Respon pemerintah dalam insiden SMAN 72 pertaruhkan nasib gim-esport nasional
- Written by La Ode Rifaldi Nedan Prakasa, Research Assistant, The University of Western Australia
● Gim PUBG dijadikan kambing hitam atas kejadian naas di SMAN 72 Jakarta.
● Pemerintah harus bertindak dengan kajian yang menyeluruh sebelum menyalahkan gim semata.
● Salah-salah pembangunan industri esport yang saat ini bertumbuh positif malah balik arah.
Belum lama ini, ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara yang melukai hampir 100 orang[1] menggemparkan publik.
Gim Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG) jadi kambing hitam atas kejadian ini. Pemerintah pusat berencana membatasi permainan daring[2] tersebut dan gim lain yang mengandung unsur kekerasan di dalamnya.
Pembatasan gim daring ini memicu pro dan kontra. Apakah benar bermain gim bisa mendorong orang melakukan tindak kekerasan berbau teroris seperti itu?
Hasil pemeriksaan terkini dari Densus 88 Antiteror Polri[3] membeberkan bahwa terduga pelaku justru lebih sering mengunjungi forum dan situs gelap (darknet) yang banyak memuat video atau foto perang.
Artinya, ada isu yang lebih besar dibandingkan sekadar paparan gim kekerasan.
Read more: Demam Roblox di kalangan anak-anak: Bagaimana orang tua bisa membuatnya lebih aman?[4]
Memahami dasar pembatasan gim
Dalam kajian awalnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menilai adanya unsur kekerasan dalam gim PUBG sehingga harus belabel 18+[5].
Ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Pelindungan Anak di Ranah Digital (PP Tunas)[6].
Dengan adanya kebijakan ini, semua penyelenggara sistem elektronik termasuk gim daring wajib melakukan verifikasi usia berdasarkan profil risiko anak.
Read more: Dari Roblox hingga Youtube: Waspadai risiko ekonomi karena anak kian 'tech savvy'[7]
Regulasi tersebut sejalan dengan Indonesian Game Rating System (IGRS)[8] yang sudah diinisiasi sejak tahun 2016 tetapi baru diresmikan oleh Komdigi pada Oktober lalu.
Melalui IGRS, penyelenggara gim di Indonesia wajib untuk menampikan klasifikasi usia dan konten secara jelas.
Sayangnya, kedua kebijakan tersebut masih dalam tahap transisi dan penyesuaian, pemerintah manargetkan penerapan penuh aturan ini pada tahun 2026[9] mendatang.
Seperti yang sudah-sudah, rencana kebijakan ini baru dieskalasi setelah terjadinya insiden ledakan[10].
Kendalanya, kedua regulasi itu tujuannya lebih ke perlindungan anak bukan permasalahan utama yaitu penanganan radikalisasi atau terorisme di lingkungan sekolah.
Esport telah melahirkan banyak atlet nasional berkualitas
Tanpa mengurangi rasa simpati dan hormat terhadap insiden di SMAN 72, menghakimi gim PUBG atau gim online sejenis lainnya sangatlah tidak bijaksana.
Gim daring seperti PUBG adalah bagian dari industri e-sport bernilai triliunan rupiah dan menjadi ekosistem ekonomi kreatif yang tumbuh pesat di Indonesia yang telah melahirkan banyak atlet e-sport nasional untuk berkompetisi di ajang internasional.
Tidak sedikit pula atlet esport nasional yang dikontrak oleh klub luar negeri[11] dengan pundi-pundi gaji fantastis.
Layaknya pelatihan atlet olah raga, pembibitan atlet e-sport juga dilakukan sejak usia dini[13]. Masalahnya, tidak sedikit dari gim-gim yang dipertandingkan di agenda e-sport global merupakan gim-gim berlabel 18+. Sehingga pemerintah perlu memberi kepastian terkait pembatasan.
Read more: Mengapa kita kecanduan main 'game'?[14]
Semua akan sepakat bermain gim yang terlalu lama memang tidak baik. Tim-tim esport profesional[15] pun tidak membiarkan atlet-atletnya bermain gim seharian dan menerapkan metode pelatihan dengan jadwal dan displin ketat.
Daripada membatasi gim dan konten, penting untuk pemerintah menekankan transparansi dan audit algoritma apa yang direkomendasikan ke anak muda serta mekanisme pelaporan dan moderasi konten radikal.
Risiko terhadap ekonomi digital dan solusi kebijakan
Valuasi pasar gim global[16] saat ini telah mencapai US$187 miliar atau Rp3 ribu triliun. Nilai fantastis yang jumlahnya dua kali lipat dari gabungan industri film dan musik.
Adapun di Indonesia, per tahun 2023 saja, pendapatan industri ini hampir Rp40 triliun.[17]
Penegakan pembatasan gim yang sporadis akan merusak iklim investasi gim. Sebab, pemasukan pengembangan gim lokal hanya sebesar Rp750 miliar per tahun atau setara 2,5% dari pasar Indonesia sendiri[18].
Indonesia perlu mendatangkan realisasi nyata industri gim dari Soni[19] dan Microsoft sebagai investor eksisting di Tanah Air terlebih dahulu terkait transfer knowledge.
Terlebih, industri lokal juga terhambat akses pendanaan awal untuk dapat bersaing dengan produk asing di pasar sendiri.
Sementara, terkait tragedi ledakan, solusinya harus ekosistemik[20] bukan hanya reaksi insidental terhadap kasus.
Read more: Bunuh diri remaja bukti kegagalan sistem pendidikan, politik, dan lingkungan sosial[21]
Dinamika panik moral yang berulang semata
Pembatasan gim daring yang dilakukan pemerintah pusat kali ini cenderung dilakukan dengan narasi panik moral[22], dan mengkambing hitamkan gim[23]—seolah-olah menjadi penyebab utama.
Padahal belum ada penelitian empiris[24] yang menunjukan keterikatan langsung antara bermain gim dan perilaku radikal.
Saat ini penelitian yang ada hanya menunjukan bahwa efek gim kekerasan terhadap agresi fisik itu minim dan tidak bersifat kausal. Dengan kata lain, gim bisa memengaruhi emosi dan perilaku agresi ringan[26] tapi tidak serta merta membuat seseorang merakit bom.
Sebagai perbandingan, pemerintah AS juga pernah mengkambing hitamkan gim daring atas maraknya kasus pemembakan di sekolah. Namun, klaim tersebut juga ditolak oleh para peneliti[27].
Read more: Bagaimana caranya membasmi budaya toksik dalam _e-sports_?[28]
Dalam artikel yang di terbitkan The New Yor Times[29], jika gim adalah masalah utama, maka itu belum bisa menjelaskan kasus di Jepang yang 60 persen populasinya bermain gim video di tahun 2016 tapi tidak ada satu orang pun yang terbunuh dalam kasus penembakan.
Masalah utama yang terlewatkan
Masalah utama ledakan di SMAN 72 bukanlah eksposur gim, melainkan akses ke konten ekstrem di situs gelap[30] dan algoritma rekomendasi[31].
Karena itu, aksi pemerintah yang tegas mengintervensi gim tidak menyentuh sumber masalah utama yang cenderung mengabaikan interaksi algoritmik, pengguna, dan ekosistem digital.
Sebagai gambaran, algoritma di media sosial arus utama seperti YouTube[32] sering kali memperkuat keingintahuan radikal. Terlebih, semakin sering pengguna melihat konten ekstrem, semakin tinggi pula frekuensi pengguna tersebut disodori konten serupa.
Read more: Mengapa 'gamification' penting untuk diadopsi di pendidikan tinggi?[33]
Setelah terpengaruh konten dari algoritma, tidak menutup kemungkinan pengguna memiliki dorongan untuk mengeksplor lebih detail, biasanya melalui forum komunitas di situs gelap[34] yang minim regulasi dan kontrol serta mampu menyediakan konten yang lebih nyata.
Akhirnya, pelaku dengan mudah terpapar ideologi ekstrem seperti tutorial ilegal merakit bom[35]. Karenanya, pemerintah lebih baik fokus pada pencegahan radikasasi digital dan literasi media ekstrem seperti situs gelap.
Tentunya hal ini memerlukan kolaborasi lintas sektor antara penyelenggara sistem elektronik, sekolah dan keluarga, untuk menghadirkan tata kelola yang lebih baik.
References
- ^ 100 orang (www.cnnindonesia.com)
- ^ membatasi permainan daring (tirto.id)
- ^ Densus 88 Antiteror Polri (www.cnnindonesia.com)
- ^ Demam Roblox di kalangan anak-anak: Bagaimana orang tua bisa membuatnya lebih aman? (theconversation.com)
- ^ 18+ (news.detik.com)
- ^ Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Pelindungan Anak di Ranah Digital (PP Tunas) (peraturan.bpk.go.id)
- ^ Dari Roblox hingga Youtube: Waspadai risiko ekonomi karena anak kian 'tech savvy' (theconversation.com)
- ^ Indonesian Game Rating System (IGRS) (www.tempo.co)
- ^ tahun 2026 (www.suara.com)
- ^ insiden ledakan (www.antaranews.com)
- ^ atlet esport nasional yang dikontrak oleh klub luar negeri (www.inews.id)
- ^ Roman Kosolapov/ Shutterstock.com (www.shutterstock.com)
- ^ pembibitan atlet e-sport juga dilakukan sejak usia dini (mediaindonesia.com)
- ^ Mengapa kita kecanduan main 'game'? (theconversation.com)
- ^ tim esport profesional (www.intel.co.id)
- ^ Valuasi pasar gim global (www.cnbcindonesia.com)
- ^ pendapatan industri ini hampir Rp40 triliun. (www.cnbcindonesia.com)
- ^ 2,5% dari pasar Indonesia sendiri (www.cnbcindonesia.com)
- ^ Soni (www.tempo.co)
- ^ solusinya harus ekosistemik (nasional.kompas.com)
- ^ Bunuh diri remaja bukti kegagalan sistem pendidikan, politik, dan lingkungan sosial (theconversation.com)
- ^ panik moral (onlinelibrary.wiley.com)
- ^ mengkambing hitamkan gim (iea.org.uk)
- ^ penelitian empiris (magazine.wsu.edu)
- ^ BahbahAconk/ Shutterstock.com (www.shutterstock.com)
- ^ gim bisa memengaruhi emosi dan perilaku agresi ringan (link.springer.com)
- ^ para peneliti (www.nytimes.com)
- ^ Bagaimana caranya membasmi budaya toksik dalam _e-sports_? (theconversation.com)
- ^ The New Yor Times (www.nytimes.com)
- ^ situs gelap (www.seattletimes.com)
- ^ algoritma rekomendasi (www.voanews.com)
- ^ algoritma di media sosial arus utama seperti YouTube (dl.acm.org)
- ^ Mengapa 'gamification' penting untuk diadopsi di pendidikan tinggi? (theconversation.com)
- ^ di situs gelap (sibermate.com)
- ^ tutorial ilegal merakit bom (www.orfonline.org)
Authors: La Ode Rifaldi Nedan Prakasa, Research Assistant, The University of Western Australia
