Asian Spectator

Men's Weekly

.

Pakar Menjawab: maraknya puting beliung akibat pancaroba atau perubahan iklim?

  • Written by Robby Irfany Maqoma, Editor Lingkungan
Pakar Menjawab: maraknya puting beliung akibat pancaroba atau perubahan iklim?

Belakangan ini peristiwa angin kencang dan cuaca ekstrem banyak diberitakan media dari Aceh[1], Jawa Barat[2], Kalimantan[3], dan wilayah lainnya. Kejadian tersebut mengakibatkan kerusakan bangunan, tumbangnya pohon-pohon, kerusakan jaringan listrik, hingga lalu lintas yang terganggu.

Sejumlah pihak mengaitkan kejadian tersebut dengan perubahan iklim. Organisasi pegiat lingkungan, Greenpeace[4] menyatakan puting beliung semakin sering terjadi dari tahun ke tahun sebagai akibat dari iklim yang berubah.

Cuaca ekstrem karena pancaroba

Profesor Riset bidang Meteorologi dan Klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edvin Aldrian, mengemukakan cuaca ekstrem yang menyebabkan puting beliung terjadi karena Indonesia memasuki musim pancaroba – peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Berbagai kejadian ekstrem belakangan ini merupakan siklus reguler yang terjadi setiap tahun, bukan karena perubahan iklim.

Musim pancaroba ditandai dengan pertemuan massa udara dingin dengan massa udara panas yang berasal dari belahan bumi selatan. Hal ini mengakibatkan angin kencang yang membawa awan-awan kumulonimbus – awan penghasil hujan lebat, petir, hingga hujan es.

“Makanya bisa terjadi siang terik begitu sore hujan lebat dan angin sangat kencang,” ujar Edvin saat dihubungi pada Selasa, 8 Maret lalu.

Dia menambahkan, angin bisa lebih kencang lagi di daerah-daerah pesisir yang terletak tak jauh dari pegunungan. Daerah ini menjadi tempat bertemunya udara panas dari pesisir dan udara dingin dari pegunungan.

Kawasan Jakarta, Depok, Bekasi, hingga Tangerang, menjadi salah satu kawasan yang rawan kejadian puting beliung. Pasalnya, kawasan ini diapit Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango di sebelah selatan, serta Gunung Ciremai di sebelah timur.

Daerah pantai barat Sumatera juga menjadi kawasan yang rentan dilanda angin kencang saat musim pancaroba.

Dia mewanti-wanti, cuaca ekstrem yang terjadi saat musim pancaroba bukan hanya hujan lebat ataupun puting beliung, tapi juga kejadian panas ekstrem. Masyarakat diminta bersiap-siap dan memantau ramalan cuaca secara berkala.

Edvin memperkirakan cuaca ekstrem bisa berlangsung hingga Mei mendatang, seiring dimulainya musim kemarau. “Akhir Mei kejadiannya akan turun,” tutur dia.

Perubahan iklim tetap harus diwaspadai

Meski cuaca menjadi ekstrem karena pancaroba, masyarakat perlu mewaspadai kejadian yang sama di masa depan. Koordinator Bidang Analis Perubahan Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kadarsah, memprediksi cuaca ekstrem akan lebih sering terjadi tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.

“Menurut penelitian kami itu akan makin sering terjadi peristiwa ekstrem. Ada berbagai macam,” ungkap Kadarsah dalam perbincangan bersama The Conversation melalui podcast SuarAkademia.[5]

Tak hanya kejadian yang lebih sering, intensitasnya pun bisa lebih besar. Kadarsah mengibaratkan intensitas cuaca dengan aktivitas menuang air dari bejana selama lima menit – air akan keluar lebih banyak dan tumpah dengan cepat. “Sedangkan kalau (cuaca) normal kita menuangkan airnya (selama) satu jam, keluarnya sedikit-sedikit,” ujar dia.

References

  1. ^ Aceh (www.acehekspres.com)
  2. ^ Jawa Barat (jabar.antaranews.com)
  3. ^ Kalimantan (klikkalsel.com)
  4. ^ Greenpeace (www.instagram.com)
  5. ^ podcast SuarAkademia. (theconversation.com)

Authors: Robby Irfany Maqoma, Editor Lingkungan

Read more https://theconversation.com/pakar-menjawab-maraknya-puting-beliung-akibat-pancaroba-atau-perubahan-iklim-178944

Magazine

Diplomasi emosional: Bagaimana rasa marah dan takut dapat membentuk arah kebijakan global

Gambar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di layar, merefleksikan perang antara Iran dan Israel.Mmiss.cabul/Shutterstock● Memanas...

Riset: Populasi hewan langka anoa dan babirusa di pulau kecil lebih tangguh, meski jumlahnya sedikit

● Populasi satwa di pulau kecil terbukti lebih tangguh secara genetik meski jumlahnya sedikit.● Pulau kecil dapat menjadi habitat alami yang penting bagi kelangsungan hewan langka.● ...

6 bulan Makan Bergizi Gratis: Program kesehatan atau bantuan sosial?

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi program mercusuar pemerintahan Prabowo-Gibran yang sudah berlangsung selama lebih dari enam bulan. Inisiatif ini menyasar kelompok-kelompok yang rentan mengalam...