Asian Spectator

Men's Weekly

.

Anak gampang tantrum akibat sering nonton video pendek: Ternyata fungsi otak terganggu

  • Written by Hans Christian, Dosen Ilmu Kedokteran Jiwa & Psikiater , Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Anak gampang tantrum akibat sering nonton video pendek: Ternyata fungsi otak terganggu

● Sering nonton video pendek mengganggu fungsi eksekutif alias kemampuan otak anak dalam mengontrol emosi.

● Akibatnya, anak lebih impulsif, mudah marah, dan tantrum.

● Orang tua perlu membatasi tontonan video singkat dan melatih fungsi eksekutif anak lewat permainan bergiliran.

Apakah anak kamu sering marah dan tantrum? Jika iya, coba perhatikan lagi kebiasaan mereka selama ini.

Apabila si kecil sering menonton video pendek dari layar gawai, mungkin di situlah pangkal masalahnya.

Studi yang melibatkan 1.052 anak SD di Cina (2024) mengungkap bahwa paparan video pendek merupakan bentuk kesenangan instan yang bisa membuat anak kesulitan mengelola emosi[1] dan mengurangi fokus mereka.

Akibatnya, anak menjadi lebih gelisah, impulsif, gampang marah, dan sering tantrum[2]. Hal ini disebabkan fungsi eksekutif pada otak anak terganggu.

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif[3] yang berperan dalam mengontrol emosi, menunda kepuasan, mengalihkan perhatian, dan menyelesaikan tugas.

Fungsi eksekutif diproses terutama oleh lobus frontal (bagian terbesar di area depan otak) dan berkembang pesat di usia dini hingga remaja.

Bagaimana video pendek mengganggu fungsi otak?

Menurut teori persepsi adegan dan pemahaman peristiwa alias scene perception and event comprehension theory (SPECT)[4], saat menyaksikan tayangan (baik di film atau video) otak kita bekerja seperti seorang editor.

Otak tidak hanya melihat gambar, tapi juga berusaha mengikuti alur, dan memahami cerita di baliknya lewat dua tahapan.

Pertama, membagi peristiwa ke dalam potongan-potongan yang bermakna (misalnya “anak mulai bermain”, “anak menangis”). Kedua, menghubungkan potongan itu menjadi cerita utuh yang bisa dipahami dan diingat.

Masalahnya, banyak video pendek yang viral di TikTok, reels Instagram, ataupun shorts Youtube (seperti Italian brain rot[5] atau skibidi toilet[6]) justru berpotensi mengganggu cara kerja alami otak dalam menelaah dan memahami sebuah cerita.

Gaji tak kunjung naik. Promosi mesti pindah perusahaan. Skripsi belum juga ACC. Diet ketat, berat badan tak turun juga. Lingkungan kerja toxic, bosnya narsistik. Gaji bulan ini mesti dibagi untuk orang tua dan anak. Mau sustainable living, ongkosnya mahal. Notifikasi kantor berdenting hingga tengah malam. Generasi Zilenials hidup di tengah disrupsi teknologi, persaingan ketat, dan kerusakan lingkungan. Simak ‘Lika Liku Zilenial’ mengupas tuntas permasalahanmu berdasar riset dan saran pakar. Penelitian dalam jurnal Frontiers in Human Neurosciences[7] (2024) mengungkapkan bahwa semakin sering anak menonton video pendek, kemampuan fungsi eksekutifnya akan semakin menurun. Akibatnya, anak kian sulit mengelola emosi dan fokus. Efek video pendek dalam mengganggu fungsi eksekutif anak dapat dipahami pula lewat pengaruh tayangan video kartun bertempo cepat di televisi[8]. Misalnya, studi (2022) mengungkap anak yang nonton SpongeBob SquarePants[9] dalam sembilan menit, seketika mengalami penurunan fungsi eksekutif. Dampaknya, anak menjadi lebih impulsif, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa menyelesaikan tugas sederhana[10]. Setidaknya, ada tiga muatan video bertransisi cepat yang mengacaukan sistem pemrosesan otak[11]: 1. Visual terlalu mencolok dan cepat Transisi kilat, warna menyala, dan suara meledak-ledak membuat pikiran anak belum sempat memahami visual yang dia lihat. 2. Pergantian adegan terlalu sering Alur yang cepat membuat otak anak belum sempat menjahit potongan adegan-adegan yang didapatkan. 3. Ceritanya absurd, tidak masuk akal Terakhir, kebanyakan video singkat berisi cerita absurd yang membuat otak anak tidak terbiasa memprosesnya. Alur yang cepat membuat otak anak belum sempat menjahit potongan adegan-adegan yang ditonton.
Alur yang cepat membuat otak anak belum sempat menjahit potongan adegan-adegan yang ditonton. Aslysun / Shutterstock[12]

Orang tua perlu lakukan ini

Memahami dampak menonton video pendek terlalu sering dalam melemahkan fungsi eksekutif anak[13] sangatlah penting.

Dengan begitu, kita sebagai orang tua lebih bisa mewaspadai efek penggunaan teknologi yang tidak bijak terhadap kesehatan mental si kecil, alih-alih menyalahkan kebiasaannya atau melabelinya sebagai anak nakal[14].

Sejumlah cara bisa kita lakukan untuk mengurangi kebiasaan anak nonton video pendek.

  • Batasi waktu menonton video pendek dan hindari menonton sebelum tidur atau belajar.

  • Pilih tayangan dengan alur lambat dan cerita realistis, seperti dongeng naratif atau dokumenter anak.

  • Latih fungsi eksekutif anak melalui permainan sederhana, seperti board game, bermain peran, atau aktivitas yang melibatkan giliran.

  • Ajarkan toleransi terhadap kebosanan, misalnya dengan membiarkan anak mengeksplorasi mainan sederhana tanpa distraksi layar.

  • Periksakan anak ke psikiater atau psikolog jika mereka sering tantrum akibat kebiasaan screen time rutin.

Ketika anak memiliki fungsi eksekutif yang baik, mereka akan cenderung bersabar dalam menunggu giliran, menenangkan diri saat kecewa, dan berfokus menyelesaikan kegiatan[15].

Karena itu, membangun fungsi eksekutif adalah investasi jangka panjang agar anak bisa mengelola emosi dengan baik dan menghadapi dunia digital yang kian kompleks.

References

  1. ^ kesulitan mengelola emosi (journals.plos.org)
  2. ^ sering tantrum (journals.plos.org)
  3. ^ kemampuan kognitif (www.annualreviews.org)
  4. ^ scene perception and event comprehension theory (SPECT) (onlinelibrary.wiley.com)
  5. ^ Italian brain rot (www.youtube.com)
  6. ^ skibidi toilet (www.youtube.com)
  7. ^ Penelitian dalam jurnal Frontiers in Human Neurosciences (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
  8. ^ pengaruh tayangan video kartun bertempo cepat di televisi (pmc.ncbi.nlm.nih.gov)
  9. ^ anak yang nonton SpongeBob SquarePants (www.sciencedirect.com)
  10. ^ lebih impulsif, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa menyelesaikan tugas sederhana (www.sciencedirect.com)
  11. ^ mengacaukan sistem pemrosesan otak (bmcpsychology.biomedcentral.com)
  12. ^ Aslysun / Shutterstock (www.shutterstock.com)
  13. ^ melemahkan fungsi eksekutif anak (www.sciencedirect.com)
  14. ^ anak nakal (www.ncbi.nlm.nih.gov)
  15. ^ berfokus menyelesaikan kegiatan (www.sciencedirect.com)

Authors: Hans Christian, Dosen Ilmu Kedokteran Jiwa & Psikiater , Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Read more https://theconversation.com/anak-gampang-tantrum-akibat-sering-nonton-video-pendek-ternyata-fungsi-otak-terganggu-260088

Magazine

Negara barat mulai akui kedaulatan Palestina: Apakah “Two-State Solution” adalah bentuk terbaik?

CC BYSidang Majelis Umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) tahun ini menjadi sebuah “babak baru” dalam penyelesaian masalah antara Palestina dan Israel.Seruan untuk pengakuan Palestina sebagai...

Anak gampang tantrum akibat sering nonton video pendek: Ternyata fungsi otak terganggu

● Sering nonton video pendek mengganggu fungsi eksekutif alias kemampuan otak anak dalam mengontrol emosi.● Akibatnya, anak lebih impulsif, mudah marah, dan tantrum.● Orang tua perlu...

Menuju satu tahun Prabowo: Rezim minim data dan pengetahuan

Prabowo Subianto berdoa saat kampanye akbar di Stadion GBK, Jakarta, pada 23 Maret 2014.MRNPic/Shutterstock● Pemerintahan Prabowo kerap menerbitkan kebijakan tanpa berdasarkan data dan bukti emp...