ODHIV lebih berisiko kena kanker: Deteksi dini hingga pengobatan yang tepat tingkatkan harapan hidup
- Written by Ronny Soviandhi, Assistant researcher, Center for Tropical Medicine, Universitas Gadjah Mada
● Orang dengan HIV berisiko lebih tinggi terpapar beberapa jenis kanker dibandingkan masyarakat umum.
● Gaya hidup buruk turut meningkatkan risiko ODHIV terkena kanker.
● Deteksi dini hingga pola pengobatan yang tepat bisa cegah kanker makin parah dan tingkatkan harapan hidup ODHIV.
Artikel ini untuk memperingati Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2025.
Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 564 ribu orang dengan HIV (ODHIV)[1] pada tahun 2025.
Penyakit akibat infeksi Human immunodeficiency virus ini mengurangi sistem kekebalan tubuh ODHIV, sehingga mereka lebih rentan terkena berbagai penyakit termasuk kanker.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa 2,6% ODHIV berisiko mengalami kanker. Penyakit ini menyebabkan sel tubuh membelah terus-menerus, tidak terkontrol, hingga bisa merusak berbagai organ vital[2].
Read more: Mengapa deteksi dini kanker lebih baik daripada mengobati saat sudah parah?[3]
Bagaimana kanker menjangkiti ODHIV?
HIV akan terus menginfeksi tubuh pengidapnya dengan menghasilkan sel yang dapat menurunkan sistem kekebalan[4], seperti sel T CD4+, makrofag, dan sel dendrik.
Selain itu, sistem kekebalan tubuh ODHIV juga kian melemah seiring bertambahnya usia.
Sistem kekebalan yang rusak parah dapat mengurangi kemampuan tubuh melawan virus sehingga kian memperbesar risiko ODHIV terkena virus pemicu kanker (oncogenic viruses).
Virus penyebab kanker yang paling umum pada ODHIV, yaitu Human Herpesvirus 8 (HHV-8) dan Epstein-Barr virus (EBV) yang menyebabkan jenis kanker kelenjar getah bening (limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin).
Kemudian, ada virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV) yang memicu kanker hati. Lalu, Human papillomavirus (HPV) yang menyebabkan kanker serviks, anus, orofaring (tenggorokan di belakang mulut), penis, vagina, dan vulva.
Risiko perempuan ODHIV terkena kanker serviks bahkan enam kali lebih besar[5] dibandingkan perempuan pada populasi umum.
Selain melemahkan sistem kekebalan tubuh, infeksi HIV[7] juga bisa menyebabkan peradangan kronis dan kian mengganggu kekebalan ODHIV. Kondisi ini dapat merusak DNA sel[8], hingga berujung pada pertumbuhan sel yang tidak normal alias kanker.
Infeksi HIV juga meningkatkan risiko kematian[9] bagi orang yang terdiagnosis kanker stadium lanjut.
Read more: Kombinasi HIV dan TB percepat kematian orang dengan HIV, bagaimana mencegahnya?[10]
Gaya hidup pengaruhi risiko
Gaya hidup turut memengaruhi peningkatan risiko kanker pada ODHIV, seperti kebiasaan merokok[11] maupun terpapar asap rokok, minum alkohol, kurang konsumsi pangan sehat, jarang melakukan aktivitas fisik, hingga sering terkena paparan sinar radiasi UV ataupun zat kimia.
Tidak hanya itu, faktor sosial[12] dan struktural secara tidak langsung meningkatkan risiko kanker pada ODHIV, seperti tingkat pendidikan, akses ke fasilitas kesehatan, jenis kelamin, negara tempat tinggal, kemampuan diri ODHIV, ras dan etnis, serta status sosial ekonominya.
Misalnya, ODHIV yang tinggal di daerah dengan stigma dan diskriminasi sosial yang tinggi[13] bisa mengurangi kecenderungan mereka untuk memeriksakan diri dan mengupayakan pengobatan kanker.
Stigma pada ODHIV[14] turut menyulitkan deteksi dini kanker. Kondisi ini membuat ODHIV cenderung tertutup, misalnya lebih memilih mengambil obat antiretroviral (ARV) secara sembunyi-sembunyi.
Untuk meningkatkan keterlibatan ODHIV dalam deteksi dini kanker[15], mereka memerlukan dukungan, akses informasi akurat, dan perawatan yang tepat dari semua pihak.
Pencegahan dan deteksi dini kanker pada ODHIV
Pencegahan sedini mungkin harus dilakukan untuk mengurangi risiko ODHIV terkena kanker sehingga memperpanjang usia harapan hidup mereka. Skrining kanker pada ODHIV terbukti efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian[17].
Penanganan ODHIV yang memasuki usia lanjut dengan risiko kanker tinggi perlu diprioritaskan lewat pencegahan dan deteksi dini.
Selain itu, ODHIV perlu disiplin melakukan kombinasi terapi antiretroviral (cART)[18] alias mendapatkan lebih dari satu obat ARV secara bersamaan. Terapi ini berfungsi menyerang virus dari berbagai tahap siklus hidupnya sehingga mencegah virus kebal terhadap obat.
Terapi cART menurukan risiko kanker sebesar 64%[19]. Kombinasi ARV efektif menurunkan risiko beberapa jenis kanker secara signifikan[20] (seperti sarkoma Kaposi dan limfoma non-Hodgkin), sehingga meningkatkan harapan hidup ODHIV.
Pada 2025, setidaknya baru 67%[21] ODHIV di Indonesia yang menjalani terapi ARV. Hanya 55%[22] yang virusnya sudah tidak terdeteksi, serta risiko penularannya bisa dikendalikan.
Selain memberikan cART sesuai aturan, risiko kanker pada ODHIV bisa dikurangi dengan menjaga pola hidup sehat, berhenti mengonsumsi alkohol dan merokok, menjalani tes dan pengobatan infeksi virus hepatitis, skrining kanker, serta vaksinasi HPV dan hepatitis.
Sayangnya, Kementerian Kesehatan saat ini belum mengintegrasikan program HIV dan kanker untuk mencegah dan mendeteksi dini risiko keganasan pada ODHIV. Skrining kanker saat ini hanya sebatas pada populasi umum yang terinfeksi penyakit menular seksual (IMS)[23], tetapi belum spesifik pada ODHIV.
Padahal di negara lain, seperti Amerika Serikat[24], skrining kanker pada populasi ODHIV sudah dilakukan secara regular guna mendeteksi dini sel kanker, sebelum menyebar dan kian sulit untuk dikendalikan.
References
- ^ 564 ribu orang dengan HIV (ODHIV) (kemkes.go.id)
- ^ merusak berbagai organ vital (www.ebsco.com)
- ^ Mengapa deteksi dini kanker lebih baik daripada mengobati saat sudah parah? (theconversation.com)
- ^ sel yang dapat menurunkan sistem kekebalan (link.springer.com)
- ^ enam kali lebih besar (www.who.int)
- ^ Dokumentasi riset Cancer in People with HIV / Pubmed (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ infeksi HIV (www.thelancet.com)
- ^ merusak DNA sel (www.frontiersin.org)
- ^ meningkatkan risiko kematian (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ Kombinasi HIV dan TB percepat kematian orang dengan HIV, bagaimana mencegahnya? (theconversation.com)
- ^ kebiasaan merokok (www.cdc.gov)
- ^ faktor sosial (harmreductionjournal.biomedcentral.com)
- ^ stigma dan diskriminasi sosial yang tinggi (harmreductionjournal.biomedcentral.com)
- ^ Stigma pada ODHIV (theconversation.com)
- ^ deteksi dini kanker (www.dovepress.com)
- ^ Nattakorn_Maneerat / Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ menurunkan angka kesakitan dan kematian (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ kombinasi terapi antiretroviral (cART) (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ 64% (academic.oup.com)
- ^ menurunkan risiko beberapa jenis kanker secara signifikan (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ 67% (kemkes.go.id)
- ^ 55% (kemkes.go.id)
- ^ terinfeksi penyakit menular seksual (IMS) (jip.or.id)
- ^ Amerika Serikat (www.cancer.org)
Authors: Ronny Soviandhi, Assistant researcher, Center for Tropical Medicine, Universitas Gadjah Mada



