Asian Spectator

.
Business Advice

.

7 tips atur keuangan untuk mahasiswa agar tetap irit meski dihimpit inflasi

  • Written by Lussia Mariesti Andriany, Ph.D. student in Business Administration Department, Ewha Womans University; Lecturer of Management at Institut ASIA, Malang, Institut ASIA
7 tips atur keuangan untuk mahasiswa agar tetap irit meski dihimpit inflasi

Resesi global[1] dan inflasi[2] belakangan ini tak pandang bulu, mendera hampir seluruh belahan bumi dan dirasakan oleh seluruh kalangan masyarakat. Tak hanya mereka yang bekerja dan berkeluarga, mahasiswa pun turut merasakan beratnya kenaikan harga makanan dan ongkos bepergian.

Sebagai pengajar ekonomi sekaligus mahasiswa doktoral yang tengah merantau di Korea Selatan, saya pun harus putar otak untuk berhadapan dengan upaya mengatur keuangan yang sehat di tengah melonjaknya harga-harga. Hampir semua harga makanan naik, dan inflasi melonjak dua kali lipat dari target pemerintah[3]. Bahkan, restoran harus mengimpor kimchi – makanan khas Korea Selatan yang hampir selalu tersedia di meja makan – dari Cina agar harganya jadi lebih murah.

Dan, walau terdengar klise, saya belajar bahwa peribahasa “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” itu ternyata benar adanya, baik untuk pemasukan maupun pengeluaran.

Kamu mungkin pernah mendengar bagaimana pentingnya kontrol diri[4] dan literasi keuangan[5] dalam mempengaruhi perilaku dan manajemen keuangan seseorang[6].

Read more: Pakar Menjawab: 4 dampak resesi global yang akan dirasakan masyarakat dan bagaimana menghadapinya[7]

Tapi, sulit memahami konsep-konsep ini tanpa praktik. Nah, berikut tips-tips yang bisa saya bagikan untuk rekan-rekan mahasiswa demi menjaga dompet tetap aman, baik sehari-hari maupun di kondisi sulit seperti saat ini.

1. Proyeksi

Sebagian dari teman-teman mungkin mendapatkan pemasukan bulanan dari orang tua, beasiswa, atau dengan bekerja sembari kuliah. Penting bagi kita untuk bisa membayangkan, atau melakukan proyeksi[8] mengenai bagaimana kita akan menggunakan uang kita dari awal untuk bisa melacak pengeluaran dan pemasukan tiap bulannya, serta mengetahui di pos mana kita banyak menghabiskan uang.

Kamu mungkin akan langsung membayangkan suatu proses pembukuan atau akuntansi. Ini memang hal yang baik untuk dilakukan, apalagi dengan banyaknya aplikasi smartphone yang bisa membantu kita merekam jejak pengeluaran kita.

Tapi, kepribadian orang berbeda-beda dan ini juga berpengaruh terhadap cara kita mengelola keuangan[9]. Tak semua orang suka atau piawai melakukan pembukuan, dan ini tak bisa dipaksa.

Cara terbaik yang bisa kamu lakukan adalah menyisihkan atau membayarkan langsung pengeluaran yang rutin kamu lakukan tiap bulan, seperti biaya berlangganan atau bahkan tabungan. Kamu kemudian bisa merencanakan konsumsi dari sisa uang yang ada.

2. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan

Ketika kamu mau membeli sesuatu, kamu harus bisa membedakan apakah itu keinginan atau memang kebutuhan. Ketika kamu mau membeli sepatu, misalnya, coba pikirkan apakah sepatu itu memang kamu butuhkan atau sekadar untuk gaya dan ujung-ujungnya tak terpakai. Kita harus sadar akan konsekuensi dari konsumsi yang kita lakukan[10].

Read more: Mempraktikkan _mindful consumption_: demi kebaikan sendiri, konsumen perlu mawas diri terhadap belanjaannya[11]

Bukan berarti kita tidak boleh bersenang-senang memenuhi keinginan kita. Satu dua kali, pembelian impulsif tak apa dilakukan. Apalagi, sebuah studi[12] menunjukkan bahwa berbelanja bisa membantu meringankan stres dan bisa jadi bentuk apresiasi atas kerja kerasmu. Namun, studi yang sama juga menunjukkan bahwa berbelanja terlalu banyak dan menghabiskan uang bisa jadi malah menimbulkan stres baru.

Tapi, kembali lagi ke proyeksi, jangan lupa hitung ulang uangmu setelah berbelanja.

pembelian impulsif
Pikir ulang sebelum membeli barang: apakah ini kebutuhan atau sekadar keinginan impulsif? liza summer/pexels, CC BY[13][14]

3. Manfaatkan promosi

Zaman sekarang, ada begitu banyak promosi yang bisa kamu manfaatkan. Tapi, ini bukan berarti langung check-out barang ketika melihat ada diskon, ya.

Kamu bisa memanfaatkan promosi untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya ongkos transportasi dan pesan antar makanan layanan ojek online. Ketika ada barang yang kamu harus beli, kamu juga bisa memanfaatkan promo seperti beli satu gratis satu, atau pintar-pintar mencari toko dengan harga termurah.

Mungkin nominal yang kamu simpan terlihat sedikit. Tapi jangan salah, jika ini dibiasakan, tahu-tahu saja kamu sudah menghemat dalam jumlah besar.

Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa promo bisa memancing konsumen untuk berbelanja berlebihan[15]. Kamu harus bisa menjaga diri agar tak terpancing membeli barang yang lebih mahal dari yang seharusnya kamu beli karena melihat potongan harganya yang besar.

4. Atur mobilitas

Mahasiswa tentunya punya segudang aktivitas. Mulai dari pergi ke kampus, ikut berkegiatan bersama komunitas, atau sekadar nongkrong bersama teman.

Tapi, semakin banyak kamu berada di luar, semakin tinggi pula potensi kamu menghabiskan uang, misalnya untuk makan. Kita bisa mengatur jam pergi kita dan berapa lama bepergian, untuk menghindari membeli makan di luar rumah. Pergi setelah jam makan bisa jadi solusi untuk mengerem duit mengalir keluar dari dompet.

5. Sharing dengan teman

Ini mungkin tips yang paling cocok untuk anak rantau, dan saya sendiri pun melakukannya.

Ketika pertama sampai di Seoul, misalnya, saya menyewa asrama dan ini cukup menguras uang saya. Saya memutuskan pindah dan menyewa tempat bersama beberapa orang teman lainnya yang terbukti membantu saya untuk berhemat.

Kamu bisa sharing atau berurunan banyak hal dengan teman-temanmu. Pengeluaran paling besar mahasiswa di Indonesia adalah untuk makan dan internet[16], dan ini bisa kamu akali dengan langganan atau masak bersama teman. Kamu juga bisa menghemat banyak uang untuk membeli peralatan masak, bahan makanan, hingga kebutuhan sehari-hari seperti deterjen dan lainnya.

Makan di rumah
Berbagi dengan teman bisa bantu meringankan pengeluaran. kampus production/pexels, CC BY[17][18]

6. Kebiasaan berhutang: jangan besar pasak daripada tiang

Kadang ada situasi darurat yang memaksa kita untuk meminjam, atau mendukung pembelian di luar kebutuhan sehari-hari seperti saat momen-momen spesial[19].

Tak ada yang salah dengan meminjam. Namun, teman-teman harus memperhitungkan apakah ke depannya teman-teman bisa membayar pinjaman ini. Sebuah studi[20] yang melibatkan mahasiswa di Amerika Serikat (AS) bahkan menemukan bahwa banyak kasus pinjaman tak berbayar berasal dari kepercayaan diri yang berlebihan dari si peminjam untuk melunasi hutang.

Ada kalanya kita cenderung menyepelekan berhutang dengan anggapan bahwa nominal yang dipinjam relatif kecil, termasuk ketika kita melakukan pembelian dengan jasa-jasa “PayLater”. Ini berpotensi membuat kita permisif dalam menambah jumlah pinjaman karena merasa masih sanggup membayar, sampai-sampai jumlahnya jauh melebihi pemasukan kita.

7. Mulai menabung dan berinvestasi

Salah satu cara yang efektif untuk mengamankan uangmu adalah dengan menginvestasikannya ke instrumen yang mengikat. Dengan perkembangan teknologi masa kini, teknologi finansial (fintech) tak lagi terhindarkan. Kamu bisa memanfaatknya untuk memilih instrumen investasi yang tepat untukmu – entah itu reksadana, deposito, saham, atau lainnya – dari platform yang terpercaya.

Salah satu instrumen investasi yang bisa kamu pertimbangkan adalah emas[21] – yang selama ini dianggap bentuk investasi yang fluktuasi harganya konsisten dan stabil, apalagi pada saat krisis. Pegadaian bukan lagi untuk orang tua atau orang yang butuh uang saja, kamu bisa mulai menabung emas di sana. Atau, kamu bisa manfaatkan platform belanja (e-commerce) yang menyediakan jasa menabung emas.

Kamu juga bisa menyisihkan uangmu sedikit saja tiap bulannya untuk menabung. Seiring waktu, tabunganmu pasti akan bertumbuh. Jika uangmu sudah terkumpul, lamu boleh saja untuk berbelanja atau nonton konser – ini bisa membantu agar uangmu tak tiba-tiba habis dalam satu bulan. Tapi, jangan menguras tabunganmu, ya. Kamu harus selalu punya simpanan dana untuk berjaga jika ada kondisi darurat.

Meski masih menjadi mahasiswa bukan berarti kamu tidak bisa menabung atau berinvestasi. Kamu harus mulai berpikir jangka panjang.

Apalagi, jika kamu masih mahasiswa dan dapat dukungan finansial yang kuat dari orang tua – belum harus membayar cicilan rumah atau kendaraan – kamu bisa mengalokasikan sebagian uang jajanmu untuk menabung dan berinvestasi. Di kemudian hari, kamu akan merasakan manfaatnya dan ini bisa membantu membentuk kebiasaan yang bermanfaat dalam mengelola keuangan ketika sudah lulus dan bekerja.

References

  1. ^ Resesi global (theconversation.com)
  2. ^ inflasi (theconversation.com)
  3. ^ inflasi melonjak dua kali lipat dari target pemerintah (www.bloomberg.com)
  4. ^ kontrol diri (www.emerald.com)
  5. ^ literasi keuangan (www.atlantis-press.com)
  6. ^ perilaku dan manajemen keuangan seseorang (link.springer.com)
  7. ^ Pakar Menjawab: 4 dampak resesi global yang akan dirasakan masyarakat dan bagaimana menghadapinya (theconversation.com)
  8. ^ proyeksi (www.investopedia.com)
  9. ^ berpengaruh terhadap cara kita mengelola keuangan (www.sciencedirect.com)
  10. ^ konsekuensi dari konsumsi yang kita lakukan (theconversation.com)
  11. ^ Mempraktikkan _mindful consumption_: demi kebaikan sendiri, konsumen perlu mawas diri terhadap belanjaannya (theconversation.com)
  12. ^ sebuah studi (onlinelibrary.wiley.com)
  13. ^ liza summer/pexels (www.pexels.com)
  14. ^ CC BY (creativecommons.org)
  15. ^ berbelanja berlebihan (onlinelibrary.wiley.com)
  16. ^ makan dan internet (www.urbanasia.com)
  17. ^ kampus production/pexels (www.pexels.com)
  18. ^ CC BY (creativecommons.org)
  19. ^ momen-momen spesial (www.sciencedirect.com)
  20. ^ Sebuah studi (www.bristol.ac.uk)
  21. ^ emas (www.bareksa.com)

Authors: Lussia Mariesti Andriany, Ph.D. student in Business Administration Department, Ewha Womans University; Lecturer of Management at Institut ASIA, Malang, Institut ASIA

Read more https://theconversation.com/7-tips-atur-keuangan-untuk-mahasiswa-agar-tetap-irit-meski-dihimpit-inflasi-198403

Magazine

Disparitas pemidanaan: mengapa pelaku kekerasan seksual bisa mendapat hukuman berbeda-beda untuk kasus serupa?

Ilustrasi korban kekerasan seksual.Tinnakorn jorruang/ShutterstockPraktik hukum di Indonesia masih menunjukkan adanya disparitas pemidanaan, yakni ketika ada dua orang atau lebih melakukan tindak pida...

8 aspek penting untuk memastikan keberlanjutan industri nikel dari hulu ke hilir

Isu mengenai hilirisasi nikel Indonesia tengah panas beberapa tahun ke belakang. Ambisi Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sentra produksi baterai kendaraan listrik (EV) dunia membuat akt...

Gangguan dismorfik tubuh: apa yang perlu kita ketahui tentang kondisi kesehatan mental ini

Selebritas Megan Fox dalam sebuah wawancara dengan Sports Illustrated mengungkapkan bahwa dia memiliki dismorfik tubuh (body dysmorphia). Fox mengatakan: “Saya tidak pernah melihat diri saya sep...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion