Asian Spectator
Friday, May 30, 2025 7:11:41 AM

Men's Weekly

.

Mengapa banyak produk kosmetik mengandung asbes?

  • Written by Ashley Howkins, Technical Specialist and Lead Scientific Officer of the Experimental Techniques Centre, College of Engineering, Design and Physical Sciences, Brunel University of London
Mengapa banyak produk kosmetik mengandung asbes?

Asbes banyak digunakan sepanjang abad ke-20. Zat ini dipakai sebagai bahan bangunan, kampas rem, hingga salju buatan dalam syuting film[1] seperti The Wizard of Oz dan White Christmas.

Namun, asbes merupakan zat pemicu kanker[2]. Penelitian tahun 1960-an menemukan hubungan[3] antara paparan asbes dengan mesotelioma. Ini adalah jenis kanker ganas yang tidak dapat disembuhkan, sering kali menyerang paru-paru, dan bisa menggerogoti perut hingga jantung.

Akibat temuan tersebut, Britania Raya[4] melarang penggunaan asbes sebagai bahan produk, tetapi aturannya baru berjalan pada 1999.

Asbes terbukti menjadi penyebab kemunculan 80% kasus mesothelioma[5]. Namun, kemunculan mesotelioma akibat paparan asbes terbilang rumit, panjang, dan bisa memakan waktu 30-50 tahun[6] lamanya.

Di abad ke-21, beberapa perempuan menuntut perusahaan kosmetik[7] karena terkena mesotelioma[8] akibat asbes.

Bagaimana asbes picu mesotelioma?

Secara geologis, asbes merupakan sekelompok mineral. Hanya saja enam serat asbes diketahui bisa menyebabkan mesotelioma, yaitu krisotil (putih), amosit (cokelat), krosidolit (biru), antofilit, serat tremolit, dan serat aktinolit.

Jika diamati pakai mikroskop, mineral asbes berbentuk sekumpulan serat yang disebut serat asbestiform. Bentuknya serupa tali dan bisa terpecah menjadi serat berukuran lebih kecil.

Proses terpecahnya serat asbes menjadi partikel debu sering terjadi di lokasi konstruksi sehingga zat ini sangat mudah terhirup.

Asbes kemudian bisa masuk ke paru-paru hingga mesotelium—selaput yang melapisi paru, perut, dan jantung. Serat asbes dapat bertahan selama puluhan tahun di mesotelium dan menyebabkan luka berukuran sangat kecil.

Karena menganggap serat asbes sebagai benda asing, tubuh lantas mengirimkan sel imun ke area luka untuk menghancurkan serat asbes. Sayangnya, serat asbes kebal terhadap imun.

Senyawa yang dibawa imun untuk menghancurkan serat asbes justru berbalik menyerang mesotelium dan menimbulkan kanker mesotelioma.

Asbes dalam produk kosmetik

Sebenarnya, belum ada catatan kasus penggunaan asbes secara sengaja di dalam produk kosmetik. Namun, terdapat risiko kontaminasi asbes berukuran sangat kecil dalam mineral talk.

Talk merupakan bahan yang umum digunakan dalam kosmetik, seperti eye shadow, blush on, sampai bedak wajah. Talk digunakan dalam formula kosmetik karena bisa menyerap kelembapan dan antimenggumpal sehingga membuat kosmetik mudah diaplikasikan.

Investigasi BBC pada 2024 menguji delapan[9] sampel kosmetik dengan kandungan talk yang secara bebas diperjualbelikan. Pengujian dilakukan pakai mikroskop elektron transmisi yang sanggup melihat struktur terkecil sebuah materi.

Hasil pengujian menunjukkan terdapat jejak asbes di dua sampel uji.

Batu talk merupakan mineral padat yang diambil dari bumi dan dijadikan bubuk untuk memproduksi talk. Jika diperiksa pakai mikroskop, bentuk talk dan serat asbes sebenarnya mirip.

Keduanya terbentuk dari kondisi geologis serupa, tergolong sebagai mineral silikat, dan terdiri dari elemen kimia yang sama: silikon, magnesium, besi, oksigen, dan hidrogen.

Meski begitu, proses penyusunan senyawa kimia selama pembentukan mineral menyebabkan talk dan asbes memiliki struktur yang berbeda. Perbedaan ini seperti telur orak-arik dengan telur ceplok—yang sama-sama berbahan telur, tetapi memiliki bentuk berbeda karena cara masak yang berbeda.

Hanya saja kemiripan antara asbes dan talk membuat mineral asbes dapat terbentuk dalam endapan mineral talk. Endapan ini bisa berukuran mikroskopis hingga berukuran lebih besar.

Hasil investigasi Reuters yang konsisten dilakukan sejak 1970-an[10] mengungkapkan keberadaan serat asbes di beberapa produk talk yang diperjualbelikan secara bebas[11].

Berisiko bahayakan konsumen

Pada tahun 2022, sekitar 7,3 juta ton[12] talk ditambang per tahunnya. Meski begitu, industri bedak talk kebal terhadap regulasi.

Mereka mengklaim menggunakan teknik difraksi sinar-X untuk mengecek keberadaan asbes. Namun, teknik ini sebenarnya tidak efektif mendeteksi asbes[13].

Difraksi sinar-X justru berisiko menyebabkan produk kosmetik berbahan talk terkontaminasi serat asbes yang tak terdeteksi. Karena itu, penggunaan kosmetik berbahan talk berisiko membahayakan kesehatan[14].

Sayangnya, konsumen masih minim informasi[15] mengenai bahaya ini. Apabila risiko penggunaan kosmetik berbahan talk dilimpahkan kepada konsumen[16] seperti halnya risiko penggunaan rokok, maka kita harus benar-benar memahami dan mewaspadai bahayanya.

Talk berbentuk bubuk bisa meningkatkan risiko partikulat, yaitu kondisi ketika partikel berukuran mikroskopis, padat, atau cair beterbangan di udara sekitar kita.

Ditambah lagi, kosmetik bubuk seperti bedak biasanya diaplikasikan ke wajah sehingga meningkatkan risiko kita menghirup partikel-partikel tersebut. Jika partikel yang terhirup adalah serat asbes, maka risiko kita terkena mesotelioma pun semakin besar.

Kezia Kevina Harmoko berkontribusi dalam penerjemahan artikel ini.

References

  1. ^ syuting film (www.asbestos.com)
  2. ^ zat pemicu kanker (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  3. ^ menemukan hubungan (publications.ersnet.org)
  4. ^ Britania Raya (www.gov.uk)
  5. ^ 80% kasus mesothelioma (publications.ersnet.org)
  6. ^ 30-50 tahun (acsjournals.onlinelibrary.wiley.com)
  7. ^ menuntut perusahaan kosmetik (www.theguardian.com)
  8. ^ terkena mesotelioma (www.bbc.co.uk)
  9. ^ delapan (www.bbc.co.uk)
  10. ^ Hasil investigasi Reuters yang konsisten dilakukan sejak 1970-an (www.reuters.com)
  11. ^ produk talk yang diperjualbelikan secara bebas (journals.lww.com)
  12. ^ 7,3 juta ton (pubs.usgs.gov)
  13. ^ tidak efektif mendeteksi asbes (journals.sagepub.com)
  14. ^ berisiko membahayakan kesehatan (www.fda.gov)
  15. ^ masih minim informasi (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
  16. ^ dilimpahkan kepada konsumen (esmed.org)

Authors: Ashley Howkins, Technical Specialist and Lead Scientific Officer of the Experimental Techniques Centre, College of Engineering, Design and Physical Sciences, Brunel University of London

Read more https://theconversation.com/mengapa-banyak-produk-kosmetik-mengandung-asbes-255768

Magazine

Kasus COVID-19 naik lagi di ASEAN: Apa yang perlu kita waspadai?

CC BYIsu COVID-19 kembali memanas di kawasan Asia Tenggara. Sejumlah negara melaporkan peningkatan kasus yang cukup mengkhawatirkan. Contohnya, Singapura mencatat lebih dari 14 ribu kasus dalam sepeka...

Akibat stigma terhadap LGBTQ+, perempuan menjadi korban pernikahan ‘kamuflase’

(Daniid/shutterstock)● Kuatnya stigma terhadap LGBTQ+ memicu pernikahan tidak jujur dan membuat perempuan menjadi korban.● Perempuan berisiko mengalami beban mental dari pasangan, keluarga...

Pasanganmu percaya hoaks dan teori konspirasi? Ini 5 tip untuk menghadapinya

The current socio-political environment has created a context where conspiracy narratives about COVID-19, vaccines, election fraud and other misinformation appear to be flourishing everywhere.(Shutter...