Kampanye lingkungan bagi Gen Z: Perlu contoh nyata, bukan perintah apalagi ceramah
- Written by FX Ari Agung Prastowo, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

● Gen Z memiliki kesadaran lingkungan tinggi dan literasi yang baik soal perubahan iklim.
● Perilaku pro-lingkungan Gen Z lebih dipengaruhi oleh tindakan nyata yang dicontohkan orang-orang di sekitar mereka daripada ceramah atau perintah.
● Eksposur media sosial, terutama Instagram, punya peran penting dalam memperkuat niat dan aksi pro-lingkungan.
Karakter generasi Z (Gen Z) memang unik. Selain terkenal kritis dan senang kebebasan[1], Gen Z juga tidak suka diperintah, dijejali ceramah, tapi punya rasa ingin tahu yang besar.
Kesadaran Gen Z terhadap berbagai isu termasuk lingkungan sangat tinggi[2]. Mereka memiliki literasi yang baik[3] soal perubahan iklim.
Sekarang, pekerjaan rumahnya adalah bagaimana mendorong Gen Z agar mau terlibat aktif dalam aksi nyata.
Penelitian saya bersama rekan peneliti[4] menunjukkan bahwa perilaku Gen Z cenderung lebih dipengaruhi oleh tindakan atau apa yang mereka lihat, ketimbang perintah atau ceramah. Paparan media sosial, terutama Instagram, juga besar memengaruhi perilaku pro-lingkungan Gen Z.
Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata
Sensus Penduduk 2020[5] oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk Indonesia pada 2020 mencapai 270,2 juta orang. Dari jumlah tersebut, 52,2 % merupakan kaum muda yang berasal dari kelompok Z dan milenial.
Proporsi[6] Z yang lahir tahun 1997-2012 mencapai 26,4 persen atau 71,5 juta jiwa dari total populasi nasional, lebih besar dibandingkan generasi milenial (lahir 1981-1996).
Artinya, Gen Z yang berusia produktif akan segera mendominasi populasi[7]. Karena itu, penting untuk memahami faktor-faktor yang membentuk perilaku mereka, terutama dalam hal kepedulian terhadap lingkungan.
Kami melakukan riset untuk menganalisis faktor yang memengaruhi niat Gen Z untuk berperilaku pro-lingkungan (pro-environmental behavior/PEB) serta efek paparan informasi di media sosial terhadap sikap mereka. Kami memakai metode survei cross-sectional dengan 670 responden Gen Z (18–25 tahun) di Indonesia. Data dikumpulkan melalui kuesioner online, yang disebarkan lewat media sosial.
Hasilnya, studi kami[8] menemukan bahwa norma deskriptif—kebiasaan yang dicontohkan orang lain—lebih berpengaruh terhadap perilaku pro-lingkungan Gen Z dibandingkan norma injungtif seperti perintah atau ceramah.
Kaum Z mengadopsi perilaku pro-lingkungan berdasarkan kebiasaan yang diterapkan oleh lingkungan terdekat mereka, terutama keluarga. Jika orang tua dan anggota keluarga aktif dalam kegiatan ramah lingkungan, anak-anak mereka lebih cenderung mengikuti jejak tersebut.
Temuan ini mendukung prinsip “Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata,” yang ditemukan dalam sebuah riset[9] lebih dari satu dekade silam.
Kampanye lingkungan di era medsos
Gen Z merupakan generasi pertama yang dibesarkan sepenuhnya dalam era digital[10]. Mereka sering disebut sebagai iGeneration[11] karena sangat bergantung pada teknologi dan informasi.
Pengaruh media sosial[12] terhadap Gen Z juga terlihat, misalnya, dari perilaku ramah lingkungan[13] dan lebih peduli pada pengelolaan polusi plastik.[14] dari paparan konten-konten positif.
References
- ^ kritis dan senang kebebasan (natcen.ac.uk)
- ^ sangat tinggi (www.tandfonline.com)
- ^ literasi yang baik (indikator.co.id)
- ^ Penelitian saya bersama rekan peneliti (www.frontiersin.org)
- ^ Sensus Penduduk 2020 (sensus.bps.go.id)
- ^ Proporsi (www.kompas.id)
- ^ mendominasi populasi (www.kompas.id)
- ^ studi kami (www.frontiersin.org)
- ^ riset (www.sciencedirect.com)
- ^ digital (cdn.idntimes.com)
- ^ iGeneration (www.researchgate.net)
- ^ media sosial (link.springer.com)
- ^ ramah lingkungan (www.mdpi.com)
- ^ pengelolaan polusi plastik. (journals.plos.org)
- ^ Twitter (www.tandfonline.com)
- ^ Instagram (www.sciencedirect.com)
- ^ Youtube (www.tandfonline.com)
- ^ Facebook (www.tandfonline.com)
- ^ penelitian kami (www.frontiersin.org)
- ^ cocok (ieeexplore.ieee.org)
- ^ Instagram (www.tandfonline.com)
- ^ efektif (www.emerald.com)
- ^ Perubahan perilaku (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
Authors: FX Ari Agung Prastowo, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran