Asian Spectator

Men's Weekly

.

Pekerjaan kreatif bakal digantikan AI? Kepiawaian penggunanya tetap jadi kunci

  • Written by Afsoon Soudi, Assistant Professor, RTA school of Media, Toronto Metropolitan University
Pekerjaan kreatif bakal digantikan AI? Kepiawaian penggunanya tetap jadi kunci

Banyak penulis, aktor, dan pekerja kreatif lainnya saat ini cemas terhadap kehadiran kecerdasan buatan/akal imitasi (AI) yang akan mengambil alih[1] pekerjaan mereka.

AI Generatif (GenAI) membuat mesin pembelajaran dan karya kreatif lebih mudah diakses oleh semua orang. Namun bagi para profesional industri, kebangkitan AI generatif dapat menandakan hilangnya pekerjaan kreatif.

Namun, ternyata menurut laporan terbaru dari Forum Ekonomi Dunia, AI justru akan menciptakan lebih banyak pekerjaan[2] dalam lima tahun ke depan daripada yang akan digantikannya.

Read more: AI bisa mengancam seniman dan melanggar hak cipta: Perlu diregulasi, bukan dilarang[3]

Kami berempat yang berasal dari berbagai industri kreatif berbeda mencoba mengeksplorasi pendekatan pendidikan terhadap AI. Kami ingin membantu generasi mendatang bersiap untuk berinovasi dalam kerangka kerja kolaboratif antar manusia-AI.

Untuk melakukan ini, kami mulai berunding dengan pekerja kreatif kreatif lainnya melalui survei daring.

Bagaimana jika AI malah benar-benar dapat mendukung kreativitas dan produktivitas manusia? Bisakah kita memanfaatkan teknologi ini untuk keuntungan kita? Apa yang bisa kita harapkan di masa depan?

Kami percaya para pekerja kreatif dapat memanfaatkan teknologi baru sambil tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar kreatif dan etika mereka.

Bagaimana industri kreatif menggunakan AI

Semakin lama, AI semakin tertanam dalam alur kerja operasional industri kreatif[4], dari konsep yang masih baru hingga realitas yang terintegrasi.

Maraknya pekerja media dan kreatif yang melakukan aksi mogok untuk memprotes penggunaan AI, telah memicu diskusi penting. Misalnya, Penulis Skenario di Hollywood[5] dan Serikat Penulis Kanada[6] telah menyuarakan tabir baru seputar penggunaan AI terhadap karya kreatif.

Read more: Apakah ChatGPT membuat kita jadi bodoh?[7]

Dalam produksi media, model bahasa besar (large language models/LLM) dapat memfasilitasi pembuatan prototipe cepat untuk konsep naratif, naskah, dan materi audiovisual. Sementara platform penyuntingan otomatis dan efek visual berbasis AI meningkatkan efisiensi yang sangat besar dalam pascaproduksi.

Integrasi teknologi ini memungkinkan para kreator untuk mengalihkan fokus mereka dari tugas-tugas manual yang melelahkan ke penyempurnaan kreatif tingkat tinggi.

Dalam komunikasi grafis[8] dan pengemasan[9], AI dan mesin pembelajaran justru diakui jadi agen perubahan. AI dapat meningkatkan proses mulai dari ide hingga logistik produksi seperti penyortiran dan platform web-to-print yang dipersonalisasi.

Dalam bidang Manajemen Aset Digital, AI berperan penting dalam meningkatkan penemuan aset[10] dan utilitas melalui penandaan metadata otomatis dan pengenalan gambar yang canggih.

Jurnalisme juga sedang bertransformasi secara signifikan. AI telah digunakan untuk menganalisis kumpulan big data untuk pelaporan investigasi, tetapi LLM kini secara rutin menyederhanakan peringkasan artikel.

Aplikasi yang lebih canggih pun bermunculan: sistem AI dirancang untuk mengidentifikasi nilai berita dan menghasilkan artikel secara otomatis dari acara langsung. Kantor berita besar seperti Financial Times dan The New York Times telah menerapkan alat AI di ruang redaksi mereka[11].

Tantangan etik

Tentu pengintegrasian AI tetap menyisakan tantangan besar.

Maraknya konten dan karya yang mengandung informasi palsu[12] dan sumber tidak valid[13] merupakan kegagalan yang patut diperhatikan. Contoh-contoh ini menyoroti masalah kritis terkait akurasi dan keandalan AI generatif.

Read more: Dinamika regulasi AI global: Antara fragmentasi dan harmonisasi[14]

Banyak orang mengatakan mereka tidak sepenuhnya memahami sejauh mana AI[15] diintegrasikan ke dalam perangkat lunak standar mereka[16]. Perbedaan antara penerapan dan kesadaran pengguna ini menggarisbawahi sifat integrasi AI yang halus namun luas. Hal ini menunjukkan kebutuhan mendesak akan transparansi dan literasi digital manusia penggunanya yang lebih besar.

cara mahasiswa Indonesia menggunakan AI.
Mahasiswa di Simposium AI kreatif di TMU mempresentasikan proyek mereka yang menggabungkan AI dan alat analitik. (YYZ Media/TMU), Author provided (no reuse)

Bias dan properti intelektual

Model yang dilatih pada data internet yang sangat besar dan belum dikurasi seringkali mereplikasi dan memperkuat bias sosial yang sudah ada. Misalnya, studi menunjukkan isu-isu yang terus-menerus seperti bias anti-Muslim[17] dalam LLM.

Read more: Audit terhadap AI: Perlu dilakukan agar adil buat semua pihak[18]

Pada saat yang sama, muncul pertanyaan etika dan hukum yang mendesak terkait kekayaan intelektual[19]. Pelatihan LLM tentang konten berhak cipta[20] tanpa kompensasi telah menciptakan menciptakan tensi tinggi.

Sebagai contoh, gugatan New York Times terhadap OpenAI[21] yang tertunda menyoroti masalah penggunaan wajar dan remunerasi yang belum terselesaikan untuk karya kreatif yang dihasilkan.

Sebaliknya, AI generatif menunjukkan potensi yang besar untuk mendemokratisasi produk kreatif. Perangkat-perangkat ini, dengan mengurangi hambatan teknis dan mengotomatiskan proses yang kompleks, dapat menyediakan akses bagi individu dan kelompok yang secara historis terpinggirkan dari bidang kreatif karena keterbatasan sumber daya atau pendidikan.

Aplikasi spesifik telah meningkatkan aksesibilitas media, seperti tools AI yang secara otomatis menghasilkan teks alternatif untuk gambar dan subtitel untuk konten video.

Menavigasi penggunaan lanskap ganda ini membutuhkan penerapan kerangka kerja tata kelola yang komprehensif. Mendorong kesetaraan, keragaman, dan pendidikan inovasi di seluruh industri sangat penting untuk memitigasi risiko sekaligus memanfaatkan potensi AI generatif untuk ekosistem kreatif yang inklusif.

Tenaga kerja dan evolusi keahlian

Dalam sejarah, revolusi teknologi telah mendongkrak perubahan besar dalam pasar tenaga kerja kreatif[22]. Pun, AI generatif hadir mewakili kekuatan disruptif[23] yang tercipta.

Menjamurnya AI generatif telah membentuk kembali industri kreatif[24] yang menuntut adanya keahlian baru.

Read more: Mengapa tulisan asli bisa terdeteksi buatan AI, benarkah deteksi AI tidak akurat? Pahami cara kerja dan tips mengatasinya[25]

Kreativitas dan intervensi manusia sangat diperlukan untuk memberikan akurasi budaya dan kontekstual. Manusia juga harus meninjau konten yang dihasilkan AI untuk menjaga kualitas dan inklusivitas.

Menanggapi perubahan ini, lembaga pendidikan tinggi perlu mengkalibrasi ulang kurikulum[26] dari pelatihan khusus alat menuju pengembangan rasa ingin tahu, penalaran etis, dan literasi AI.

References

  1. ^ mengambil alih (www.bbc.com)
  2. ^ AI justru akan menciptakan lebih banyak pekerjaan (reports.weforum.org)
  3. ^ AI bisa mengancam seniman dan melanggar hak cipta: Perlu diregulasi, bukan dilarang (theconversation.com)
  4. ^ alur kerja operasional industri kreatif (doi.org)
  5. ^ Penulis Skenario di Hollywood (www.nytimes.com)
  6. ^ Serikat Penulis Kanada (writersunion.ca)
  7. ^ Apakah ChatGPT membuat kita jadi bodoh? (theconversation.com)
  8. ^ komunikasi grafis (jpmtr.org)
  9. ^ pengemasan (www.esko.com)
  10. ^ penemuan aset (doi.org)
  11. ^ alat AI di ruang redaksi mereka (www.theverge.com)
  12. ^ informasi palsu (www.saltwire.com)
  13. ^ sumber tidak valid (www.cbc.ca)
  14. ^ Dinamika regulasi AI global: Antara fragmentasi dan harmonisasi (theconversation.com)
  15. ^ tidak sepenuhnya memahami sejauh mana AI (www.forbes.com)
  16. ^ diintegrasikan ke dalam perangkat lunak standar mereka (dl.acm.org)
  17. ^ bias anti-Muslim (doi.org)
  18. ^ Audit terhadap AI: Perlu dilakukan agar adil buat semua pihak (theconversation.com)
  19. ^ kekayaan intelektual (dx.doi.org)
  20. ^ Pelatihan LLM tentang konten berhak cipta (dx.doi.org)
  21. ^ New York Times terhadap OpenAI (www.nytimes.com)
  22. ^ pasar tenaga kerja kreatif (statsinsights.hillstrategies.com)
  23. ^ kekuatan disruptif (www.canada.ca)
  24. ^ membentuk kembali industri kreatif (www.weforum.org)
  25. ^ Mengapa tulisan asli bisa terdeteksi buatan AI, benarkah deteksi AI tidak akurat? Pahami cara kerja dan tips mengatasinya (theconversation.com)
  26. ^ mengkalibrasi ulang kurikulum (youtu.be)

Authors: Afsoon Soudi, Assistant Professor, RTA school of Media, Toronto Metropolitan University

Read more https://theconversation.com/pekerjaan-kreatif-bakal-digantikan-ai-kepiawaian-penggunanya-tetap-jadi-kunci-263964

Magazine

Pekerjaan kreatif bakal digantikan AI? Kepiawaian penggunanya tetap jadi kunci

Robot AI, Ai-Da, di pertemuan puncak Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan lukisannya, yang terjual seharga US$1 juta.2025 © Ai-Da Robot StudiosBanyak penulis, aktor, dan pekerja kreatif lainnya saat...

Bagaimana inflasi memengaruhi pertemanan dan percintaan kita

Dewasa muda berusia 20-30 tahun menghadapi "krisis hubungan" karena melemahnya kondisi ekonomi.(Rene Ranisch/Unsplash)Apakah kamu merasa inflasi memengaruhi hubungan pertemanan dan percintaan? Kamu ta...

Alat batu ini berusia lebih dari 1 juta tahun. Bagaimana pembuatnya bisa sampai ke Sulawesi?

Alat batu dari 1,04 juta tahun lalu.M.W. Moore/University of New EnglandPeralatan batu yang berasal dari 1,04 juta tahun lalu ditemukan di Pulau Sulawesi, Indonesia. Temuan ini mengindikasikan bahwa h...