Asian Spectator

Men's Weekly

.

Serial ‘Adolescence’: Bagaimana teknik ‘one-shot’ bikin tiap episodenya lebih mencekam

  • Written by Lukas Deni Setiawan, Dosen, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Serial ‘Adolescence’: Bagaimana teknik ‘one-shot’ bikin tiap episodenya lebih mencekam

● Serial ‘Adolescence’ menggunakan teknik pengambilan gambar tunggal atau ‘single shot cinema’ (SSC) untuk memperkuat keterlibatan penonton.

● Penggunaan SSC mencerminkan kebutuhan penonton akan pengalaman menonton yang intens, tanpa jeda, dan mendalam.

● Popularitas ‘Adolescence’ menunjukkan pergeseran selera konsumsi media.

Di hari yang sangat biasa itu, rombongan polisi bersenjata lengkap mendobrak pintu sebuah rumah. Seluruh anggota keluarga sontak terperanjat. Apakah polisi tersebut salah alamat? Ternyata tidak.

Tak dinyana, target penangkapan dugaan pembunuhan itu adalah Jamie Miller—anak bungsu mereka yang berusia 13 tahun. Diselimuti rasa syok, marah, dan kebingungan, keluarga Miller tergopoh mengikuti sang anak yang digiring ke kantor polisi.

Itulah 6,5 menit pembuka dari Adolescence[1], sebuah serial yang mengulik peliknya persoalan remaja urban. Serial ini dengan cepat merangsek ke top list[2] Netflix dan menjadi bahan perbincangan sejak tayang pada awal 2025.

Salah satu hal paling mencuri perhatian dan kerap diperbincangkan[3] dari serial ini adalah teknik one-shot[4] atau pengambilan gambar tunggal panjang yang dilakukan secara terus-menerus tanpa potongan.

Teknik sinematografi ini mampu menyuguhkan pengalaman menonton yang berbeda. Sebab, single shot cinema (SSC)—istilah yang sering dipakai untuk menyebut gaya visual ini—menawarkan keterlibatan emosional yang lebih intens[5] kepada penonton adegan demi adegan.

Sejarah teknik shot tunggal

one shoot, cinematography, SSC
Fedorovekb/shutterstock[6] Pada awal kelahiran film, SSC adalah satu-satunya teknik pengambilan gambar yang digunakan oleh filmmaker. Namun, sejak pembuat film asal Prancis, Georges Méliès,[7] menemukan teknik berganti shot dalam satu reel, ditambah teknik cutting dan montase[8] dalam proses editing—lambat laun para pembuat film mulai meninggalkan pendekatan dokumentatif dan mulai memanipulasi dimensi ruang dan waktu[9] untuk menyampaikan narasi, terutama dalam film berdurasi panjang[10]. Teknik[11] tersebut kian berkembang seiring majunya teknologi kamera, digital recording, digital editing, hingga makin canggihnya teknologi special effect dan computer-generated imagery (CGI). Impresi penonton atas film tak lagi hanya bergantung pada kepiawaian penata set, kamerawan, dan sutradara, tetapi juga oleh animator dan editor yang bekerja setelah syuting dilakukan. Meski begitu, tidak sedikit sineas yang tetap menjadikan shot panjang atau long take sebagai bagian penting dalam pendekatan visual mereka. Baik dalam scene tertentu, seperti dalam film Women from Rote Island[12], Atonement[13], Dunkirk[14], Tenet[15], maupun keseluruhan film seperti Russian Ark[16], Adolescence, Nyai[17], Anak Lanang[18]. Ada juga film yang sebenarnya bukan SSC, tapi diolah sedemikian rupa agar tampak seolah diambil dalam single shot, seperti Rope[19], 1917[20], dan Birdman[21]. Shot panjang membawa penonton merasakan sensasi berada di tengah peristiwa yang disajikan tanpa jeda. Oleh sebab itu, dalam SSC, ritme visual tetap hidup berkat pergerakan kamera atau keluar-masuknya objek ke dalam frame, atau kombinasi keduanya. Kini, hadirnya teknologi camera support (termasuk drone) dan kamera mini memperluas eksplorasi visual. Pendekatan SSC ini memberikan keleluasaan bagi sutradara untuk mengarahkan penonton melihat dari sudut pandang tertentu yang ajek—baik dari posisi kamera atau mengikuti tokoh tertentu—sehingga lebih meyakinkan[22] secara emosional maupun visual.
Gaji tak kunjung naik. Promosi mesti pindah perusahaan. Skripsi belum juga ACC. Diet ketat, berat badan tak turun juga. Lingkungan kerja toxic, bosnya narsistik. Gaji bulan ini mesti dibagi untuk orang tua dan anak. Mau sustainable living, ongkosnya mahal. Notifikasi kantor berdenting hingga tengah malam. Generasi Zilenials hidup di tengah disrupsi teknologi, persaingan ketat, dan kerusakan lingkungan. Simak ‘Lika Liku Zilenial’ mengupas tuntas permasalahanmu berdasar riset dan saran pakar. Shot tunggal dalam Adolescence Episode 1 dan 2 Adolescence memperlihatkan sudut pandang detektif Luke Bascombe—yang memimpin penyelidikan kasus. Di episode 3, fokus berpindah ke Briony Ariston—psikolog pendamping anak. Sedangkan episode 4 mengeksplorasi sudut pandang si ayah, Eddie Miller. Serial ini pada akhirnya mengajak penonton untuk merenungkan: apa yang salah dengan masyarakat sehingga seorang remaja yang ‘tampak baik-baik’ bisa melakukan tindakan kejam seperti pembunuhan? Ragam sudut pandang di atas mewakili kelompok masyarakat yang biasanya paling berkaitan erat dengan kasus semacam ini: polisi, pemerhati anak, dan orang tua. Sampai akhir episode final, penonton tidak mendapatkan sosok antagonis nyata yang layak disalahkan. Ini merupakan misi filmmaker yang sangat cocok[23] dikemas[24] dalam SSC. Tawaran pengalaman dari kamera yang mengorbit pada ketiga tokoh utama itu mewakili keinginan penonton untuk nimbrung dalam persoalan, mengambil perspektif salah satu tokoh, serta ikut bertanya-tanya: siapa yang salah, apa yang keliru? Melalui SSC, filmmaker seolah-olah melakukan koreografi kamera[25] yang dengan cerdiknya mampu menghanyutkan penonton ke dalam misi sang pembuat film: mempertanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi di tengah masyarakat kita sekarang, serta sejauh mana kita masing-masing (harus) terlibat dan ikut bertanggung jawab? Berkesan karena relevan? Pesatnya kemajuan teknologi informasi berkorelasi positif[26] dengan penggunaan internet secara berlebihan. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya tren pencarian sensasi[27] dengan preferensi media yang lebih bervariasi, baru, kompleks, dan menunjukkan sensasi pengalaman intens[28]. Dalam hal ini, secara teknis SSC mampu menjawab kebutuhan tersebut[29]. Tiktok, medsos, short
Chinnapong/shutterstock[30] Buktinya, akhir-akhir ini, kita sudah makin akrab dengan format SSC melalui produksi klip-klip pendek one-shot di Tik Tok, live streaming, hingga video-video amatir di YouTube yang bahkan viral. Bukan karena kualitas gambar atau hasil editing-nya yang rumit, tetapi lebih karena tawaran sensasi yang membuat penonton membayangkan dirinya “berada di sana” tanpa jeda. Misalnya klip-klip pendek one-shot tentang perjalanan[31] ke suatu tempat atau rekaman mencicipi makanan[32] di salah satu sudut kota yang diambil dalam satu bidikan panjang bisa membangkitkan rasa penasaran kita untuk terus menonton. Artinya, penonton menggandrungi serial Adolescence bukan hanya karena daya tarik kekuatan ceritanya, tapi juga karena serial ini menyuguhkan pengalaman visual dan sensasi serupa dengan konten klip di media sosial yang biasa kita tonton sehari-hari. References^ Adolescence (www.netflix.com)^ top list (tvline.com)^ paling mencuri perhatian dan kerap diperbincangkan (www.mirror.co.uk)^ one-shot (www.youtube.com)^ menawarkan keterlibatan emosional yang lebih intens (wavefilmakers.com)^ Fedorovekb/shutterstock (www.shutterstock.com)^ Georges Méliès, (archive.org)^ montase (www.bloomsburycollections.com)^ dimensi ruang dan waktu (link.springer.com)^ film berdurasi panjang (archive.org)^ Teknik (doi.org)^ Women from Rote Island (www.imdb.com)^ Atonement (www.imdb.com)^ Dunkirk (www.imdb.com)^ Tenet (www.imdb.com)^ Russian Ark (www.imdb.com)^ Nyai (www.imdb.com)^ Anak Lanang (youtu.be)^ Rope (www.imdb.com)^ 1917 (www.imdb.com)^ Birdman (www.imdb.com)^ lebih meyakinkan (www.degruyterbrill.com)^ cocok (dergipark.org.tr)^ dikemas (singleshotcinema.com)^ koreografi kamera (singleshotcinema.com)^ berkorelasi positif (www.mdpi.com)^ pencarian sensasi (doi.org)^ bervariasi, baru, kompleks, dan menunjukkan sensasi pengalaman intens (doi.org)^ SSC mampu menjawab kebutuhan tersebut (singleshotcinema.com)^ Chinnapong/shutterstock (www.shutterstock.com)^ perjalanan (youtube.com)^ mencicipi makanan (youtu.be)Authors: Lukas Deni Setiawan, Dosen, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Read more https://theconversation.com/serial-adolescence-bagaimana-teknik-one-shot-bikin-tiap-episodenya-lebih-mencekam-257339

Magazine

Serial ‘Adolescence’: Bagaimana teknik ‘one-shot’ bikin tiap episodenya lebih mencekam

● Serial ‘Adolescence’ menggunakan teknik pengambilan gambar tunggal atau ‘single shot cinema’ (SSC) untuk memperkuat keterlibatan penonton.● Penggunaan SSC mencerm...

Fadli Zon menyangkal pemerkosaan massal 1998: Revisi sejarah picu kemarahan publik

Wulandari Wulandari/shutterstock● Pernyataan Fadli Zon terkait pemerkosaan 1998 bertentangan dengan temuan resmi dan menafikan trauma penyintas.● Muncul kecurigaan bahwa pemerintah berusah...

Apa jadinya kalau Indonesia mendirikan kesultanan lagi?

Abdi Dalam Kraton Jogjakarta bersiap untuk melaksanakan Labuhan Parangkusumo atau peringatan penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Raja, pada 11 Februari 2024. Agung Widiyanto/Shutterstock`...