Kapan kita harus ke psikolog? Sadari ciri diri butuh konseling
- Written by Simon Sherry, Clinical Psychologist and Professor in the Department of Psychology and Neuroscience, Dalhousie University

Ada banyak alasan mengapa seseorang berkonsultasi dengan psikolog. Mulai dari ujian hidup yang berat, trauma, emosi yang tak stabil, hubungan yang bermasalah, sampai kondisi well-being yang butuh ditingkatkan.
Meski bermanfaat di banyak aspek kehidupan, kita sering kali masih ragu: apakah kita benar-benar membutuhkan konsultasi ke psikolog?
Untuk kamu yang sedang membaca artikel ini: bisa jadi saat ini juga adalah waktu yang paling tepat untuk berkonsultasi.
Ketika kita mempertimbangkan untuk mendapatkan bantuan profesional, kemungkinan ada sesuatu yang mengganggu sehingga kita membutuhkan pertolongan. Kondisi ini sudah cukup untuk jadi alasan mencari bantuan.
Jika kamu masih ragu harus ke psikolog atau tidak, lanjutkan membaca.
Kenapa kita harus ke psikolog?
Ada kalanya isi kepala kita terlalu ramai untuk dikendalikan.
Berkonsultasi ke psikolog dapat membantu kita menemukan dasar dari pikiran, perasaan, dan tingkah laku diri sendiri. Kita juga dapat belajar untuk berpikir, merasa, dan bertindak secara lebih sehat.
Melalui konsultasi, kita bisa:
mengenali dan menghadapi masalah dalam diri,
mengevaluasi pola pikir atau keyakinan yang menghambat,
meningkatkan kesejahteraan mental,
mengatasi masalah kesehatan mental, serta
membangun pola hidup yang lebih sehat dan seimbang.
Apa bedanya mental health dan mental illness?
Kita sering mendengar istilah “mental health” dan “mental illness” digunakan ketika membahas soal kondisi mental dan emosional. Namun, terkadang istilah ini disalahartikan.
Mental health[1] artinya kesehatan mental yaitu kondisi batin diri yang memampukan kita menghadapi segala naik dan turun kehidupan.
Kesehatan mental[2] kita baik jika kita dapat menikmati hidup, punya hubungan yang kuat dengan orang lain, dapat menghadapi stres dengan sehat, punya tujuan hidup, dan mengenali diri sendiri.
Sementara Mental illness[3] artinya gangguan mental yaitu kondisi terganggunya pikiran, perasaan, dan persepsi yang mengganggu keseharian kita.
Terdapat berbagai jenis[4] gangguan mental yang dibedakan berdasarkan pikiran, perasaan, dan perilaku yang muncul.
Perbedaan keduanya dapat dipahami seperti ini. Setiap orang pasti pernah merasakan perasaan negatif di tengah situasi sulit, misalnya sedih karena putus dari pacar atau cemas menjelang perubahan besar.
Namun, perasaan negatif tersebut belum tentu berarti kita punya gangguan mental, tetapi jelas berdampak pada kesehatan mental kita.
Read more: Galau sedikit, bilang depresi: Sembarangan pakai istilah kesehatan mental bahaya buat psikologis kita[5]
Perasaan negatif ini jadi tak sehat ketika kesehatan mental kita signifikan terdampak[6]. Ketika kondisi kesehatan mental kita tak baik-baik saja, kita jadi sulit pulih dari kondisi kehilangan atau duka.
Maka dari itu, konsultasi akan membantu kita meningkatkan kesehatan mental, mengembangkan ketahanan diri, dan menjaga kesejahteraan mental kita.
Lalu, bagaimana dengan gangguan mental? Ciri yang muncul dari gangguan mental adalah sebagai berikut.
1. Putus asa: Merasa stuck, kehilangan semangat, atau tak berdaya.
2. Apatis: Tak lagi tertarik dengan hal-hal yang sebelumnya membuat kita senang atau membawa kepuasan.
3. Marah: Merasakan kemarahan dan kebencian yang terlalu sering atau tak sesuai proporsi ideal.
4. Stres: Mengalami kewalahan, merasa tak mampu mengerjakan sesuatu, tak bisa beristirahat, atau merasa segala hal sangat sulit meski hal sederhana sekali pun.
5. Bersalah: Merasa malu akan diri sendiri, tak pantas mendapatkan hal baik, dan hanya pantas menerima hal buruk.
6. Cemas: Mengkhawatirkan terlalu banyak hal atau memiliki pikiran menyeramkan yang amat mengganggu.
7. Kelelahan: Tidur lebih lama dari biasanya, sulit bangkit dari tempat tidur, atau merasa tak berenergi sepanjang hari.
8. Insomnia:[7] Sulit tidur atau mengalami gangguan saat tidur.
Lalu, kapan kita butuh ke psikolog?
Berkonsultasi pada psikolog tak perlu menunggu sampai di tahap gangguan mental. Ketika kita merasa kondisi kesehatan mental kita kurang baik, ini adalah alasan yang cukup untuk berkonsultasi.
Coba tanya pada diri sendiri: apakah saya kesulitan menghadapi masalah hidup?
Jika jawabannya iya, tak ada salahnya untuk berkonsultasi.
Setiap orang memiliki cara tersendiri dalam menghadapi perasaan mereka.
Di momen tertentu, sebagian orang mengalami kenaikan berat badan, sebagian lainnya justru kebalikannya[8]. Ada pula yang melakukan mekanisme koping yang kurang sehat seperti menjalani hubungan toksik, melakukan aktivitas yang membahayakan nyawa, atau menumbuhkan kebiasaan menunda.
Sebagian lain menarik diri dari teman atau keluarga. Ada pula yang secara tak sadar membesar-besarkan pengalaman kurang mengenakan[9] yang dirasakan.
Entah apa pun bentuknya, gangguan mental[10] dapat semakin serius jika tak ditangani. Gangguan ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan: menurunkan produktivitas kerja, merenggangkan hubungan, dan melemahkan kesehatan fisik. Dalam kasus tertentu, bahkan bisa berujung pada bunuh diri.
Coba tanyakan pada diri sendiri: apakah saya merasakan beban mental yang memengaruhi keseharian dan kesejahteraan diri?
Jika jawabannya iya, tak ada salahnya untuk berkonsultasi.
Bagaimana jika konsultasi tidak bermanfaat?
Sebagian orang berpikir bahwa masalah yang mereka hadapi tak seserius itu sampai butuh konsultasi ke psikolog.
Namun, sebenarnya kita tak butuh alasan yang besar dan mendalam untuk konsultasi.
Kita bisa berkonsultasi ke psikolog untuk mengenal diri kita lebih dalam. Bisa juga untuk melatih kemampuan tertentu, memperbaiki kualitas hubungan, atau meningkatkan produktivitas.
Ada pula sebagian orang yang berkonsultasi untuk membantu mereka menggapai target tertentu atau mereka merasa hampa tanpa alasan.
Apa pun alasannya, meski tak terkesan sebagai sebuah “masalah”, kita boleh berkonsultasi ke psikolog. Kita bisa berkonsultasi sekadar untuk membahas sesuatu tentang diri kita yang ingin kita eksplorasi.
Konsultasi adalah sebuah proses. Efektivitasnya dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari alokasi waktu sampai kecocokan dengan psikolog.
Read more: AI bisa salah diagnosis dan diskriminatif: Konsultasi kesehatan mental tetap harus ke profesional[11]
Yang jelas, tak ada solusi instan untuk kesehatan mental. Perkembangan bisa memakan waktu beberapa minggu, bulan, bahkan tahun. Meski terkesan berat, berilah waktu untuk proses konsultasi bisa berdampak bagi kita.
Sebagian orang berkonsultasi pada psikolog dengan perasaan skeptis atau tak terima. Hal ini perlu dihindari karena konsultasi tak akan membawa manfaat jika kita tidak benar-benar terlibat dalam prosesnya.
Konsultasi psikologis merupakan proses penuh kerentanan. Maka dari itu, penting untuk menemukan psikolog yang dapat dipercaya dan sefrekuensi dengan kita. Psikolog juga memiliki berbagai spesialisasi dan pendekatan, jadi kita perlu memilih yang paling pas untuk kita.
Bagaimana jika kita belum siap?
Terdapat beberapa alasan pula untuk menunda konsultasi psikologis.
Mungkin kita belum memiliki dana yang cukup. Mungkin ada prioritas lain, atau kita takut harus membuka kembali trauma yang tersimpan. Semua alasan ini valid.
Konsultasi pada tenaga profesional dapat memakan banyak biaya dan upaya. Namun, manfaatnya tetap ada. Mungkin sekarang belum waktunya, tetapi bukan berarti tak akan ada waktu yang tepat.
Jika kita masih ragu untuk berkonsultasi pada psikolog, tidak masalah kok. Kita dapat menelusuri terlebih dahulu alasan kita enggan untuk melakukannya.
Mungkin kita enggan konsultasi karena mengkhawatirkan pandangan orang lain. Jika begitu, ingat bahwa terkadang orang lain bisa sangat pengertian[12], melebihi dari ekspektasi kita, dan tak ada salahnya untuk berinvestasi pada kesehatan dan kebahagiaan kita sendiri.
Perlu diingat pula bahwa ketika kita merasa tidak baik-baik saja, kita tak sendirian. Isu kesehatan mental dirasakan oleh banyak orang. Memiliki masalah kesehatan mental atau berkonsultasi pada psikolog bukan berarti kita “gila”.
Gangguan mental dialami oleh 970 juta orang[13] di dunia dan menjadi penyebab utama seseorang mengalami keterbatasan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
Read more: 1 dari 3 kaum muda rentan kena gangguan mental, tapi kenapa sedikit yang ke psikolog?[14]
Satu dari lima[15] orang dewasa[16] dan lebih dari satu dari sepuluh anak serta remaja[17] memiliki gangguan mental.
Di Indonesia, satu dari tiga anak muda di Indonesia rentan mengalami gangguan mental[18]. Gangguan mental yang umum dirasakan adalah gangguan kecemasan, gangguan perhatian, hiperaktivitas, dan depresi.
Jangan biarkan stigma akan kesehatan mental menghambat kita mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk sehat dan memiliki hidup yang bermakna. Konsultasi dapat membantu kita meraihnya.
References
- ^ Mental health (cmha.ca)
- ^ Kesehatan mental (dictionary.apa.org)
- ^ Mental illness (www.canada.ca)
- ^ berbagai jenis (cmha.ca)
- ^ Galau sedikit, bilang depresi: Sembarangan pakai istilah kesehatan mental bahaya buat psikologis kita (theconversation.com)
- ^ signifikan terdampak (www.canada.ca)
- ^ 8. Insomnia: (doi.org)
- ^ kenaikan berat badan, sebagian lainnya justru kebalikannya (www.nami.org)
- ^ membesar-besarkan pengalaman kurang mengenakan (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)
- ^ gangguan mental (namica.org)
- ^ AI bisa salah diagnosis dan diskriminatif: Konsultasi kesehatan mental tetap harus ke profesional (theconversation.com)
- ^ sangat pengertian (www.camh.ca)
- ^ 970 juta orang (www.who.int)
- ^ 1 dari 3 kaum muda rentan kena gangguan mental, tapi kenapa sedikit yang ke psikolog? (theconversation.com)
- ^ Satu dari lima (www.camh.ca)
- ^ orang dewasa (www.nami.org)
- ^ satu dari sepuluh anak serta remaja (doi.org)
- ^ rentan mengalami gangguan mental (theconversation.com)
Authors: Simon Sherry, Clinical Psychologist and Professor in the Department of Psychology and Neuroscience, Dalhousie University
Read more https://theconversation.com/kapan-kita-harus-ke-psikolog-sadari-ciri-diri-butuh-konseling-264492