Kenapa putus dengan teman tak kalah menyakitkan dari putus cinta?
- Written by Sonja Falck, Senior Lecturer, School of Psychology, University of East London

Kalau kamu pernah putus hubungan dengan teman atau sahabat, kamu tak sendirian. Sebuah penelitian[1] dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa 86% remaja pernah mengalaminya.
Putus dengan teman[2] bisa sama menyakitkan dengan putus dengan pacar. Terlebih jika kehilangan sosok teman yang sudah amat dekat[3].
Dalam sebuah kelompok pengembangan diri yang saya jalankan, beberapa partisipan di usia 20-an dan 30-an membagikan pengalaman mereka ditinggalkan oleh teman. Mereka terkejut menemukan bahwa momen putus pertemanan yang mereka alami ternyata mirip.
Kebanyakan merasa bahwa pertemanan mereka baik-baik saja. Lalu, tiba-tiba, teman mereka mengirimkan pesan curhat panjang: penuh kekecewaan dan ingin memutuskan pertemanan.
Reaksi dari permintaan putus tersebut beragam. Ada yang tak percaya (denial) akan perlakuan teman mereka. “Kok bisa aku tak menyadarinya?” “Kok bisa mereka dengan mudah memutuskan hubungan?”
Ada pula reaksi bingung. “Kenapa aku sangat sedih, mereka kan hanya teman, bukan pasangan hidup?” “Bagaimana aku bisa membicarakan perasaan negatifku ini? Orang-orang mungkin berpikir aku berlebihan merasa seperti ini sekadar karena teman. ”
Kenapa pertemanan sangat penting?
Penelitian tentang kelekatan dapat membantu kita memahami mengapa putus dengan teman bisa sangat menyakitkan.
Saat anak-anak, sosok penting dalam hidup kita adalah orang tua atau pengasuh. Namun, memasuki usia remaja[4] dan dewasa, perubahan terjadi.
Perubahan ini terjadi karena desain genetik kita. Memasuki usia dewasa, kita dipersiapkan untuk bertumbuh jadi sosok independen yang tak lagi bergantung pada orang tua.
Oleh karena itu, sosok yang paling kita percaya, andalkan, dan punya interaksi erat bukan lagi orang tua. Pasangan atau sahabat menggantikan posisi tersebut.
Read more: Pertemanan itu penting: Bagaimana kalau kita enggak punya teman sama sekali?[5]
Di usia dewasa, teman bisa menjadi sosok tepercaya dan rekan seperjuangan di tengah segala perubahan besar yang kita alami. Tak jarang, pertemanan bisa jadi relasi yang amat kuat dibanding relasi lainnya. Khususnya pada perempuan[6], mereka lebih sering membahas masalah pribadi[7] dengan teman daripada keluarga.
Sebagai seorang ahli psikologi, saya sering mendengar pengalaman klien yang merasakan dukungan konstan dari teman, berbeda dari hubungan romantis yang mudah kandas. Maka dari itu, memiliki sahabat merupakan bagian penting dari perkembangan diri[8].
Melihat betapa besarnya peran teman dalam hidup dewasa kita, tidak mengherankan kita bisa teramat sedih ketika putus dengan teman.
Kita bisa merasa terkejut, tertolak, dan tersakiti yang levelnya sama seperti rasa sakit fisik[9]. Bahkan putus dengan teman bisa menurunkan kepercayaan diri kita, terlebih ketika kita tidak paham apa penyebabnya[10].
Penelitian menunjukkan bahwa cara paling umum memutuskan pertemanan adalah dengan menghindar[11], tanpa membahas masalah yang terjadi. Akibatnya, kita bisa merasa kehilangan arah, terlebih jika kita sama sekali tidak menduganya.
Kenapa pertemanan bisa putus?
Alasan paling umum[12] kandasnya pertemanan di usia dewasa muda adalah perpisahan secara jarak, memiliki teman baru sehingga teman lama tergantikan, timbul rasa tidak suka, dan kemunculan hubungan berpacaran atau pernikahan.
Hubungan romantis yang serius atau mulai berkeluarga secara otomatis akan mengurangi[13] waktu dan energi yang dapat diberikan seseorang pada teman. Sosok yang masih lajang berpeluang merasa ditinggalkan, cemburu, dan terancam[14].
Namun, pertemanan tak serta-merta akan usai karena alasan-alasan tersebut. Kita perlu berempati dengan kondisi baru yang teman kita jalani. Jangan sampai pula kita menghakimi atau menganggap keputusan teman kita sebagai serangan personal.
Kita perlu berkomunikasi dengan teman kita mengenai perubahan kondisi yang terjadi dan menceritakan bagaimana kita terdampak akan perubahan tersebut. Upaya ini dapat meringankan perasaan yang muncul akibat perubahan dinamika pertemanan.
Read more: Cara membahas masalah tanpa menimbulkan pertengkaran: Tip dari ahli[15]
Ketika berkomunikasi, kita juga dapat memperkuat komitmen pertemanan satu sama lain, meski ke depannya tetap perlu menyesuaikan cara interaksi. Ketika kita memberikan ruang pertumbuhan dan perubahan untuk hubungan pertemanan, relasi akan jadi lebih kuat dan tahan lama di tengah kondisi sulit sekali pun.
Tentu ada naik-turun dalam pertemanan jangka panjang, sehingga normal bagi kita terkadang merasa berjarak dengan teman.
Namun, bagaimana jika kita sudah mencoba untuk berdiskusi dengan teman kita, tetapi mereka tak ingin berbicara? Kondisi ini dapat membuat kita merasa tak mengenali mereka lagi.
Dalam kondisi lebih buruk, bisa jadi justru teman kita berusaha menyakiti kita. Misalnya dengan membuat kita merasa bersalah karena menjalani hubungan atau memiliki fokus lain yang berpengaruh pada pertemanan.
Upaya tersebut menjadi tanda hubungan yang tak sehat karena hilangnya rasa saling menghargai dan mendukung. Ini merupakan momen paling tepat untuk merelakan sebuah pertemanan. Dalam kondisi ini, justru kita akan diuntungkan atas kandasnya hubungan tersebut.
Bagaimana caranya bangkit?
Ketika pertemanan kandas, kita dapat merasakan sakit hati yang mirip dengan kondisi putus cinta[17]. Misalnya gejala depresi, kecemasan, dan berpikir berlebihan tentang situasi tersebut (ruminasi).
Gelombang perasaan sakit hati yang muncul dan hilang adalah normal. Kondisi ini akan berkurang seiring waktu.
Kita dapat membantu diri kita sendiri dalam kondisi tersebut dengan melakukan pernapasan diafragma yang terbukti dapat mengurangi stres[18]. Teknik sederhana ini dapat dilakukan sendiri dan di mana saja.
Caranya mudah. Tempatkan tangan kita di bagian bawah tulang rusuk. Tarik napas selama tiga detik sambil merasakan pergerakan tangan kita yang mengikuti posisi perut. Keluarkan napas selama tujuh detik. Ulangi sampai kita merasa lebih tenang.
Read more: Bagaimana inflasi memengaruhi pertemanan dan percintaan kita[19]
Membicarakan kondisi yang kita alami dengan orang lain juga dapat membantu. Kita juga dapat menyadari hikmah dari kondisi tersebut setelah berdiskusi dengan orang lain.
Alternatif lain adalah menulis jurnal untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan kita. Praktik ini dapat memunculkan emosi positif[20] dan membantu kita menghadapi situasi sulit secara bertahap.
Menghadapi kandasnya hubungan apa pun membutuhkan resiliensi[21] (optimisme, kepercayaan diri, dan kegigihan) agar kita bisa beradaptasi. Kita bisa membangun karakter ini dengan mengingatkan diri kita bahwa masih banyak orang-orang yang dapat kita jadikan teman dan kita adalah sosok yang bernilai untuk dijadikan teman.
Kita juga perlu secara aktif mengupayakan dan memperkuat relasi-relasi lain yang kita miliki dalam hidup.
References
- ^ penelitian (journals.sagepub.com)
- ^ Putus dengan teman (www.tandfonline.com)
- ^ sudah amat dekat (www.psychologytoday.com)
- ^ remaja (onlinelibrary.wiley.com)
- ^ Pertemanan itu penting: Bagaimana kalau kita enggak punya teman sama sekali? (theconversation.com)
- ^ Khususnya pada perempuan (link.springer.com)
- ^ membahas masalah pribadi (www.tandfonline.com)
- ^ bagian penting dari perkembangan diri (onlinelibrary.wiley.com)
- ^ rasa sakit fisik (www.cell.com)
- ^ tidak paham apa penyebabnya (books.google.co.uk)
- ^ menghindar (journals.sagepub.com)
- ^ paling umum (journals.sagepub.com)
- ^ secara otomatis akan mengurangi (journals.sagepub.com)
- ^ cemburu, dan terancam (psycnet.apa.org)
- ^ Cara membahas masalah tanpa menimbulkan pertengkaran: Tip dari ahli (theconversation.com)
- ^ wavebreakmedia/ Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ kondisi putus cinta (openurl.ebsco.com)
- ^ mengurangi stres (journals.lww.com)
- ^ Bagaimana inflasi memengaruhi pertemanan dan percintaan kita (theconversation.com)
- ^ emosi positif (www.tandfonline.com)
- ^ resiliensi (link.springer.com)
Authors: Sonja Falck, Senior Lecturer, School of Psychology, University of East London
Read more https://theconversation.com/kenapa-putus-dengan-teman-tak-kalah-menyakitkan-dari-putus-cinta-266377