z lebih dipengaruhi oleh tindakan nyata yang dicontohkan orang-orang ...

MK wajibkan biaya SD hingga SMP gratis: Bagaimana putusan ini bisa diterapkan?

CC BYMahkamah Konstitusi (MK) telah memberikan mandat kepada pemerintah untuk wajib menyediakan pendidikan dasar gratis di sekolah negeri maupun swasta untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah ...