ISPA merebak karena Influenza A: Kondisi udara yang buruk akibat asap memperparah penularan
- Written by Kambang Sariadji, Researcher and Policy Analysis in Public Health Laboratory, Ministry of Health Indonesia, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan
● KLB ISPA di Indragiri Hulu, Riau, dipicu oleh penularan virus Influenza A.
● Gejala infeksinya mirip flu biasa, tapi lebih parah hingga berisiko picu pneumonia dan sepsis.
● Asap bisa melemahkan imun dan meningkatkan risiko penularan Influenza A.
Kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Indonesia kian mengkhawatirkan. Hingga awal November 2025, jumlahnya mencapai 12,1 juta kasus[1].
Di Indragiri Hulu, Riau, pemerintah setempat bahkan menetapkan ISPA sebagai kejadian luar biasa (KLB)[2] setelah menjangkiti lebih dari 200 warga dan menyebabkan lima anak meninggal dunia[3].
Kementerian Kesehatan (Kemenkes)[4] mengonfirmasi bahwa kasus ISPA di Riau disebabkan oleh infeksi virus Influenza A (H1N1)[5] atau sering disebut sebagai flu babi. Ini merupakan jenis Influenza A[6] yang mulanya terjadi pada babi, kemudian menulari manusia[7], hingga sempat menjadi pandemi pada 2009.
Peningkatan kasus Influenza A bersifat musiman, terutama pada musim hujan. Penularannya lewat percikan droplet (air liur) di udara dan menimbulkan gejala mirip flu biasa, tetapi lebih parah. Misalnya, demam, batuk, sakit tenggorokan, hingga kelelahan yang muncul 1-4 hari setelah terinfeksi virus.
Pada sebagian kasus, kondisi pasien dapat memburuk hanya dalam kurun 24–48 jam dan berisiko memicu pneumonia[8] (infeksi paru), hingga sepsis[9] (komplikasi berat akibat respons berlebih tubuh terhadap infeksi).
Salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko masyarakat terinfeksi Influenza A adalah paparan asap.
Asap memperparah penularan virus
Asap seperti yang berasal dari aktivitas membakar sampah dan kebakaran hutan[10] dapat membawa gas beracun dan kuman. Ketika kita menghirup asap terus-menerus, masing-masing unsur tersebut dapat menyebabkan peradangan saluran napas dan melemahkan sistem imun[11]. Akibatnya, kita lebih rentan terhadap infeksi, termasuk Influenza A.
Kelompok yang paling berisiko[12] terinfeksi adalah anak-anak, lansia, ibu hamil, serta pengidap penyakit kronis (seperti asma, jantung, atau diabetes).
Kebakaran hutan dan lahan di Indragiri Hulu, Riau tingkatkan risiko ISPA.Gejala influenza sering dianggap sepele
Kesalahpahaman masyarakat tentang influenza sering kali membuat pengidap Influenza A terlambat mencari pertolongan medis. Banyak masyarakat menyamakan flu dengan masuk angin atau batuk pilek biasa[13]. Padahal infeksi virus Influenza A memiliki karakteristik yang berbeda.
Virus influenza dapat menular[14] bahkan sebelum gejala muncul. Alhasil, banyak orang tanpa sadar sudah menyebarkan virus kepada orang lain. Ini membuat penyebaran influenza sangat cepat dan sulit dikendalikan.
Tingginya kemampuan mutasi virus influenza[15] menyebabkan seseorang dapat terinfeksi virus ini berkali-kali sepanjang hidupnya.
Read more: Mampukah masker bedah melindungi Anda dari ketularan flu?[16]
Kita pun perlu mengenali tanda infeksi Influenza A. Contohnya pada anak, infeksi virus ini menimbulkan napas cepat, tubuh sangat lemas, demam tinggi[17], serta penurunan nafsu makan dan minum.
Meskipun sebagian pengidap influenza dapat sembuh sendiri, peningkatan kasus dalam jumlah besar bisa membebani layanan kesehatan, terutama jika terjadi bersamaan dengan kenaikan kasus ISPA lainnya.
Mengapa daerah lain harus waspada?
KLB ISPA akibat Influenza A di Riau menjadi peringatan bagi daerah lain. Sebab, penyebaran virus ini bisa dipercepat oleh perubahan cuaca dan mobilitas masyarakat[19].
Daerah dengan aktivitas perjalanan tinggi seperti Sumatra Barat, Kepulauan Riau, atau Jambi berisiko mengalami kenaikan kasus serupa.
Laporan Kemenkes pada 2025[20] juga menunjukkan adanya kenaikan kasus penyakit mirip influenza di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah penularan tertinggi[21], seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan telah memperingatkan Indonesia agar meningkatkan sistem deteksi dini untuk penyakit pernapasan[22]. Ini karena pola penularan influenza dan COVID-19 kini saling beririsan.
WHO melaporkan bahwa aktivitas influenza global pada tahun 2025 lebih tinggi dibanding dua tahun sebelumnya, sehingga Indonesia berpotensi terdampak gelombang penularan lintas wilayah[23].
Peran penting jejaring laboratorium
Tidak semua fasilitas kesehatan bisa mendeteksi influenza A secara spesifik. Diagnosis penyakit ini membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang lebih canggih dan sangat akurat, seperti alat deteksi virus reverse transcription polymerase chain reaction[24] (RT-PCR).
Kasus di Riau berhasil terdeteksi cepat karena jejaring laboratorium kesehatan masyarakat (labkesmas) yang cukup baik di Batam dengan Jakarta.
Kesiapan laboratorium menentukan kecepatan daerah mengetahui apakah sebuah wabah hanya flu biasa atau Influenza A yang berbahaya. Ketika laboratorium lambat, respons daerah pun terhambat, sehingga penularan bisa semakin meluas.
Read more: Layanan labkesmas kena PNBP: Bisa menghambat penanganan wabah penyakit menular di daerah[25]
Karena itu, pemerintah pusat dan daerah perlu memperkuat surveilans penyakit, dengan memastikan kesiapan laboratorium regional, memperkuat komunikasi risiko kepada masyarakat, serta menyiapkan layanan kesehatan untuk persiapan lonjakan kasus ISPA.
Pemerintah daerah juga perlu melakukan pelatihan rutin bagi tenaga kesehatan, serta mengintegrasikan data ISPA di fasilitas kesehatan agar bisa mendeteksi penyakit lebih cepat saat terjadi peningkatan kasus.
Cara mencegah infeksi Influenza A
Masyarakat juga tidak boleh lengah. Lakukan langkah sederhana, seperti memakai masker saat sedang sakit, mencuci tangan secara rutin, menghindari tempat ramai ketika flu berat, beristirahat penuh, dan segera periksakan kondisi kesehatan ke dokter bila ada gejala.
Masyarakat juga bisa melakukan vaksinasi influenza di puskesmas dan rumah sakit yang menyediakan. Vaksin influenza direkomendasikan bagi anak, lansia, dan tenaga kesehatan.
Vaksin ini tidak membuat kebal seumur hidup, hanya bertahan sekitar 6-12 bulan. Namun setidaknya, vaksin bisa mengurangi risiko sakit berat[26] hingga lebih dari 60% pada kelompok rentan.
References
- ^ 12,1 juta kasus (surveilans.kemkes.go.id)
- ^ kejadian luar biasa (KLB) (dinkes.inhukab.go.id)
- ^ lima anak meninggal dunia (www.youtube.com)
- ^ Kementerian Kesehatan (Kemenkes) (www.youtube.com)
- ^ infeksi virus Influenza A (H1N1) (wwwnc.cdc.gov)
- ^ jenis Influenza A (www.cdc.gov)
- ^ menulari manusia (www.who.int)
- ^ pneumonia (www.who.int)
- ^ sepsis (www.who.int)
- ^ kebakaran hutan (theconversation.com)
- ^ melemahkan sistem imun (theconversation.com)
- ^ Kelompok yang paling berisiko (www.who.int)
- ^ batuk pilek biasa (www.cdc.gov)
- ^ dapat menular (www.who.int)
- ^ Tingginya kemampuan mutasi virus influenza (www.who.int)
- ^ Mampukah masker bedah melindungi Anda dari ketularan flu? (theconversation.com)
- ^ demam tinggi (www.who.int)
- ^ charnsitr / Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ mobilitas masyarakat (www.repository.cam.ac.uk)
- ^ Laporan Kemenkes pada 2025 (surveilans.kemkes.go.id)
- ^ wilayah penularan tertinggi (surveilans.kemkes.go.id)
- ^ sistem deteksi dini untuk penyakit pernapasan (www.who.int)
- ^ gelombang penularan lintas wilayah (www.who.int)
- ^ reverse transcription polymerase chain reaction (microbenotes.com)
- ^ Layanan labkesmas kena PNBP: Bisa menghambat penanganan wabah penyakit menular di daerah (theconversation.com)
- ^ mengurangi risiko sakit berat (www.cdc.gov)
Authors: Kambang Sariadji, Researcher and Policy Analysis in Public Health Laboratory, Ministry of Health Indonesia, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan




