Asian Spectator

.
Business Advice

.

Arti serbuk warna-warni dalam festival Holi

  • Written by Rina Arya, Professor of Critical and Cultural Theory and Head of the School of the Arts, University of Hull
Arti serbuk warna-warni dalam festival Holi

Holi adalah salah satu festival paling meriah dan menyenangkan dalam kalender Hindu[1] yang dirayakan di seluruh India (terutama bagian utara), Nepal, dan komunitas diaspora Asia Selatan.

Tanggal Holi bervariasi sesuai dengan kalender lunar tetapi festival ini seringnya berlangsung pada bulan Februari atau Maret. Tahun 2024 ini, Holi dirayakan tanggal 25 Maret kemarin.

A woman in sunglasses and colours.
Merayakan awal baru. Hull & East Riding Hindu Cultural Association

Saat Holi, orang-orang berkumpul untuk saling melempar dan mengoleskan gulal atau serbuk warna-warni dalam perayaan simbolis musim semi, panen, kehidupan baru, dan kemenangan kebaikan atas kejahatan. Seperti halnya festival Hindu yang lain, ada lebih dari satu narasi yang menjelaskan simbolisme Holi. Namun, terlepas dari apapun makna di baliknya, daya tarik festival ini terletak pada kemegahan visualnya.

Salah satu fokus[2] penelitian saya adalah budaya religius dan material agama Hindu, khususnya praktiknya dalam budaya kontemporer. Salah satu aspek Holi yang paling menggembirakan adalah cara orang-orang dari semua lapisan masyarakat berkumpul. Ini adalah ekspresi dinamisme agama Hindu dan kekuatan persahabatan.

Three people in white with coloured powder on their clothes and bodies.
Perayaan Holi di Hull, Inggris. Hull & East Riding Hindu Cultural Association

Holi menyampaikan karakter kegembiraan dan multisensori dari banyak festival Hindu. Serbuk berwarna[3] merah, kuning dan hijau, mewakili warna musim semi sekaligus membawa makna yang lebih individual.

Merah yang populer digunakan dalam perkawinan merupakan warna kesuburan. Warna kuning dianggap sebagai warna keberuntungan, sementara hijau melambangkan awal baru.

Secara tradisional[4], serbuk berwarna yang digunakan dalam perayaan Holi dibuat secara organik[5] dari bunga kering dan tanaman herbal. Namun serbuk yang digunakan saat ini adalah serbuk sintetis.

Holi dilakukan dengan saling melempar atau mengoles serbuk warna-warni. Bisa juga menggunakan balon berisi air atau pichkaris (pistol air) untuk menebarkan serbuk ke udara, sehingga menambah nuansa karnaval pada acara tersebut.

Holi menawarkan pengalaman mendalam: semua orang berkumpul dan menyatu dalam keajaiban kerumunan, hierarki tradisional seakan tidak ada, spontanitas dan kegembiraan mengambil alih, orang-orang berbicara tentang “bermain” Holi dalam serbuk warna-warni.

Sebagai tradisi kuno dengan berbagai variasi regional, Holi memiliki setidaknya dua narasi cerita. Pertama[6] adalah cinta ilahi yang abadi[7] antara Dewa Krishna (inkarnasi dewa Hindu, Wisnu) dan Dewi Radha.

A historic Indian painting.
Cat air yang menggambarkan Krishna dan Radha merayakan Holi dari tahun 1750. LACMA|Wikimedia[8]

Narasi lainnya menceritakan tentang upaya raja iblis Hiranyakashipu[9] memaksa rakyat untuk menyembahnya. Ketika putranya, Prahlad, tetap memuja Dewa Wisnu, Hiranyakashipu memerintahkan saudara perempuannya, Holika, untuk membunuh Prahlad.

Holika, yang kebal terhadap api, menyuruh anak laki-laki itu duduk di pangkuannya, di atas tumpukan kayu. Namun, para penonton terkejut melihat pengabdian Prahlad kepada Dewa Wisnu menyelamatkannya sementara Holika terbakar sampai mati[10].

Acara bermain warna, yang kini identik dengan Holi, sebenarnya merupakan bagian dari rangkaian ritual yang lebih besar. Malam pertama festival, yang dikenal sebagai Holika Dahan[11], melibatkan penyalaan api unggun dan melemparkan makanan seperti biji-bijian. Sebagai peragaan ulang kematian legenda iblis wanita Holika, ritual ini menandai akhir musim dingin dan penggulingan kejahatan.

Keesokan harinya adalah Rangwali Holi, yaitu melihat orang-orang turun ke jalan untuk bertukar warna. Di bagian akhir festival ini, pada malam hari, setelah mencuci warna dan mengenakan pakaian bersih, masyarakat berkumpul bersama keluarga dan teman untuk menyantap hidangan tradisional, termasuk gujiya (pangsit goreng manis dari India Utara).

Seperti Diwali[12] (atau yang sering dikenal sebagai “festival lampu”) dan tahun baru Hindu, Holi dirayakan oleh diaspora Hindu di Inggris, Amerika Serikat (AS), Fiji[13] , Mauritius[14] dan seterusnya. Kuil-kuil setempat biasanya mengadakan Holi di tempat mereka. Berbeda dengan di India[15] yang perayaannya bersifat umum dan tersebar luas, perayaan di komunitas diaspora lebih diatur ruang dan waktunya.

A crowd under a sky of colours.
Festival Holi di Spanish Fork, Utah, AS. John Thomas|Unsplash[16]

Pesta Holi bukanlah hal yang tidak lazim. Acara rutin yang diselenggarakan setiap tahun bisa ditemukan dengan mudah di platform seperti Eventbrite[17]. Penjualan tiketnya bahkan sering mencakup pembelian bubuk Holi yang tidak beracun[18].

Beberapa dari acara ini diperuntukkan untuk komunitas Asia Selatan. Ini termasuk peragaan drama, pertunjukan tari dan elemen warisan budaya lainnya.

Yang lain memanfaatkan semangat pesta pora yang diwujudkan melalui maraton warna[19] yang didorong secara komersial. Hal ini telah menimbulkan klaim perampasan budaya[20] karena sebagian besar bernuansa sekuler.

References

  1. ^ Hindu (theconversation.com)
  2. ^ fokus (www.godscollections.org)
  3. ^ Serbuk berwarna (economictimes.indiatimes.com)
  4. ^ Secara tradisional (www.ijcmas.com)
  5. ^ dibuat secara organik (artsandculture.google.com)
  6. ^ Pertama (www.vam.ac.uk)
  7. ^ cinta ilahi yang abadi (theconversation.com)
  8. ^ LACMA|Wikimedia (commons.wikimedia.org)
  9. ^ Hiranyakashipu (encyclopedia.pub)
  10. ^ terbakar sampai mati (timesofindia.indiatimes.com)
  11. ^ Holika Dahan (www.freepressjournal.in)
  12. ^ Diwali (theconversation.com)
  13. ^ Fiji (www.tandfonline.com)
  14. ^ Mauritius (www.researchgate.net)
  15. ^ di India (www.jstor.org)
  16. ^ John Thomas|Unsplash (unsplash.com)
  17. ^ Eventbrite (www.eventbrite.com)
  18. ^ bubuk Holi yang tidak beracun (www.ministryofcolours.co.uk)
  19. ^ maraton warna (time.com)
  20. ^ perampasan budaya (theconversation.com)

Authors: Rina Arya, Professor of Critical and Cultural Theory and Head of the School of the Arts, University of Hull

Read more https://theconversation.com/arti-serbuk-warna-warni-dalam-festival-holi-226922

Magazine

Classic Shaker Style Doors for Timeless Elegance

Simple, classic beauty is embodied in Shaker style doorways. These doors have a classic fashion and easy traces, and they originate from the Shaker way of life. They are properly-liked for quite a...

Bak jatuh tertimpa tangga: Krisis iklim mempersulit korban kekerasan berbasis gender mengakses keadilan

Krisis iklim membuat banjir rob tak lagi menjadi kejadian musiman, melainkan bencana sehari-hari (everyday disaster), khususnya bagi penduduk kawasan pantai utara Jawa. Bencana ini berdampak pada berk...

Improving Customer Service in Courier Companies

As courier companies expand, prioritising customer service becomes essential to retain and attract new clients. Enhancing customer service in courier companies like Fast Courier can significantly im...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion