Asian Spectator

Men's Weekly

.

Ketika kucing Uya Kuya dan Eko Patrio yang dijarah jadi simbol perlawanan rakyat

  • Written by Ken M.P. Setiawan, Senior Lecturer in Indonesian Studies, The University of Melbourne
Ketika kucing Uya Kuya dan Eko Patrio yang dijarah jadi simbol perlawanan rakyat

Demonstrasi yang terjadi di Indonesia disertai dengan penjarahan rumah pejabat di Jakarta. Rumah eks Menteri Keuangan Sri Mulyani, sampai anggota DPR yaitu Ahmad Sahroni, Surya Utama (Uya Kuya), dan Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio) menjadi sasaran penjarahan.

Di balik penjarahan tersebut, terdapat korban yang tak terduga: kucing.

Kucing para pejabat tersebut tak sempat diselamatkan[1] oleh sang pemilik atau justru dijarah ketika majikan mereka melarikan diri[2] untuk berlindung.

Kucing-kucing yang dijarah tersebut menjadi viral di media sosial. Majikan mereka adalah artis yang merambah jadi anggota DPR—Uya Kuya dan Eko Patrio dari Partai Amanat Nasional (PAN).

Uya dan Eko dituduh “menelantarkan” hewan peliharaan mereka karena tak diselamatkan dari rumah yang menjadi sasaran massa. Namun, mereka membantah[3] tuduhan tersebut. Alasannya, mereka tak sempat mengamankan sang anabul karena harus segera menyelamatkan diri.

Apa pun yang sebenarnya terjadi, foto dan video kucing-kucing yang tampak ketakutan saat penjarahan terjadi sudah telanjur melemahkan hati masyarakat Indonesia yang amat cinta kucing.

Para demonstran dan warganet seketika memandang peristiwa ini sebagai simbol pengkhianatan politisi terhadap kewajiban mereka untuk melindungi semua kelompok, terlebih yang tak berdaya.

Dalam konteks ini, kelompok tak berdaya itu adalah kucing.

Hewan peliharaan memang politis

Kucing jadi binatang primadona di Indonesia. Angka kepemilikan kucing di Indonesia jadi yang tertinggi di Asia Pasifik[4].

Indonesia juga merupakan negara mayoritas berpenduduk Muslim. Posisi kucing dalam ajaran Islam[5] juga membuat kucing makin dicintai di sini.

Selain jadi simbol penting dalam aspek budaya, kucing juga berhasil jadi simbol politik. Ini bahkan tak hanya di Indonesia.

Kucing tak bisa dilepaskan dari praktik pencitraan yang dilakukan para politisi. Sudah menjadi strategi umum ketika para politisi menggunakan kucing atau binatang lainnya untuk mendorong popularitas mereka.

Misalnya Nelson[6] asal Inggris (kucing masa perang milik Winston Churchill), Socks[7] asal Amerika Serikat (kucing milik presiden Bill Clinton).

Ada juga Larry[8] yang menjabat sebagai “chief mouser” alias ketua pemburu tikus di rumah dinas perdana menteri Inggris.

Politisi memanfaatkan kucing sebagai peliharaan untuk membangun citra sebagai pribadi yang hangat, dekat, dan penyayang di mata publik.

Presiden Prabowo Subianto, juga jadi contoh selanjutnya. Prabowo memiliki kucing tabi domestik bernama Bobby Kertanegara[9] yang diadopsi dan dirawat sejak 2016.

Bobby punya sejuta pengikut di Instagram[10]. Potret Prabowo memberi makan dan bermain bersama Bobby melembutkan citra[11] sosok militer yang tak bisa dilepaskan dari sosok Prabowo, terutama saat pemilu tahun lalu. Dari sosok militer dengan rekam jejak HAM yang kelam, ia berubah menjadi kakek penyayang kucing yang hangat.

Read more: Marak demo di daerah juga berakar dari pemusatan anggaran: Masyarakat perlu mengawal[12]

Dari kucing kampung, kini Bobby menjadi kucing presiden yang dibawa ke mana-mana dengan stroller hewan peliharaan yang mewah dan punya tim pengamanan pribadi[13]. Bobby muncul di diskusi kenegaraan dan menerima hadiah dari para petinggi negara.

Ia pun baru saja menerima kalung syal merah[14] dari Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese.

Gibran Rakabuming Raka selaku Wakil Presiden Indonesia dan Anies Baswedan eks perserta pemilihan presiden juga memanfaatkan hewan peliharaan mereka untuk membangun citra positif.

Demonstrasi yang terjadi

Demonstrasi yang belakangan terjadi di Jakarta dan berbagai kota lainnya[15] berawal dari kemarahan publik akan wacana kenaikan tunjangan anggota DPR, berpadu dengan keresahan warga soal ketimpangan kelas yang sudah menumpuk.

Rakyat semakin murka di tengah banyaknya politisi yang menunjukkan gaya hidup mewah. Padahal, banyak masyarakat yang kesulitan untuk hidup dari hari ke hari dengan biaya hidup[16] yang mencekik dan sulitnya mencari pekerjaan[17] bagi generasi muda.

Beberapa politisi mengalami penjarahan rumah[18] saat demonstrasi yang belakangan terjadi.

Read more: Prabowo sebut demo sebagai makar dan terorisme–rakyat berpotensi makin marah[19]

Uya Kuya dan Eko Patrio disebut-sebut meninggalkan kucing peliharaan mereka begitu saja. Kucing-kucing tersebut diselamatkan oleh penjarah atau warganet yang khawatir. Penyanyi Sherina Munaf menjadi salah satu sosok yang merawat kucing Uya Kuya.

Meski para politisi membantah tuduhan penelantaran hewan, sebuah unggahan[20] mempertanyakan: jika politisi tidak bisa menjaga hewan peliharaan mereka, bagaimana mereka bisa dipercaya untuk melindungi masyarakat?

Pembentukan citra politik

Kemarahan publik terhadap pejabat yang dianggap menelantarkan kucing mereka akhirnya mendapatkan tanggapan.

Uya Kuya[21] dan Eko Patrio[22] sama-sama membantah bahwa mereka “meninggalkan” kucing mereka saat kejadian.

Mereka menyebut bahwa mereka tak sempat menyelamatkan kucing mereka saat rumah mereka dijarah sehingga kucing-kucing tersebut lepas dengan sendirinya.

Mereka juga memohon pada publik agar kucing-kucing mereka dipulangkan. Permohonan ini didukung sebagian warganet.

Sayangnya, reputasi mereka sebagai majikan yang tak bertanggung jawab sudah tak tertolong. Uya Kuya dan Eko Patrio kini juga telah dinonaktifkan sebagai anggota DPR.

Read more: Bagaimana budaya populer seperti komik bisa memantik perlawanan terhadap rezim[23]

Di era media sosial, hewan peliharaan terbukti menjadi pedang bermata dua.

Kehadiran mereka bisa melembutkan citra politisi dan merebut dukungan publik, tetapi kini mereka juga mengungkap sisi gelap politisi sebagai pribadi yang masa bodoh dan mementingkan diri sendiri.

Kucing-kucing ini menjadi perumpamaan akan pengkhianatan kaum elit terhadap masyarakat.

Insiden penjarahan kucing ini juga kembali membuktikan betapa rapuhnya citra politik di era digital seperti sekarang.

Kalau dulu hewan peliharaan politik menjadi penggaet dukungan, kini mereka juga bisa menumbuhkan hujatan.

References

  1. ^ tak sempat diselamatkan (www.kompasiana.com)
  2. ^ melarikan diri (hot.detik.com)
  3. ^ membantah (hot.detik.com)
  4. ^ tertinggi di Asia Pasifik (insight.rakuten.com)
  5. ^ kucing dalam ajaran Islam (iqranetwork.com)
  6. ^ Nelson (winstonchurchill.org)
  7. ^ Socks (www.clintonlibrary.gov)
  8. ^ Larry (theconversation.com)
  9. ^ Bobby Kertanegara (www.straitstimes.com)
  10. ^ sejuta pengikut di Instagram (www.instagram.com)
  11. ^ citra (www.theguardian.com)
  12. ^ Marak demo di daerah juga berakar dari pemusatan anggaran: Masyarakat perlu mengawal (theconversation.com)
  13. ^ tim pengamanan pribadi (www.scmp.com)
  14. ^ kalung syal merah (en.antaranews.com)
  15. ^ Demonstrasi yang belakangan terjadi di Jakarta dan berbagai kota lainnya (www.abc.net.au)
  16. ^ biaya hidup (www.sbs.com.au)
  17. ^ sulitnya mencari pekerjaan (www.aljazeera.com)
  18. ^ penjarahan rumah (asianews.network)
  19. ^ Prabowo sebut demo sebagai makar dan terorisme–rakyat berpotensi makin marah (theconversation.com)
  20. ^ unggahan (www.instagram.com)
  21. ^ Uya Kuya (hot.detik.com)
  22. ^ Eko Patrio (www.suara.com)
  23. ^ Bagaimana budaya populer seperti komik bisa memantik perlawanan terhadap rezim (theconversation.com)

Authors: Ken M.P. Setiawan, Senior Lecturer in Indonesian Studies, The University of Melbourne

Read more https://theconversation.com/ketika-kucing-uya-kuya-dan-eko-patrio-yang-dijarah-jadi-simbol-perlawanan-rakyat-264898

Magazine

Paradoks kepemimpinan intermestik Prabowo: Bangun citra stabil di mata internasional saat didemo di dalam negeri

Presiden Prabowo Subianto ikut serta menghadiri Perayaan 80 Tahun Kemenangan Perang Perlawanan Rakya Cina yang digelar di Tian’anmen, Beijing pada Rabu, 3 September 2025.Biro Pers Sekretariat Pr...

Kapan kita harus ke psikolog? Sadari ciri diri butuh konseling

Konsultasi dengan psikolog dapat membantu kita memahami akar pikiran, perasaan, dan tingkah laku kita.(Mohamed_hassan/Pixabay)Ada banyak alasan mengapa seseorang berkonsultasi dengan psikolog. Mulai d...

Ketika kucing Uya Kuya dan Eko Patrio yang dijarah jadi simbol perlawanan rakyat

Berawal dari penjarahan rumah, kucing menjadi simbol perlawanan masyarakatInstagram/animals_hopeshelterindonesiaDemonstrasi yang terjadi di Indonesia disertai dengan penjarahan rumah pejabat di Jakart...