Membaca demokrasi Indonesia yang abu-abu melalui Klinik Tugas Akhir “Dekonstruksi Demokrasi”
- Written by Lala Choirunnisa, Community Engagement Officer, The Conversation
Beberapa tahun terakhir, kondisi demokrasi di Indonesia[1] seperti kehilangan arah. Pemilu dan partai politik memang masih berjalan, namun nilai keadilan dan partisipasi publik bermakna yang membuat demokrasi benar-benar hidup justru terasa makin redup.
Di tengah ketidakpastian ini, penelitian mahasiswa memegang peran penting untuk menangkap fenomena demokrasi secara objektif yang sering kali luput dari perhatian publik.
Untuk memperkuat kemampuan itu, The Conversation Indonesia (TCID) dan Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) menyelenggarakan Klinik Tugas Akhir “Dekonstruksi Demokrasi”, rangkaian lokakarya untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan menulis dan pendalaman isu agar dapat menghasilkan penelitian yang tajam, relevan, dan kontekstual dengan kondisi Indonesia saat ini.
Kegiatan yang terbagi ke dalam dua sesi ini berlangsung di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok, pada Sabtu, 8 November 2025. Sesi pertama merupakan lokakarya penulisan tugas akhir yang dipandu oleh Hurriyah (Direktur Eksekutif Puskapol UI). Sedangkan, pada sesi kedua, peserta diajak untuk memperluas wawasan mereka mengenai kondisi demokrasi dan otokrasi di Asia Tenggara melalui pemaparan Nurul Fitri Ramadhani (Editor Politik dan Masyarakat TCID) dan Andreas Ufen, Adjunct Professor Ilmu Politik di University of Hamburg yang juga juga penulis The Conversation[2].
Demokrasi di titik abu-abu
Sepanjang 2025, artikel tentang demokrasi dan kebebasan menjadi yang paling banyak dibaca di The Conversation Indonesia. Tren ini memberi satu sinyal penting bahwa anak muda kini semakin menunjukkan kepedulian terhadap isu keadilan sosial dan dinamika politik yang memengaruhi kehidupan mereka.
Menariknya, antusiasme pembaca naik bersamaan dengan meningkatnya artikel demokrasi yang bernada pesimis. Para akademisi yang menulis tidak sedang meramaikan wacana dengan opini kosong. Apa yang dituangkan oleh akademisi dalam tulisannya selalu dengan berpijak pada data dan fakta seperti hasil riset lapangan, temuan pusat kajian kampus, hingga laporan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan indeks demokrasi.
“Sayangnya, tone tentang demokrasi memang agak-agak pesimis. Kebanyakan penulis kita menulis artikel TCID dengan tone penuh kehawatiran, pesimisme, merasa demokrasi terancam,” terang Nurul Fitri Ramadhani.
Pesimisme ini terkonfirmasi pada sesi pemaparan Andreas Ufen. Ia menjelaskan enam kategori rezim politik, yaitu liberal democracy, electoral democracy, democratic grey zone, autocratic grey zone, electoral autocracy, hingga closed autocracy. Tanpa ragu, ia menyebut bahwa Indonesia berada di democratic grey zone.
Zona demokrasi abu-abu menggambarkan kondisi ketika sebuah negara tidak cukup demokratis, tetapi juga belum berubah menjadi otokrasi. Sebuah posisi nanggung yang rawan tergelincir ke arah yang lebih buruk. Hegemoni oligarki, politik uang, hingga polarisasi masyarakat sipil juga disebut sebagai faktor-faktor yang perlahan menggerus kualitas demokrasi di Indonesia.
Bagi mahasiswa, penjelasan ini menjadi semacam “peta besar” yang membuat mereka melihat bahwa kegagalan demokrasi tidak hanya dipicu oleh peristiwa besar seperti demonstrasi, bisa juga melalui proses panjang yang berlangsung secara sistematis. Wawasan ini memberikan inspirasi untuk mahasiswa mendalami topik demokrasi dalam tugas akademik maupun tugas akhirnya.
Lokakarya penulisan untuk penelitian demokrasi
Di luar diskusi besar soal rejim politik, program ini juga menghadirkan lokakarya penulisan tugas akhir yang dipandu oleh Hurriyah, Direktur Eksekutif Puskapol UI. Dalam suasana hangat dan penuh energi, mahasiswa FISIP UI berbagi tentang rancangan penelitiannya dan belajar menyusun argumen yang kuat.
“Sesi ini membantu saya untuk mengenali kesulitan saya dalam menulis tugas akhir. Banyak hal baru yang saya dapatkan, terutama bagaimana cara menulis ilmiah dan menulis latar belakang,” ungkap Slamet Robiansyah, mahasiswa UI yang sedang menyusun proposal tesis tentang politik praktis.
Siaran ulang Klinik Tugas Akhir “Menulis Demokrasi dalam Tugas Akhir” yang dipandu oleh Hurriyah (Direktur Eksekutif Puskapol UI)Langkah kecil untuk perjalanan panjang demokrasi
Pada akhirnya, sesi-sesi ini melahirkan kesadaran baru bahwa menjaga demokrasi tetap hidup bukan hanya tanggung jawab lembaga negara. Akademisi, media, dan masyarakat sipil punya peran masing-masing. Klinik Tugas Akhir merupakan salah satu upaya kecil kami untuk menjaga demokrasi, melalui ruang mengasah nalar kritis yang sederhana namun sangat dibutuhkan.
Kami selalu terbuka untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dan pusat riset yang ingin mengembangkan ruang-ruang seperti ini. Untuk kolaborasi, silakan hubungi: kemitraan@theconversation.com
References
- ^ demokrasi di Indonesia (theconversation.com)
- ^ The Conversation (theconversation.com)
Authors: Lala Choirunnisa, Community Engagement Officer, The Conversation




