Bisakah hukum fisika menyangkal Tuhan?
- Written by Monica Grady, Professor of Planetary and Space Sciences, The Open University

Dahulu, saya percaya pada Tuhan (saya sekarang seorang ateis) ketika saya mendengar pertanyaan berikut di sebuah seminar, pertanyaan yang pertama kali diajukan oleh Einstein, dan mmebuat saya tercengang oleh keanggunan dan kedalamannya: ‘Jika ada Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta dan SEMUA hukum fisikanya, apakah Tuhan mengikuti hukum Tuhan sendiri? Atau dapatkah Tuhan memiliki kemampuan melebihi hukum-Nya sendiri, seperti bepergian lebih cepat dari kecepatan cahaya dan dengan demikian dapat berada di dua tempat berbeda pada waktu yang sama?’ Bisakah jawabannya membantu kita membuktikan apakah Tuhan itu ada atau tidak atau di sinilah empirisme ilmiah dan keyakinan agama bersinggungan, tanpa memberikan jawaban yang benar? David Frost, umur 67, Los Angeles.
Saya sedang berada dalam lockdown ketika saya menerima pertanyaan yang menarik ini. Tak heran jika ini memang waktu yang pas – peristiwa tragis, seperti pandemi, sering membuat kita mempertanyakan keberadaan Tuhan: jika Tuhan itu ada, mengapa bencana seperti ini terjadi? Jadi gagasan bahwa Tuhan mungkin “terikat” oleh hukum fisika – yang juga mengatur kimia dan biologi dan dengan demikian membatasi ilmu kedokteran – menarik untuk dijelajahi.
Jika Tuhan tidak dapat melanggar hukum fisika, dia bisa dibilang tidak akan sekuat yang kamu harapkan dari entitas yang maha kuasa. Tetapi jika dia bisa, mengapa kita belum melihat bukti hukum fisika yang pernah dilanggar di alam semesta?
Tapi bagaimana Tuhan hadir dalam multiverse? Salah satu yang belum terjawab bagi kosmolog adalah kenyataan bahwa alam semesta kita tampaknya diciptakan dengan baik untuk mendukung kehidupan[9]. Partikel fundamental yang tercipta dalam Big Bang memiliki sifat yang tepat untuk memungkinkan pembentukan hidrogen dan deuterium – zat yang menghasilkan bintang pertama.
Hukum fisika yang mengatur reaksi nuklir di bintang-bintang ini kemudian menghasilkan bahan penyusun kehidupan – karbon, nitrogen, dan oksigen. Jadi mengapa semua hukum dan parameter fisika di alam semesta memiliki nilai yang memungkinkan bintang, planet, dan akhirnya kehidupan berkembang?
Beberapa berpendapat itu hanya kebetulan saja. Yang lain mengatakan kita tidak perlu terkejut melihat hukum fisika yang ramah lingkungan – bagaimanapun juga hukum itu menghasilkan kita, jadi apa lagi yang akan kita lihat? Namun, beberapa orang yang percaya Tuhan berpendapat bahwa hal itu menunjukkan keberadaan Tuhan[10] yang menciptakan kondisi yang dibutuhan tersebut.
Tapi Tuhan bukanlah hal yang dapat dijelaskan secara valid. Sebaliknya, teori multiverse memecahkan misteri karena memungkinkan alam semesta yang berbeda memiliki hukum fisika yang berbeda. Jadi, tidak mengherankan jika kita kebetulan melihat diri kita berada di salah satu dari sedikit alam semesta yang dapat mendukung kehidupan. Tentu saja, kamu tidak dapat menyangkal gagasan bahwa Tuhan mungkin telah menciptakan multiverse.
Ini semua bersifatsangat hipotetis, dan salah satu kritik terbesar teori multiverse adalah karena tampaknya tidak ada interaksi antara alam semesta kita dan alam semesta lain, maka gagasan tentang multiverse tidak dapat diuji secara langsung.
Keanehan kuantum
Sekarang mari kita pertimbangkan apakah Tuhan dapat berada di lebih dari satu tempat pada waktu yang sama. Sebagian besar ilmu pengetahuan dan teknologi yang kita gunakan dalam ilmu luar angkasa didasarkan pada teori kontra-intuitif dari dunia kecil atom dan partikel yang dikenal sebagai mekanika kuantum.
Teori ini memungkinkan sesuatu yang disebut belitan kuantum[11]: partikel yang terhubung secara menakutkan. Jika dua partikel terjerat, kamu akan secara otomatis memanipulasi pasangannya dan ketika kamu memanipulasinya, bahkan jika mereka sangat berjauhan dan tanpa keduanya berinteraksi. Ada deskripsi yang lebih baik daripada yang saya berikan di sini – tetapi ini cukup sederhana sehingga saya dapat mengikutinya.
Bayangkan sebuah partikel yang meluruh menjadi dua sub-partikel, A dan B. Sifat-sifat sub-partikel harus menjumlahkan sifat-sifat partikel aslinya – ini adalah prinsip kekekalan. Misalnya, semua partikel memiliki sifat kuantum yang disebut “spin” – secara kasar, mereka bergerak seolah-olah mereka adalah jarum kompas kecil. Jika partikel asli memiliki “spin” nol, salah satu dari dua sub-partikel harus memiliki spin positif dan yang lainnya spin negatif, yang berarti bahwa masing-masing A dan B memiliki peluang 50% untuk menghasilkan putaran positif atau putaran negatif. (Menurut mekanika kuantum, partikel didefinisikan berada dalam kondisi yang berbeda sampai Anda benar-benar mengukurnya.)
Sifat A dan B tidak mandiri satu sama lain – mereka terjerat – bahkan jika terletak di laboratorium terpisah di planet yang berbeda. Jadi, jika kamu mengukur putaran A dan ternyata positif. Bayangkan seorang teman mengukur putaran B pada waktu yang sama dengan saat kamu mengukur A. Agar prinsip kekekalan bekerja, dia harus menemukan putaran B negatif.
Tetapi – dan di sinilah segalanya menjadi keruh – seperti sub-partikel A, B memiliki peluang 50:50 untuk menjadi positif, jadi status putarannya “menjadi” negatif pada saat status putaran A diukur sebagai positif. Dengan kata lain, informasi tentang keadaan putaran ditransfer antara dua sub-partikel secara instan. Transfer informasi kuantum seperti itu tampaknya terjadi lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Mengingat bahwa Einstein sendiri menggambarkan keterjeratan kuantum sebagai “aksi seram di kejauhan”, saya pikir kita semua dapat dimaafkan karena menganggap ini sebagai efek yang agak aneh.
Jadi ada sesuatu yang lebih cepat dari kecepatan cahaya: informasi kuantum. Ini tidak membuktikan atau menyangkal Tuhan, tetapi dapat membantu kita memikirkan Tuhan dalam istilah fisik – mungkin sebagai hujan partikel yang berekelindan, yang melakukan transfer informasi kuantum bolak-balik, dan menempati banyak tempat pada waktu yang sama? Bahkan berada di banyak alam semesta pada saat yang sama?
Saya memiliki gambaran tentang Tuhan yang menjaga piring-piring berukuran galaksi berputar sambil memperhatikan bola seukuran planet – melemparkan sedikit informasi dari satu alam semesta yang tertatih-tatih ke alam semesta yang lain, untuk menjaga semuanya tetap bergerak. Untungnya, Tuhan dapat melakukan banyak tugas – menjaga jalinan ruang dan waktu tetap beroperasi. Yang dibutuhkan hanyalah sedikit keyakinan.
Apakah esai ini hampir menjawab pertanyaan yang diajukan? Saya kira tidak: jika Anda percaya pada Tuhan (seperti saya), maka gagasan tentang Tuhan yang terikat oleh hukum fisika adalah omong kosong, karena Tuhan dapat melakukan segalanya, bahkan bergerak lebih cepat dari cahaya. Jika kamu tidak percaya pada Tuhan, maka pertanyaannya sama tidak masuk akalnya, karena tidak ada Tuhan dan tidak ada yang bisa berjalan lebih cepat daripada cahaya. Mungkin pertanyaannya benar-benar untuk agnostik, yang tidak tahu apakah Tuhan itu ada.
Di sinilah memang perbedaan sains dan agama. Sains membutuhkan bukti, keyakinan agama membutuhkan iman. Para ilmuwan tidak mencoba untuk membuktikan atau menyangkal keberadaan Tuhan karena mereka tahu tidak ada eksperimen yang dapat mendeteksi Tuhan. Dan jika Anda percaya pada Tuhan, tidak peduli apa yang ditemukan para ilmuwan tentang alam semesta – kosmos mana pun dapat dianggap konsisten dengan Tuhan.
Pandangan kita tentang Tuhan, fisika atau apa pun pada akhirnya tergantung pada perspektif. Tapi mari kita akhiri dengan kutipan dari sumber yang benar-benar otoritatif. Tidak, itu bukan Alkitab. Juga bukan buku teks kosmologi. Ini dari sebuah novel berjudul Reaper Man[13] oleh penulis dari Inggris Terry Pratchett:
“Cahaya mengira ia bergerak lebih cepat dari apa pun, tetapi itu salah. Tidak peduli seberapa cepat cahaya bergerak, ia menemukan kegelapan selalu ada terlebih dahulu, dan sedang menunggunya.”
References
- ^ _Life’s Big Questions (theconversation.com)
- ^ berjalan di atas kecepatan cahaya (www.scientificamerican.com)
- ^ diamati oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble (www.nasa.gov)
- ^ dapat dipatahkan di wilayah kosmik lain (www.edge.org)
- ^ multiverse (theconversation.com)
- ^ teori inflasi (www.ctc.cam.ac.uk)
- ^ Ini terjadi karena ada anggapan bahwa (cds.cern.ch)
- ^ Juergen Faelchle/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ diciptakan dengan baik untuk mendukung kehidupan (plato.stanford.edu)
- ^ keberadaan Tuhan (rintintin.colorado.edu)
- ^ belitan kuantum (theconversation.com)
- ^ Jurik Peter/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ Reaper Man (www.goodreads.com)
Authors: Monica Grady, Professor of Planetary and Space Sciences, The Open University
Read more https://theconversation.com/bisakah-hukum-fisika-menyangkal-tuhan-185561