Asian Spectator

Men's Weekly

.

Campak: kenapa WHO menyatakannya sebagai 'ancaman global yang segera datang'

  • Written by Michael Head, Senior Research Fellow in Global Health, University of Southampton
Campak: kenapa WHO menyatakannya sebagai 'ancaman global yang segera datang'

Salah satu konsekuensi dari pandemi COVID-19 adalah berkurangnya akses[1] ke layanan kesehatan rutin dan rendahnya penyerapan imunisasi. Akibatnya, pada November 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan[2] campak menjadi “ancaman yang akan segera terjadi di setiap wilayah di dunia”. Mereka menggambarkan bagaimana rekor jumlah hampir 40 juta anak telah melewatkan setidaknya satu dosis vaksin campak pada 2021.

Campak adalah suatu penyakit pernapasan akibat infeksi virus. Mirip dengan COVID,[3] campak menyebar antar-orang karena tetesan pernapasan (droplet) dan aerosol (penularan melalui udara). Infeksi ini menghasilkan ruam dan demam pada kasus ringan.

Namun, kasus parah[4] dapat mencakup ensefalitis (pembengkakan otak), kebutaan, dan pneumonia. Ada sekitar 9 juta kasus per tahun dan 128.000 kematian akibat campak[5].

Di Indonesia[6], sepanjang 2022 dilaporkan lebih dari 3.300 kasus campak, naik lebih dari 32 kali dibanding setahun sebelumnya.

Vaksin campak, yang dapat diberikan sendiri atau dikombinasikan dengan vaksinasi lain seperti gondok dan rubella untuk melengkapi imunisasi MMR, sangat efektif. Mayoritas negara memiliki jadwal dua dosis, dengan suntikan pertama biasanya diberikan pada usia 12 bulan dan dosis kedua saat anak berusia empat tahun.

Vaksin ini memberikan perlindungan yang sangat tinggi dan tahan lama, dan benar-benar merupakan contoh model dari istilah “penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin”. Jadwal dua dosis memberikan[7] sekitar 99% perlindungan terhadap infeksi campak.

Di negara-negara berkembang yang serapan vaksinnya rendah, sebanyak satu dari sepuluh[8] yang terkena campak, meninggal karena infeksi ini. Di negara maju, kematian sangat tinggi pada orang yang tidak divaksinasi dengan tingkat[9] sekitar satu per 1.000 hingga 5.000 kasus campak.

Wabah baru penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin di area seperti zona konflik[10] dan di antara populasi pengungsi[11] cukup tinggi. Masalah seperti malnutrisi[12] sangat meningkatkan risiko penyakit parah. Penyakit pernapasan yang menuliar adalah suatu kekhawatiran besar [13] bagi kelompok kemanusiaan yang membantu kelompok-kelompok rentan seperti pengungsi Ukraina.

Campak sangat menular. Angka reproduksi dasar[14] (R0) – yaitu, rata-rata berapa banyak orang yang terinfeksi akan menginfeksi populasi yang rentan – diperkirakan[15] antara 12-18. Sebagai perbandingan , R0 varian COVID omicron sekitar 8,2[16].

Proporsi dari suatu populasi yang perlu divaksinasi untuk mengendalikan wabah dan untuk meminimalkan penularan selanjutnyadikenal sebagai ambang kekebalan kawanan (herd immunity threshold/HIT). Untuk campak, cakupan vaksin[17] dari 95% biasanya dianggap sebagai angka ajaib HIT.

Sayangnya, sebagian besar negara di dunia berada jauh di bawah ambang batas tersebut, dengan cakupan global[18] sekitar 71% untuk dua dosis, dan 81% untuk cakupan satu dosis. Di Inggris, data pada 2021-2022[19] menunjukkan bahwa 89% anak-anak telah menerima satu dosis vaksin campak.

Secara global, telah terjadi kemajuan yang signifikan dalam pengurangan[20] kematian dari semua penyebab pada anak di bawah usia lima tahun. Angka kematian tahunan menurun dari 12,5 juta pada 1990 menjadi 5,2 juta penduduk pada 2019. Namun, cakupan vaksin yang rendah dapat membalikkan kenaikan tersebut.

A child with a measles rash.
Ruam biasanya muncul beberapa hari setelah gejala seperti pilek. Jure Gasparic / Alamy Stock Photo

Bahkan jika anak-anak selamat dari campak, ada kemungkinan kerusakan jangka panjang pada sistem kekebalan mereka, digambarkan[21] sebagai “bentuk amnesia imun”. Pada populasi yang tidak divaksinasi, kasus campak yang parah mengakibatkan hilangnya rata-rata 40% antibodi yang biasanya mengenali kuman.

Setelah kasus campak ringan, anak-anak yang tidak divaksinasi kehilangan 33% dari antibodi tersebut. Sebagai perbandingan, pengukuran pada populasi kontrol yang sehat menunjukkan hilangnya antibodi sebesar 10% selama durasi yang sama atau lebih lama.

Advokasi anti-vaksin telah menyebarkan desas-desus palsu dan cerita menakutkan, seperti klaim palsu[22] oleh mantan dokter dan aktivis anti-vaksin Andrew Wakefield bahwa vaksin MMR (vaksin campak, rubella, gondongan) menyebabkan autisme.

Keyakinan ini tetap ada. Misalnya, survei populasi Amerika Serikat[23] pada 2020 menemukan: “18% responden kami secara keliru menyatakan bahwa sangat atau agak akurat untuk mengatakan bahwa vaksin menyebabkan autisme.”

Misinformasi sejak dimulainya pandemi COVID telah menyebar luas[24]. Risiko informasi yang salah ini dapat beranjak ke tingkat keraguan yang lebih besar dan penolakan vaksin untuk imunisasi rutin[25] .

Campak menyebar dengan mudah dan merupakan infeksi parah dalam jangka pendek dan jangka panjang pada populasi yang tidak divaksinasi. Ada kebutuhan besar akan kampanye imunisasi untuk semakin melindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, di seluruh dunia. Kebutuhan tersebut sangat mendesak di negara-negara berkembang dan di antara populasi rentan lainnya seperti pengungsi dan daerah konflik.

References

  1. ^ berkurangnya akses (www.who.int)
  2. ^ Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan (www.who.int)
  3. ^ Mirip dengan COVID, (www.cdc.gov)
  4. ^ kasus parah (www.nhs.uk)
  5. ^ 9 juta kasus per tahun dan 128.000 kematian akibat campak (theconversation.com)
  6. ^ Indonesia (sehatnegeriku.kemkes.go.id)
  7. ^ memberikan (vk.ovg.ox.ac.uk)
  8. ^ satu dari sepuluh (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  9. ^ tingkat (vk.ovg.ox.ac.uk)
  10. ^ zona konflik (gh.bmj.com)
  11. ^ populasi pengungsi (%20www.ncbi.nlm.nih.gov)
  12. ^ malnutrisi (www.msf.org)
  13. ^ suatu kekhawatiran besar (theconversation.com)
  14. ^ Angka reproduksi dasar (www.news-medical.net)
  15. ^ diperkirakan (www.thelancet.com)
  16. ^ sekitar 8,2 (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
  17. ^ cakupan vaksin (www.yalemedicine.org)
  18. ^ cakupan global (www.who.int)
  19. ^ data pada 2021-2022 (www.bmj.com)
  20. ^ pengurangan (www.who.int)
  21. ^ digambarkan (www.cidrap.umn.edu)
  22. ^ klaim palsu (www.bmj.com)
  23. ^ survei populasi Amerika Serikat (misinforeview.hks.harvard.edu)
  24. ^ menyebar luas (www.who.int)
  25. ^ imunisasi rutin (journals.plos.org)

Authors: Michael Head, Senior Research Fellow in Global Health, University of Southampton

Read more https://theconversation.com/campak-kenapa-who-menyatakannya-sebagai-ancaman-global-yang-segera-datang-198304

Magazine

Diplomasi emosional: Bagaimana rasa marah dan takut dapat membentuk arah kebijakan global

Gambar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di layar, merefleksikan perang antara Iran dan Israel.Mmiss.cabul/Shutterstock● Memanas...

Riset: Populasi hewan langka anoa dan babirusa di pulau kecil lebih tangguh, meski jumlahnya sedikit

● Populasi satwa di pulau kecil terbukti lebih tangguh secara genetik meski jumlahnya sedikit.● Pulau kecil dapat menjadi habitat alami yang penting bagi kelangsungan hewan langka.● ...

6 bulan Makan Bergizi Gratis: Program kesehatan atau bantuan sosial?

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) jadi program mercusuar pemerintahan Prabowo-Gibran yang sudah berlangsung selama lebih dari enam bulan. Inisiatif ini menyasar kelompok-kelompok yang rentan mengalam...