Asian Spectator

Indeks massa tubuh mungkin bukan indikator kesehatan terbaik - bagaimana cara memperbaikinya?

  • Written by Karen Coulman, Research Fellow and Obesity Specialist Dietitian, University of Bristol
Indeks massa tubuh mungkin bukan indikator kesehatan terbaik - bagaimana cara memperbaikinya?

Indeks massa tubuh atau BMI telah lama menjadi standar untuk mengukur kesehatan. Rumus sederhana ini digunakan secara luas untuk mengklasifikasikan apakah berat badan kita berada dalam kisaran “sehat” untuk tinggi badan kita. BMI memberikan perkiraan risiko penyakit seseorang secara keseluruhan, dan digunakan di seluruh dunia untuk mengukur obesitas.

Namun, BMI telah dikritik karena tidak akurat dalam memperkirakan lemak tubuh dan tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang kesehatan seseorang. Penelitian juga menunjukkan bahwa mengandalkan BMI saja untuk memprediksi risiko masalah kesehatan seseorang dapat menyesatkan[1].

Rumus untuk menghitung BMI pertama kali ditemukan pada tahun 1832[2] oleh ahli matematika dan astronom Belgia, Adolphe Quetelet. Untuk menghitungnya[3], kamu membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (kg/m2). Pada orang dewasa, BMI dikategorikan sebagai berikut[4]:

kategori BMI
Kategori BMI untuk menentukan status berat badan. Sarah Sauchelli Toran and Karen Coulman, Author provided

BMI adalah cara yang cepat, mudah, dan murah untuk mendiagnosis kelebihan berat badan atau obesitas yang hanya membutuhkan pengukuran berat dan tinggi badan. Obesitas membawa peningkatan risiko penyakit[5], termasuk penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Oleh karena itu, BMI dapat mengidentifikasi mereka yang memiliki risiko lebih besar terkena masalah kesehatan. Kadang-kadang juga digunakan untuk membuat keputusan tentang siapa yang mendapatkan perawatan tertentu[6], dan untuk mengevaluasi seberapa efektif upaya penurunan berat badan[7].

Namun, BMI saja tidak memberikan gambaran lengkap mengenai risiko kesehatan seseorang, karena BMI hanya mengukur ukuran tubuh - bukan penyakit atau kesehatan. BMI sebenarnya tidak mengukur lemak tubuh, elemen kunci ketika menentukan risiko kesehatan[8]. Meskipun BMI memberikan indikasi kasar[9] lemak tubuh, BMI tidak membedakan antara berat badan yang berasal dari lemak dan otot[10].

Atlet berperforma tinggi - seperti pemain rugby atau pelari cepat - akan diklasifikasikan sebagai “kelebihan berat badan” atau “obesitas” berdasarkan BMI mereka karena massa otot yang lebih besar. Melihat BMI saja akan membuat para atlet terlihat memiliki risiko yang sama terhadap masalah kesehatan yang sama dengan seseorang yang kelebihan berat badan - meskipun penelitian menunjukkan bahwa orang yang aktif memiliki kolesterol, tekanan darah, dan kadar gula darah yang lebih baik daripada seseorang yang tidak aktif[11].

BMI juga tidak memberi tahu kita apa pun tentang di mana lemak tubuh didistribusikan. Lemak tubuh yang tersimpan di sekitar perut (bentuk “apel”) memiliki risiko kesehatan yang lebih besar[12] daripada lemak tubuh yang tersimpan di sekitar pinggul. Bentuk “apel” ini dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan berkembangnya sindrom metabolik[13]. Ini adalah kombinasi dari kondisi terkait - seperti tekanan darah tinggi, glukosa darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi - yang semuanya meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Kategori BMI juga agak sewenang-wenang[14]. Sebuah penelitian terhadap 13.601 orang dewasa menunjukkan prevalensi obesitas[15] jauh lebih rendah ketika mendefinisikan obesitas dengan menggunakan BMI, bukan persentase lemak tubuh. Dengan menggunakan kategori BMI, lebih sedikit orang yang ditemukan mengalami obesitas - meskipun banyak orang yang didiagnosis seperti itu karena persentase lemak tubuhnya.

Kategori-kategori ini bahkan mungkin kurang akurat dalam memprediksi risiko kesehatan pada orang-orang dari latar belakang etnis minoritas dan kelompok usia yang lebih tua. Sebagai contoh, orang Asia memiliki risiko yang lebih besar[16] untuk terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung pada BMI yang lebih rendah daripada orang kulit putih. Hal ini mungkin disebabkan oleh persentase lemak tubuh yang lebih tinggi pada BMI yang sama, dan/atau kecenderungan yang lebih besar untuk menyimpan lemak di sekitar perut.

Penelitian juga menunjukkan bahwa pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas, memiliki BMI dalam kategori “kelebihan berat badan” tidak terkait dengan risiko kematian yang lebih besar, sedangkan ketika BMI di bawah 23[17] maka itu berbahaya. Jadi, rentang normal mungkin tidak bekerja dengan baik untuk memprediksi risiko kesehatan pada orang tua.

Seseorang juga dapat memiliki BMI “normal” tetapi memiliki peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2[18], tergantung pada faktor-faktor seperti tekanan darah atau distribusi lemak tubuh. Mengukur lingkar pinggang dan persentase lemak tubuh mungkin lebih berguna dalam kasus tersebut.

Indikator status kesehatan yang dapat diandalkan, terjangkau, dan akurat adalah penting. BMI mudah diukur dan memberikan perkiraan kasar risiko penyakit. Namun, meskipun ini merupakan titik awal yang baik, BMI perlu digunakan bersama dengan pengukuran lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang risiko kesehatan seseorang yang unik. Faktor gaya hidup (seperti merokok, aktivitas fisik, pola makan dan tingkat stres), serta tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol darah harus dipertimbangkan bersama dengan BMI untuk menentukan risiko kesehatan.

mengukur lingkar pinggang
Mengukur lingkar pinggang dapat memperkirakan lemak tubuh dalam beberapa kasus. Athitat Shinagowin/ Shutterstock[19]

Pengukuran pinggang (seperti lingkar pinggang dan rasio pinggang-pinggul) dapat memperkirakan lemak tubuh bagian perut - tetapi pengukuran ini sulit dilakukan dan kurang akurat[20] pada orang dengan BMI lebih tinggi dari 35. Alat yang memecah komposisi tubuh[21] - seperti analisis impedansi bioelektrik[22] dan absorptiometri sinar-X energi ganda[23] - bekerja lebih baik. Namun, alat ini bisa sangat mahal, memakan waktu, dan rumit untuk digunakan - dan tidak praktis untuk digunakan sehari-hari oleh dokter.

Alat penanda[24] dapat memberikan penilaian yang lebih sesuai untuk risiko kesehatan dan kematian dini[25] pada orang yang hidup dengan obesitas. Ini adalah sistem penilaian[26] yang memperhitungkan kesehatan metabolik, fisik, dan psikologis untuk mengklasifikasikan risiko kesehatan. Sistem ini dirancang untuk digunakan bersama dengan BMI untuk mengidentifikasi orang-orang yang paling diuntungkan melalui manajemen berat badan.

Meskipun BMI menyediakan alat yang mudah dan sederhana untuk memahami risiko penyakit, BMI tidak memberikan gambaran yang lengkap atau sepenuhnya akurat tentang segala sesuatu yang memengaruhi kesehatan kita. Menggunakan alat ukur lain di samping BMI dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai kesehatan dan risiko penyakit - dan juga dapat membantu memandu keputusan mengenai intervensi kesehatan terbaik yang dapat digunakan untuk seseorang.

Rahma Sekar Andini menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris

References

  1. ^ menyesatkan (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  2. ^ pertama kali ditemukan pada tahun 1832 (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
  3. ^ menghitungnya (www.nhs.uk)
  4. ^ dikategorikan sebagai berikut (www.euro.who.int)
  5. ^ peningkatan risiko penyakit (www.thelancet.com)
  6. ^ perawatan tertentu (online.boneandjoint.org.uk)
  7. ^ upaya penurunan berat badan (www.nejm.org)
  8. ^ elemen kunci ketika menentukan risiko kesehatan (www.karger.com)
  9. ^ indikasi kasar (www-sciencedirect-com.bris.idm.oclc.org)
  10. ^ lemak dan otot (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  11. ^ seseorang yang tidak aktif (care.diabetesjournals.org)
  12. ^ risiko kesehatan yang lebih besar (link.springer.com)
  13. ^ sindrom metabolik (www.frontiersin.org)
  14. ^ agak sewenang-wenang (onlinelibrary.wiley.com)
  15. ^ prevalensi obesitas (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  16. ^ risiko yang lebih besar (www.sciencedirect.com)
  17. ^ BMI di bawah 23 (academic.oup.com)
  18. ^ penyakit jantung dan diabetes tipe 2 (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  19. ^ Athitat Shinagowin/ Shutterstock (www.shutterstock.com)
  20. ^ kurang akurat (www.hsph.harvard.edu)
  21. ^ komposisi tubuh (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  22. ^ analisis impedansi bioelektrik (www.sciencedirect.com)
  23. ^ absorptiometri sinar-X energi ganda (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
  24. ^ Alat penanda (www.drsharma.ca)
  25. ^ kematian dini (www.cmaj.ca)
  26. ^ sistem penilaian (onlinelibrary.wiley.com)

Authors: Karen Coulman, Research Fellow and Obesity Specialist Dietitian, University of Bristol

Read more https://theconversation.com/indeks-massa-tubuh-mungkin-bukan-indikator-kesehatan-terbaik-bagaimana-cara-memperbaikinya-223833

Magazine

Reflecting on 20 years of the Aceh tsunami: From ‘megathrust’ threat to disaster mitigation

20 years have passed since the Aceh tsunami, which left deep scars on Indonesia, especially for those directly affected. Aceh was also recovering from a three-decade armed conflict between the Free Ac...

Nyawa di tangan polisi: Tekanan internal membuat penegak hukum makin brutal. Bagaimana mencegahnya?

Aparat polisi bersiap untuk patroli antisipasi serangan terorisme di Jakarta pada 2021. Wulandari Wulandari/ShutterstockInsiden polisi tembak polisi yang terjadi baru-baru ini di Solok Selatan, Sumat...

Subsidi BBM: Bikin tekor APBN tapi sulit dihapuskan

Bahan bakar fosil adalah penyebab utama perubahan iklim. Tapi hingga kini, pemerintah di berbagai belahan dunia masih mengalokasikan anggaran fiskal yang besar untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM). ...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion