Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Sebelum berumah tangga, siapkan mental lewat konseling pranikah

  • Written by Jessica Christina Widhigdo, Dosen School of Psychology, Universitas Ciputra
Sebelum berumah tangga, siapkan mental lewat konseling pranikah

● Kurang komunikasi dan inisiatif, serta terlalu sibuk dengan diri sendiri bisa memicu perceraian

● Konseling pranikah membantu calon pasutri saling mengenal, bernegosiasi, dan mempersiapkan rumah tangga

● Bimbingan sebelum menikah berpotensi kurangi risiko perceraian hingga 30%

Sering mendengar berita perceraian bisa bikin kamu dan pasangan waswas untuk menikah. Apalagi setelah tahu tingginya angka perceraian di Indonesia yang mencapai 516 ribu kasus[1] pada 2022.

Penyebab perceraian[2] pun beragam, dari kurangnya komunikasi, inisiatif, hingga kesibukan satu sama lain yang bisa merenggangkan hubungan perkawinan. Sebenarnya, risiko perceraian ini bisa diantisipasi sebelum menikah.

Caranya dengan mengikuti konseling pranikah yang membantu kamu dan pasangan memahami pentingnya berbagi peran, mengenali satu sama lain, dan mencapai kesepakatan bersama sebelum menempuh bahtera rumah tangga.

Konseling pranikah kurangi perceraian

Kami melakukan diskusi kelompok terpumpun (FGD) bersama 30 pasangan muda di Indonesia. Hasilnya, banyak dari mereka belum siap secara mental untuk bersepakat hidup bersama dan berbagi peran[3] dalam rumah tangga.

Terlebih ketika salah satu pihak kurang percaya diri, minim inisiatif, komunikasi, ataupun terlalu sibuk[4]. Beban pernikahan bisa jadi condong ke satu orang, sehingga rawan memicu konflik yang berujung perceraian.

Padahal, pernikahan tidak hanya butuh cinta. Dua orang berbeda watak dan latar belakang juga harus saling memahami satu sama lain dan bekerja sama.

Di sinilah pentingnya peran konseling pranikah dalam membantu calon pasutri saling mengenal, bernegosiasi, dan mempersiapkan rumah tangga.

Penelitian tahun 2023[5] menunjukkan bahwa pasangan yang mengikuti konseling pranikah cenderung memiliki hubungan yang sehat secara emosional, seksual, finansial, dan sosial. Mereka juga merasa lebih puas dengan pernikahannya[6] dan lebih mampu menghadapi kesulitan selama pernikahan.

Pasangan yang mengikuti bimbingan pranikah juga mengalami penurunan risiko perceraian sebesar 30%[7] dibandingkan mereka yang tidak mengikutinya.

Konseling pranikah bisa kurangi risiko perceraian.
Konseling pranikah bisa kurangi risiko perceraian. Pormezz / Shutterstock[8]

Hal yang dibahas dalam konseling pranikah

Konseling pranikah dilakukan bersama seorang konselor. Layanan ini bisa diakses secara gratis melalui kantor urusan agama (KUA) dan balai penyuluhan keluarga berencana di kecamatan.

Konseling pranikah juga bisa didapat melalui konselor, psikolog, dan psikiater yang berfokus pada permasalahan rumah tangga.

Biasanya hal-hal yang dibahas dalam sesi bimbingan pranikah meliputi:

1. Cara berkomunikasi efektif dan saling terbuka

Kamu akan diajarkan cara komunikasi asertif dengan pasangan melalui berbagi pikiran, perasaan, harapan, serta kecemasan mengenai pernikahan maupun satu sama lain. Komunikasi ini harus berlangsung secara terbuka dan jujur—dengan tetap saling menghargai dan menghormati.

Saling terbuka[9] dapat meningkatkan ikatan emosional dan kepercayaan, serta mengurangi kesalahpahaman terhadap pasangan di masa mendatang.

2. Cara menghadapi konflik tanpa drama

Penelitian[10] menunjukkan pentingnya pasangan dalam memahami pemicu konflik, cara meregulasi emosi, melakukan komunikasi asertif, dan memecahkan masalah.

Dengan begitu, kamu bisa lebih adaptif menghadapi konflik dan berfokus mencari solusi[11] dibandingkan sibuk membenarkan diri.

Gaji tak kunjung naik. Promosi mesti pindah perusahaan. Skripsi belum juga ACC. Diet ketat, berat badan tak turun juga. Lingkungan kerja toxic, bosnya narsistik. Gaji bulan ini mesti dibagi untuk orang tua dan anak. Mau sustainable living, ongkosnya mahal. Notifikasi kantor berdenting hingga tengah malam. Generasi Zilenials hidup di tengah disrupsi teknologi, persaingan ketat, dan kerusakan lingkungan. Simak ‘Lika Liku Zilenial’ mengupas tuntas permasalahanmu berdasar riset dan saran pakar. 3. Berbagi tugas dan peran Topik ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan harapan antara kamu dan pasangan, yang memicu ketidakpuasan [12] dalam pernikahan. Pembagian peran dan tugas yang seimbang dalam rumah tangga merupakan kunci agar salah satu pihak tidak merasa terbebani. Kamu dan pasangan pun bisa saling berkontribusi dalam kehidupan pernikahan. 4. Diskusi keuangan Setiap orang memiliki cara mengelola keuangan yang berbeda[13] sehingga pasangan perlu memahami perbedaan ini. Pasangan perlu saling terbuka dalam mendiskusikan keuangan agar mengurangi ketegangan[14]. Diskusikan secara mendalam mengenai penghasilan, pengeluaran, utang, dan rencana finansial jangka panjang. Read more: 7 kiat mengelola keuangan pasutri muda: Siapa yang lebih dominan?[15] 5. Menyelaraskan nilai dan prinsip hidup Pasangan yang memiliki keselarasan nilai dan prinsip hidup[16] lebih mampu menghadapi tekanan dalam pernikahan. Karena itu, sangat penting untuk mendiskusikan keyakinan, agama, dan nilai[17] yang dianut masing-masing. Ini bertujuan untuk memahami bagaimana nilai-nilai tersebut memengaruhi pasangan dalam merespons berbagai pengalaman. Dengan menyelaraskan nilai dan prinsip hidup, diharapkan kamu dan pasangan dapat membangun fondasi pernikahan yang kokoh dan harmonis. Nilai dan prinsip hidup yang selaras berpotensi memperkokoh fondasi pernikahan yang harmonis.
Nilai dan prinsip hidup yang selaras berpotensi memperkokoh fondasi pernikahan yang harmonis. GBJSTOCK / Shutterstock[18]

6. Diskusi seks dan rencana punya anak

Beberapa pasangan merasa canggung membahas seputar seks[19] dan rencana punya anak karena menganggap ini topik sensitif. Padahal, mendiskusikannya secara terbuka bisa meningkatkan kepuasan pernikahan[20].

Beberapa orang ingin segera memiliki anak, sedangkan sebagian lainnya memilih menunda, ataupun enggan memiliki anak. Jika tidak dikomunikasikan dengan baik, perbedaan pandangan ini justru memicu ketegangan.

Konseling pranikah memfasilitasi kamu dan pasangan agar bisa mendiskusikan topik ini dengan nyaman dan terbuka.

7. Mengatur hubungan dengan keluarga besar

Perbedaan pandangan antara pasangan dengan keluarga besar bisa menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga. Contohnya adalah tekanan untuk segera memiliki anak, seberapa sering mengunjungi orang tua, hingga bagaimana menetapkan batasan dengan keluarga besar.

Bimbingan pranikah menjadi wadah untuk mengatur dan menetapkan batasan sehat, menyepakati cara berkomunikasi[21], mengurangi konflik, dan menjaga hubungan baik dengan keluarga besar.

Fokus pada kehidupan setelah pesta pernikahan sangatlah penting, termasuk membangun fondasi pernikahan yang kokoh melalui konseling pranikah.

Sebab, hubungan yang sehat dimulai dari mental yang siap untuk bertumbuh dan berjuang bersama, bukan hanya sekadar jatuh cinta.

References

  1. ^ 516 ribu kasus (www.bps.go.id)
  2. ^ Penyebab perceraian (journal.uad.ac.id)
  3. ^ bersepakat hidup bersama dan berbagi peran (journal.uad.ac.id)
  4. ^ percaya diri, minim inisiatif, komunikasi, ataupun terlalu sibuk (journal.uad.ac.id)
  5. ^ Penelitian tahun 2023 (publish.kne-publishing.com)
  6. ^ lebih puas dengan pernikahannya (publish.kne-publishing.com)
  7. ^ penurunan risiko perceraian sebesar 30% (chhs.source.colostate.edu)
  8. ^ Pormezz / Shutterstock (www.shutterstock.com)
  9. ^ Saling terbuka (jriiejournal.com)
  10. ^ Penelitian (psycoeducation.my.id)
  11. ^ mencari solusi (psycoeducation.my.id)
  12. ^ ketidakpuasan (pssjn.journals.ekb.eg)
  13. ^ cara mengelola keuangan yang berbeda (www.olsonfamilytherapy.com)
  14. ^ mengurangi ketegangan (www.olsonfamilytherapy.com)
  15. ^ 7 kiat mengelola keuangan pasutri muda: Siapa yang lebih dominan? (theconversation.com)
  16. ^ keselarasan nilai dan prinsip hidup (www.olsonfamilytherapy.com)
  17. ^ keyakinan, agama, dan nilai (www.olsonfamilytherapy.com)
  18. ^ GBJSTOCK / Shutterstock (www.shutterstock.com)
  19. ^ membahas seputar seks (ijip.in)
  20. ^ kepuasan pernikahan (link.springer.com)
  21. ^ menyepakati cara berkomunikasi (journal.unindra.ac.id)

Authors: Jessica Christina Widhigdo, Dosen School of Psychology, Universitas Ciputra

Read more https://theconversation.com/sebelum-berumah-tangga-siapkan-mental-lewat-konseling-pranikah-254061

Magazine

Sebelum berumah tangga, siapkan mental lewat konseling pranikah

● Kurang komunikasi dan inisiatif, serta terlalu sibuk dengan diri sendiri bisa memicu perceraian● Konseling pranikah membantu calon pasutri saling mengenal, bernegosiasi, dan mempersiapka...

Gelar saja tidak cukup: Apa saja tantangan karier yang dihadapi kaum muda?

● Banyak kaum muda Indonesia memiliki tingkat pendidikan tinggi tapi tetap menganggur atau bekerja tidak sesuai bidang.● Koneksi sosial kerap lebih menentukan daripada kompetensi atau pend...

Dari piring, melawan perubahan iklim

● Pola makan berbasis nabati bisa mengurangi jejak karbon dan emisi gas rumah kaca● Kesadaran Milenial dan Gen Z semakin meningkat mengenai dampak makanan terhadap kesehatan dan lingkunga...